Legenda Batik Bakaran Pati yang Kini jadi Warisan Budaya Nasional
Cholis Anwar
Kamis, 4 November 2021 12:36:09
MURIANEWS, Pati - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan batik tulis Bakaran Pati telah sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb). Batik khas Pati ini mempunyai cerita legenda yang cukup panjang.
Bahkan konon legenda itu sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit.
Perajin batik tulis Bakaran generasi kelima, Bukhari Wiryo Satmoko menceritakan, batik tulis Bakaran mulai muncul pada pertengahan abad 15. Saat itu, kali pertama yang membuat adalah Nyai Danowati yang merupakan abdi ndalem Majapahit.
Nyai Danowati diberikan tugas oleh kerajaan untuk menyediakan pengadaan pakaian bagi para prajurit. Selain itu, dia juga diberikan tugas untuk menjaga gudang penyimpanan pusaka.
"Tapi pada saat itu, ada kelompok agama baru yang datang ke Majapahit, sehingga membuat Danowati merasa tidak cocok. Sehingga Danowati memilih untuk meninggalkan kerajaan. Saat itulah Nyai Danowati mulai melakukan perjalanan," katanya, saat dikonfirmasi, Kamis (4/11/2021).
Perjalanan pun dilakukan dengan menyusuri pantai utara menuju arah barat. Dalam perjalanan panjang, Nyai Danowati pun berencana untuk membuat tempat persinggahan.
[caption id="attachment_197199" align="alignleft" width="1024"]

Batik Bakaran khas Pati yang kini jadi warisan budaya nasional. (MURIANEWS/Cholis Anwar)[/caption]
Ketika sampai di hutan dekat laut (saat ini daerah Juwana), dia pun menebagi pohon. Rupanya, pohon tersebut banyak durinya.
Baca: Batik Bakaran Resmi jadi Warisan Budaya, Warga Pati Patut BanggaBahkan sampai daunnya pun berduri. Sehingga, Danowati mengurungkan niatnya untuk membuat permukiman di wilayah tersebut.
Kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju arah barat hingga menemukan lokasi yang tepat untuk bermukim. Didapatilah sebuah hutan rimbun. Dengan alat yang dimiliki, pohon-pohon ditebangi dan membuat tempat untuk berteduh.
Karena tidak ada yang menganggu dan dia juga merasa nyaman, Danowati memutuskan untuk menetap di hutan tersebut.
Berbagai perlengkapan masak pun mulai dibuat dengan mengandalkan barang-barang yang ada di hutan.
Berbagai perlengkapan masak pun mulai dibuat dengan mengandalkan barang-barang yang ada di hutan.
Baca: Gara-gara Batik Bakaran, Pengusaha Muda Asal Juwana Ini Keliling DuniaUntuk menghangatkan tubuh, kayu hasil tebangan hutan pun dibakar oleh Nyai Danowati. Rupanya, abu pembakaran api melayang lebih jauh dari yang dipikirkan. Lokasi jatuhnya abu pembakaran api itu dijadikan tapal batas."Karena itulah, abu yang menjadi tapal batas itu saat ini dikenal sebagai Desa Bakaran. Bakaran itu kalau legendanya, ya karena adanya pembakaran kayu oleh Nyai Danowati itu," ungkapnya.Perlahan, hutan tersebut rupanya banyak dijadikan lokasi para pelarian. Sehingga, mereka berkumpul bersama dengan Nyai Danowati.Nyai Danowati pun meneruskan kebiasaanya membatik ketika masih berada di Kerajaan Majapahit. Warga yang bersamanya pun mengikuti cara membatik Danowati.“Motif pertama yang dibuat oleh Nyai Banowati adalah Gandrung. Setelah itu, dia juga mengembangkan motif dari Majapahit, seperti Padas Gempal, Bergat Ireng dan Limaran,” ungkapnya.Setiap motif mempunyai cerita dan penggunannya tersendiri. Seperti motif Bergat Ireng, biasanya digunakan saat takziah.Bukari menambhakkan, sekitar tahun 1960-an, batik Bakaran ini nyaris punah lantaran minimnya generasi penerus. Kemudian generasi kelima mulai bangkit kembali.Pada 1994, batik tulis Bakaran pernah mendapatkan penghargaan dari gubernur Jawa Tengah. Kemudian tahun ini, ditetapkan sebagai warisan budaya nasional."Ini suatu kebanggaan bagi masyarakat Pati, terutama bagi perajin batik tulis Bakaran. Semoga dari sini, para pemuda dapat terus melestarikan batik tulis Bakaran ini," pungkasnya. Reporter: Cholis AnwarEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_250920" align="alignleft" width="1280"]

Warga saat membuat batik tulis Bakaran Pati. (MURIANEWS/Cholis Anwar)[/caption]
MURIANEWS, Pati - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan batik tulis Bakaran Pati telah sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb). Batik khas Pati ini mempunyai cerita legenda yang cukup panjang.
Bahkan konon legenda itu sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit.
Perajin batik tulis Bakaran generasi kelima, Bukhari Wiryo Satmoko menceritakan, batik tulis Bakaran mulai muncul pada pertengahan abad 15. Saat itu, kali pertama yang membuat adalah Nyai Danowati yang merupakan abdi ndalem Majapahit.
Nyai Danowati diberikan tugas oleh kerajaan untuk menyediakan pengadaan pakaian bagi para prajurit. Selain itu, dia juga diberikan tugas untuk menjaga gudang penyimpanan pusaka.
"Tapi pada saat itu, ada kelompok agama baru yang datang ke Majapahit, sehingga membuat Danowati merasa tidak cocok. Sehingga Danowati memilih untuk meninggalkan kerajaan. Saat itulah Nyai Danowati mulai melakukan perjalanan," katanya, saat dikonfirmasi, Kamis (4/11/2021).
Perjalanan pun dilakukan dengan menyusuri pantai utara menuju arah barat. Dalam perjalanan panjang, Nyai Danowati pun berencana untuk membuat tempat persinggahan.
[caption id="attachment_197199" align="alignleft" width="1024"]

Batik Bakaran khas Pati yang kini jadi warisan budaya nasional. (MURIANEWS/Cholis Anwar)[/caption]
Ketika sampai di hutan dekat laut (saat ini daerah Juwana), dia pun menebagi pohon. Rupanya, pohon tersebut banyak durinya.
Baca: Batik Bakaran Resmi jadi Warisan Budaya, Warga Pati Patut Bangga
Bahkan sampai daunnya pun berduri. Sehingga, Danowati mengurungkan niatnya untuk membuat permukiman di wilayah tersebut.
Kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju arah barat hingga menemukan lokasi yang tepat untuk bermukim. Didapatilah sebuah hutan rimbun. Dengan alat yang dimiliki, pohon-pohon ditebangi dan membuat tempat untuk berteduh.
Karena tidak ada yang menganggu dan dia juga merasa nyaman, Danowati memutuskan untuk menetap di hutan tersebut.
Berbagai perlengkapan masak pun mulai dibuat dengan mengandalkan barang-barang yang ada di hutan.
Baca: Gara-gara Batik Bakaran, Pengusaha Muda Asal Juwana Ini Keliling Dunia
Untuk menghangatkan tubuh, kayu hasil tebangan hutan pun dibakar oleh Nyai Danowati. Rupanya, abu pembakaran api melayang lebih jauh dari yang dipikirkan. Lokasi jatuhnya abu pembakaran api itu dijadikan tapal batas.
"Karena itulah, abu yang menjadi tapal batas itu saat ini dikenal sebagai Desa Bakaran. Bakaran itu kalau legendanya, ya karena adanya pembakaran kayu oleh Nyai Danowati itu," ungkapnya.
Perlahan, hutan tersebut rupanya banyak dijadikan lokasi para pelarian. Sehingga, mereka berkumpul bersama dengan Nyai Danowati.
Nyai Danowati pun meneruskan kebiasaanya membatik ketika masih berada di Kerajaan Majapahit. Warga yang bersamanya pun mengikuti cara membatik Danowati.
“Motif pertama yang dibuat oleh Nyai Banowati adalah Gandrung. Setelah itu, dia juga mengembangkan motif dari Majapahit, seperti Padas Gempal, Bergat Ireng dan Limaran,” ungkapnya.
Setiap motif mempunyai cerita dan penggunannya tersendiri. Seperti motif Bergat Ireng, biasanya digunakan saat takziah.
Bukari menambhakkan, sekitar tahun 1960-an, batik Bakaran ini nyaris punah lantaran minimnya generasi penerus. Kemudian generasi kelima mulai bangkit kembali.
Pada 1994, batik tulis Bakaran pernah mendapatkan penghargaan dari gubernur Jawa Tengah. Kemudian tahun ini, ditetapkan sebagai warisan budaya nasional.
"Ini suatu kebanggaan bagi masyarakat Pati, terutama bagi perajin batik tulis Bakaran. Semoga dari sini, para pemuda dapat terus melestarikan batik tulis Bakaran ini," pungkasnya.
Reporter: Cholis Anwar
Editor: Ali Muntoha