Datangnya bantuan air bersih langsung disambut gembira oleh ratusan warga. Sejak pagi, warga sudah menyiapkan tempat penampungan air di titik distribusi yang sudah ditentukan.
”Alhamdulillah ada bantuan air bersih. Sejak sebulan terakhir, kami kesulitan mendapatkan air bersih karena sumur sudah kering. Untuk kebutuhan sehari-hari, kami mengandalkan air dari embung pertanian dan iuran beli air,” kata Sumini, warga setempat.
Melihat antusias warga menyambut datangnya bantuan air bersih, Sri Sumarni langsung terkenang memori ketika masih muda dulu. Saat kemarau tiba, ia dan saudaranya harus ngangsu air cukup jauh dari tempat tinggalnya di Desa Karangsari, Kecamatan Brati.
Selain jauh, saat ngangsu air juga butuh waktu lama karena harus menunggu giliran. Hal itu dilakukan mengingat sumber airnya cukup terbatas, sementara orang yang membutuhkan sangat banyak.”Kebutuhan air waktu itu sangat banyak karena satu rumah ada 12 orang. Ketika kemarau, tiap hari saya harus ngangsu air pakai klenting. Habis sekolah berangkat ngangsu, nanti pulangnya bisa menjelang petang karena harus antri lama. Kalau pas libur, ngangsu airnya bisa seharian penuh,” katanya.Sri Sumarni menyatakan, sejak datangnya kekeringan, pihak BPBD sudah menyalurkan lebih dari 200 tangki air ke berbagai desa. Penyaluran bantuan air bersih akan terus dilakukan sampai bencana kekeringan berakhir.”Masyarakat saya minta jangan kuatir. Kalau masih butuh bantuan air langsung hubungi BPBD. Alokasi anggaran untuk penyaluran air bersih masih mencukupi,” ujarnya.
Murianews, Grobogan - Bupati Grobogan Sri Sumarni melangsungkan monitoring sekaligus menyalurkan bantuan air bersih di Dusun Ngambilan, Desa Rejosari, Kecamatan Grobogan, Sabtu (23/9/2017). Bantuan yang diberikan untuk salah satu desa terdampak kekeringan ini sebanyak enam tangki.
Datangnya bantuan air bersih langsung disambut gembira oleh ratusan warga. Sejak pagi, warga sudah menyiapkan tempat penampungan air di titik distribusi yang sudah ditentukan.
”Alhamdulillah ada bantuan air bersih. Sejak sebulan terakhir, kami kesulitan mendapatkan air bersih karena sumur sudah kering. Untuk kebutuhan sehari-hari, kami mengandalkan air dari embung pertanian dan iuran beli air,” kata Sumini, warga setempat.
Melihat antusias warga menyambut datangnya bantuan air bersih, Sri Sumarni langsung terkenang memori ketika masih muda dulu. Saat kemarau tiba, ia dan saudaranya harus ngangsu air cukup jauh dari tempat tinggalnya di Desa Karangsari, Kecamatan Brati.
Baca Juga: 86 Desa di Grobogan Kesulitan Air Bersih
Selain jauh, saat ngangsu air juga butuh waktu lama karena harus menunggu giliran. Hal itu dilakukan mengingat sumber airnya cukup terbatas, sementara orang yang membutuhkan sangat banyak.
”Kebutuhan air waktu itu sangat banyak karena satu rumah ada 12 orang. Ketika kemarau, tiap hari saya harus ngangsu air pakai klenting. Habis sekolah berangkat ngangsu, nanti pulangnya bisa menjelang petang karena harus antri lama. Kalau pas libur, ngangsu airnya bisa seharian penuh,” katanya.
Sri Sumarni menyatakan, sejak datangnya kekeringan, pihak BPBD sudah menyalurkan lebih dari 200 tangki air ke berbagai desa. Penyaluran bantuan air bersih akan terus dilakukan sampai bencana kekeringan berakhir.
”Masyarakat saya minta jangan kuatir. Kalau masih butuh bantuan air langsung hubungi BPBD. Alokasi anggaran untuk penyaluran air bersih masih mencukupi,” ujarnya.
Editor: Supriyadi