Kisah Hilangnya Perahu Tambang Usai Jembatan Gantung Berdiri di Grobogan
Dani Agus
Selasa, 20 Desember 2016 08:03:58
Misalnya, akses dari Desa Karangsari menuju jalan raya Purwodadi-Semarang akan berlangsung lebih cepat. Ini juga akan memperpendek jarak tempuh jika mau menuju kota Purwodadi.
Tidak hanya itu saja, aktivitas harian warga juga akan gampang ditempuh dengan adanya jembatan gantung tersebut. Misalnya, warga yang akan bepergian ke sawah atau menengok saudaranya.
“Kami jelas terbantu sekali dengan adanya jembatan gantung ini. Nanti, kalau mau jagong hajatan ke wilayah utara sungai bisa gampang, bahkan kalau malam hari sekalipun,” kata Musafak, warga Desa Putat.
Sebelum ada jembatan, warga memang masih bisa beraktivitas. Namun, aktivitas tidak bisa dilakukan cepat.
Masalahnya, akses penghubung sebelum ada jembatan harus ditempuh dengan menggunakan perahu tambang untuk menyeberangi sungai. Selain butuh waktu lebih lama lantaran harus bergantian, kapasitas perahu untuk mengangkut orang dan sepeda atau motor juga terbatas.
“Belum kalau pas sungai meluap pasti tambah repot. Soalnya, perahunya kadang tidak beroperasi,” kata Wiwik, warga Karangsari.
Dengan adanya jembatan gantung, otomatis operasional perahu tambang yang sudah berjalan puluhan tahun berhenti. Perahu tersebut, sebelumnya dikelola secara bergantian oleh warga Dusun Pesantren, Desa Karangsari.“Mulai hari ini, perahu penyeberangan sudah dipensiunkan. Suasana menyeberangi sungai naik perahu pasti akan selalu kita rindukan. Sebab, keberadaan perahu tambang itu banyak sekali jasanya sebelum adanya jembatan gantung,” ungkap Aryani, warga lainnya.Seperti diberitakan, jembatan gantung sepanjang 61 meter dengan lebar 1,5 meter itu diresmikan penggunaannya mulai Senin (19/12/2016). Peresmian jembatan dilakukan Bupati Grobogan Sri Sumarni.Saat melangsungkan peresmian Sri Sumarni mendapat sambutan hangat dari ribuan warga Karangsari. Hal ini tidak berlebihan mengingat desa tersebut merupakan tempat kelahirannya.Kepala Desa Karangsari Suhartini menyatakan, pembangunan jembatan itu dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai tahun 2015 dengan anggaran Rp 1 miliar dari bantuan Pemprov Jateng. Dana ini antara lain digunakan untuk pembangunan pondasi dan tiang pancang.Pada tahun ini, dilanjutkan pembangunan tahap kedua dengan dana sekitar Rp 1,5 miliar dari APBD Grobogan. Dana ini digunakan untuk pembuatan landasan dan pemasangan tali penahan.
Editor : Akrom Hazami
Murianews, Grobogan - Diresmikannya jembatan gantung di atas Sungai Lusi yang menghubungkan Desa Karangsari, Kecamatan Brati dan Desa Putat, Kecamatan Purwodadi memang disambut sukacita oleh warga kedua desa. Sebab, adanya jembatan akan memudahkan aktivitas warga sehari-hari.
Misalnya, akses dari Desa Karangsari menuju jalan raya Purwodadi-Semarang akan berlangsung lebih cepat. Ini juga akan memperpendek jarak tempuh jika mau menuju kota Purwodadi.
Tidak hanya itu saja, aktivitas harian warga juga akan gampang ditempuh dengan adanya jembatan gantung tersebut. Misalnya, warga yang akan bepergian ke sawah atau menengok saudaranya.
“Kami jelas terbantu sekali dengan adanya jembatan gantung ini. Nanti, kalau mau jagong hajatan ke wilayah utara sungai bisa gampang, bahkan kalau malam hari sekalipun,” kata Musafak, warga Desa Putat.
Sebelum ada jembatan, warga memang masih bisa beraktivitas. Namun, aktivitas tidak bisa dilakukan cepat.
Masalahnya, akses penghubung sebelum ada jembatan harus ditempuh dengan menggunakan perahu tambang untuk menyeberangi sungai. Selain butuh waktu lebih lama lantaran harus bergantian, kapasitas perahu untuk mengangkut orang dan sepeda atau motor juga terbatas.
“Belum kalau pas sungai meluap pasti tambah repot. Soalnya, perahunya kadang tidak beroperasi,” kata Wiwik, warga Karangsari.
Dengan adanya jembatan gantung, otomatis operasional perahu tambang yang sudah berjalan puluhan tahun berhenti. Perahu tersebut, sebelumnya dikelola secara bergantian oleh warga Dusun Pesantren, Desa Karangsari.
“Mulai hari ini, perahu penyeberangan sudah dipensiunkan. Suasana menyeberangi sungai naik perahu pasti akan selalu kita rindukan. Sebab, keberadaan perahu tambang itu banyak sekali jasanya sebelum adanya jembatan gantung,” ungkap Aryani, warga lainnya.
Seperti diberitakan, jembatan gantung sepanjang 61 meter dengan lebar 1,5 meter itu diresmikan penggunaannya mulai Senin (19/12/2016). Peresmian jembatan dilakukan Bupati Grobogan Sri Sumarni.
Saat melangsungkan peresmian Sri Sumarni mendapat sambutan hangat dari ribuan warga Karangsari. Hal ini tidak berlebihan mengingat desa tersebut merupakan tempat kelahirannya.
Kepala Desa Karangsari Suhartini menyatakan, pembangunan jembatan itu dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai tahun 2015 dengan anggaran Rp 1 miliar dari bantuan Pemprov Jateng. Dana ini antara lain digunakan untuk pembangunan pondasi dan tiang pancang.
Pada tahun ini, dilanjutkan pembangunan tahap kedua dengan dana sekitar Rp 1,5 miliar dari APBD Grobogan. Dana ini digunakan untuk pembuatan landasan dan pemasangan tali penahan.
Editor : Akrom Hazami