Harga Bawang Merah Hancur, Pemerintah Diminta Turun Tangan
Cholis Anwar
Kamis, 11 November 2021 09:59:08
MURIANEWS, Pati - Petani bawang merah di Kabupaten Pati mulai bingung. Pasalnya haga jual hasil panen hancur. Selama dua kali panen, petani tak mendapatkan untung, bahkan selalu rugi.
Dimulai pada Mei 2021 lalu, para petani bawang merah di Desa Ngurenrejo, Kecamatan Wedarijaksa, napasnya mulai tersengal lantaran harga jual bawang merah tidak sesuai ekspektasi. Waktu itu, harganya Rp 10.000-11.000 per kilogram.
Dari hitungan
petani, harga jual tersebut hanya bisa menutup ongkos produksi. Namun bagi petani dengan lahan kurang dari satu hektare, justru malah merugi.
Sebab, biaya perawatan lebih tinggi untuk dapat menghasilkan bawang merah berkualitas.
Kendati demikian, untuk masa tanam selanjutnya, para petani kekeh untuk tetap menanam bawang merah. Harapannya pada akhir tahun, harga jual dapat meningkat. Apalagi biasanya siklus jual beli bawang merah meningkat di akhir tahun.
"Kalau panen akhir tahun, biasanya harga jual (bawang merah) mengalami kenaikan. Tahun lalu juga naik. Sehingga kami tetap menanam bawang," kata Ahmad Susanto, Kamis (11/11/2021).
Baca: Harga Bawang Merah di Pati Bikin Petani Menangis
Setelah tanaman dilakukan perawatan dengan matang dan siap untuk dipanen, namun harganya justru menurun drastis, bahkan lebih parah dari panen tengah tahun lalu. Harga jual hanya Rp 4.000 per kilogram. Harga ini disebut tidak masuk akal."Tahun ini adalah titik terendah saya menjadi petani. Ya, ini harga paling rendah, masak bawang merah cuman laku Rp 4.000," herannya.Dengan harga yang hancur itu, para petani tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya berharap pemerintah agar dapat memberikan solusi untuk menyetabilkan harga. Minimal modal petani bisa balik.Dengan begitu, petani
bawang merah tidak terlilit utang. Apalagi harga kebutuhan sehari-hari menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) mulai merangkan naik."Ini banyak petani yang gagal bayar bank. Harapannya pemerintah memperhatikan nasib kita, dengan menata harga bawang merah. Minimal kita balik modal. Saat ini kita untuk balik modal saja sudah tidak mungkin," tutupnya. Reporter: Cholis AnwarEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_252180" align="alignleft" width="1280"]

Petani menunjukkan bawang merah yang baru dipanen. (MURIANEWS/Cholis Anwar)[/caption]
MURIANEWS, Pati - Petani bawang merah di Kabupaten Pati mulai bingung. Pasalnya haga jual hasil panen hancur. Selama dua kali panen, petani tak mendapatkan untung, bahkan selalu rugi.
Dimulai pada Mei 2021 lalu, para petani bawang merah di Desa Ngurenrejo, Kecamatan Wedarijaksa, napasnya mulai tersengal lantaran harga jual bawang merah tidak sesuai ekspektasi. Waktu itu, harganya Rp 10.000-11.000 per kilogram.
Dari hitungan
petani, harga jual tersebut hanya bisa menutup ongkos produksi. Namun bagi petani dengan lahan kurang dari satu hektare, justru malah merugi.
Sebab, biaya perawatan lebih tinggi untuk dapat menghasilkan bawang merah berkualitas.
Kendati demikian, untuk masa tanam selanjutnya, para petani kekeh untuk tetap menanam bawang merah. Harapannya pada akhir tahun, harga jual dapat meningkat. Apalagi biasanya siklus jual beli bawang merah meningkat di akhir tahun.
"Kalau panen akhir tahun, biasanya harga jual (bawang merah) mengalami kenaikan. Tahun lalu juga naik. Sehingga kami tetap menanam bawang," kata Ahmad Susanto, Kamis (11/11/2021).
Baca: Harga Bawang Merah di Pati Bikin Petani Menangis
Setelah tanaman dilakukan perawatan dengan matang dan siap untuk dipanen, namun harganya justru menurun drastis, bahkan lebih parah dari panen tengah tahun lalu. Harga jual hanya Rp 4.000 per kilogram. Harga ini disebut tidak masuk akal.
"Tahun ini adalah titik terendah saya menjadi petani. Ya, ini harga paling rendah, masak bawang merah cuman laku Rp 4.000," herannya.
Dengan harga yang hancur itu, para petani tidak bisa berbuat banyak. Mereka hanya berharap pemerintah agar dapat memberikan solusi untuk menyetabilkan harga. Minimal modal petani bisa balik.
Dengan begitu, petani
bawang merah tidak terlilit utang. Apalagi harga kebutuhan sehari-hari menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) mulai merangkan naik.
"Ini banyak petani yang gagal bayar bank. Harapannya pemerintah memperhatikan nasib kita, dengan menata harga bawang merah. Minimal kita balik modal. Saat ini kita untuk balik modal saja sudah tidak mungkin," tutupnya.
Reporter: Cholis Anwar
Editor: Ali Muntoha