Sabtu, 22 November 2025


Akibat hembusan angin ini, atap tenda dari seng yang dipakai untuk menggelar acara sempat bergetar dan menimbulkan suara bising seperti gerombolan lebah yang berterbangan. Bahkan, beberapa terlihat tersingkap namun tidak sampai kabur terbawa angin.

Untungnya, acara saat itu sudah hampir selesai. Saat hujan deras yang turun sekitar pukul 12.00 WIB itu, masih berlangsung sesi tanya jawab. Acara sosialisasi RTD dihadiri ratusan pejabat hingga level kepala desa dari beberapa kabupaten. Antara lain, Kabupaten Grobogan, Demak, Kudus, Pati, dan Jepara. Sosialisasi yang diselenggarakan Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana itu dibuka Kepala Dinas Pusdataru Jateng Pasetyo Budie Yuwono. Terlihat pula Bupati Demak M Natsir dan Kepala DPUPR Grobogan Subiyono dalam acara tersebut.

Sosialisasi RTD dilakukan untuk memberikan panduan dalam memutuskan suatu tindakan jika terjadi situasi darurat akibat banjir yang disebabkan jebolnya bendungan WKO. Adanya panduan ini diharapkan bisa meminimalkan jatuhnya korban jiwa jika bencana itu terjadi.

“Kondisi bendungan Kedungombo saat ini masih aman. Setiap waktu ada pemeriksaan rutin terkait kondisi bendungan yang dilihat dari beberapa aspek,” ungkap Kepala Dinas Pusdataru Jateng Pasetyo Budie Yuwono, usai membuka sosialisasi.

Dijelaskan, sosialisasi RTD wajib dilakukan setiap 5 tahun sekali. Tujuannya untuk memberikan pemahaman pada berbagai pihak mengenai upaya yang harus dilakukan jika bendungan runtuh. “Sejauh ini, sudah ada kejadian runtuhnya bendungan. Seperti di Situ Gintung Tangerang dan Waduk Sempor Kebumen,” jelasnya.

Waduk Kedungombo diresmikan Presiden Soeharto pada tahun 1991. Waduk tersebut memiliki daya tampung sekitar 700 juta meter kubik. Aliran air dari WKO mampu mengairi lebih dari 60 ribu hektare sawah di sejumlah kabupaten.Jika bendungan jebol, dengan volume air yang luar biasa banyak bisa menimbulkan dampak besar. Sedikitnya, ada 429 desa yang terdapat pada 40 kecamatan di 5 kabupaten yang terjangkau dampak jebolnya bendungan. “Hal seperti itu harus diantisipasi. Oleh sebab itu, diperlukan sosialisasi pada banyak pihak. Kita semua pasti berharap, bendungan ini jangan sampai runtuh,” imbuh Prasetyo.Sementara itu, Kabag TU BBWS Pemali Juana Bambang Astoto menambahkan, sosialisasi ini sebagai langkah kewaspadaan kalau terjadi kegagalan dalam pengamanan bendungan. Menuurtnya, PT Dehas selaku pihak konsultan bendungan sudah memetakan dampak dan gambaran langkah penanganannya."Tiap desain bentungan itu kami rencanakan dengan usia bangunan sampai 50 tahun kedepan. Namun hal itu juga bergantung dengan kondisi alam disekitar bendungan. Kalau wilayah hutan masih bagus dengan pengelolaan yang baik maka usia bendungan bisa lebih panjang,” katanya.Ditambahkan, selain mengairi sawah, air dari WKO juga digunakan untuk pembangkit listrik. Saat ini, produksi listrik dari pembangkit listrik tenaga air berkisar 22 megawatt.Editor : Akrom Hazami

Baca Juga

Komentar

Terpopuler