Kamis, 20 November 2025


“Khusus untuk pengundian kios kita pending dulu. Para pedagang yang dapat jatah kios rencananya akan kita kumpulkan dulu, Sabtu lusa,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Grobogan Muryanto.

Pembangunan Pasar Pagi tersebut dilakukan untuk memindahkan pedagang yang berjualan di lahan bekas Stasiun Kereta Api di jalan A Yani Purwodadi. Pembuatan pasar dengan dana Rp 10,4 miliar ditempatkan di atas lahan seluas 9.000 meter persegi yang berada di Jalan Gajah Mada. Pasar yang dibangun rekanan PT Reka Esti Utama ini nanti akan digunakan untuk memindahkan 901 pedagang yang ada di lahan milik PT KAI tersebut.

Dalam pasar tersebut terdapat 72 unit kios berukuran 3 x 4 meter. Kemudian, ada 464 unit los kering berukuran 2 x 1,5 meter. Sedangkan 68 unit lagi disiapkan untuk los basahan dengan ukuran  2 x 1,5 meter.

“Untuk pengundian los, baik los kering maupun basahan sudah rampung. Tinggal pengundian kios saja sebanyak 72 unit yang kita tunda dulu,” jelas Muryanto didampingi Kabid Perdagangan Sudarso.

Menurut Muryanto, ditundanya pengundian kios sebenarnya bukan disebabkan kurang transparan dalam pelaksanaannya. Tetapi lebih disebabkan adanya beberapa rumor yang diterima pedagang.
Misalnya, ada rumor menyatakan kalau ada satu pedagang yang dapat jatah dua kios. Kemudian, ada tukang becak yang dapat jatah kios. Kemudian, muncul pula isu kalau ada yang bayar Rp 25 juta untuk mendapatkan kios.“Kabar-kabar tersebut sebenarnya hanya omong kosong saja. Oleh sebab itu, kami akan kumpulkan pedagang terlebih dahulu untuk diberi penjelasan. Setelah itu, baru kita lakukan pengundian biar tidak timbul rumor yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya," tegas Muryanto.Dari pantauan di lapangan, pelaksanaan pengundian sempat dikeluhkan banyak pedagang. Sebab, tempatnya dilakukan di depan ruang kantor Pasar Pagi Purwodadi yang lokasinya cukup sempit. Akibatnya, para pedagang terlihat saling berdesakan untuk mengambil kupon undian.“Harusnya lokasi undian ditaruh di dalam pasar yang tempatnya luas sehingga tidak perlu untel-untelan seperti ini. Kalau seperti ini, kasihan pedagang yang sudah sepuh karena ikut berdesak-desakan,” cetus salah seorang pedagang yang mengaku bernama Sutriman itu.Editor : Akrom Hazami

Baca Juga

Komentar

Terpopuler