Ini Cerita Dibalik Pembuatan Film Pendek SMA NU 1 Kradenan Blora yang Jadi Juara Porsemanas
Dani Agus
Kamis, 26 Juli 2018 20:08:53
Salah satu sosok penting dibalik sukses itu adalah Ahmad Rifai, salah satu guru SMA NU 1 Kradenan yang mengajar mata pelajaran Kimia. Selain mengajar rutin, guru berusia 25 tahun itu juga mengampu ekstrakulikuler teater dan sinematografi bagi siswanya. Dalam film pendek berjudul ‘Menembus Batas’, Rifai berperan sebagai sutradara sekaligus editing film.
“Prestasi yang didapat ini berkat kerja keras dan dukungan dari banyak pihak. Terutama, dari Bapak Kepala Sekolah. Saya hanya membantu, membimbing dan memberikan motivasi pada anak-anak untuk berkarya,” katanya merendah.
Konsep film pendek berdurasi 19 menit, 17 detik itu sebenarnya dinilai sederhana tetapi syarat dengan makna. Film itu menceritakan seorang anak perempuan penyandang difabel tuna wicara yang punya keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan SMA di sekolah umum karena tidak ada sekolah khusus di daerahnya.
Selama sekolah inilah, banyak rintangan yang dihadapi oleh pelajar difabel yang diperankan oleh siswi SMA NU 1 Kradenan bernama Nira Ariyani itu. Penyandang difabel itu sering jadi sasaran bully oleh rekan-rekannya. Kondisi itu membuatnya merasa sedih dan seringkali menyendiri di sebuah goa dekat kampungnya.
Namun, seiring perjalanan waktu, anak itu ternyata punya bakat terpendam. Yakni, dalam bidang seni tari. Dari kelebihan inilah, pelajar ini akhirnya diikutkan dalam lomba tari oleh pihak sekolah hingga akhirnya berhasil jadi juara.
“Ada pesan yang ingin kita sampaikan dari film itu. Yakni, di balik kekurangan seseorang, terkadang ada kelebihan yang dimiliki. Hal-hal seperti ini terkadang kurang diperhatikan,” ujar Rifai yang kebetulan adalah alumni SMA NU 1 Kradenan lulusan tahun 2011 itu.
Ide pembuatan film itu dilatar belakangi dengan makin meningkatnya perhatian pemerintah pada penyandang difabel, termasuk dari Pemkab Blora. Latar belakang lainnya adalah banyaknya prestasi yang diraih atau karya dari penyandang difabel, khususnya di Blora.
Pembuatan film pendek ‘Menembus Batas’ dilakukan pada akhir tahun 2016 lalu. Proses pembuatan dari awal hingga selesai editing butuh waktu sekitar dua bulan. Total kru yang terlibat dalam pembuatan film sebanyak 20 orang. Terdiri guru pendamping dan siswa.Kemudian, pada awal 2017 diikutkan dalam Porsema tingkat kabupaten dan berhasil jadi juara I. Selanjutnya pada pertengahan 2017 film itu diikutkan dalam lomba Porsema tingkat Jateng dan meraih juara II. Terakhir, film pendek ini meraih juara I dalam ajang Porsemanas di Malang.Rifai menambahkan, dalam pembuatan film pendek itu juga digunakan sebagai sarana mengenalkan beberapa kearifan lokal di wilayah Kecamatan Kradenan. Misalnya, potensi wisata, hasil pertanian dan perkampungan masyarakat Samin.“Sebagian lokasi pembuatan film kita ambilkan dari potensi daerah. Dengan demikian, kita juga ingin mengenalkan kondisi Blora, khususnya Kecamatan Kradenan pada masyarakat luas,” kata guru yang baru mengajar di SMA NU 1 Kradenan sejak lulus kuliah dari Unnes Semarang tahun 2016 itu.Kepala SMA NU 1 Kradenan Blora Tri Wahyudi menyatakan, sejauh ini, pihaknya memang memberikan kesempatan pada guru dan siswa untuk menyalurkan potensi dan kreativitas yang dimiliki dalam berbagai bidang. Termasuk dalam bidang perfilman.“Prestasi siswa atau sekolah tidak hanya dalam bidang akademik saja. Bidang lainnya juga kita kasih kesempatan untuk maju. Untuk semua kegiatan yang memberikan dampak positif pasti kita dukung penuh,” jelasnya.
Editor : Supriyadi
Murianews, Blora - Keberhasilan SMA NU 1 Kradenan Blora yang berhasil menjadi juara I lomba film pendek dalam ajang Pekan Olahraga dan Seni Ma’arif NU tingkat nasional (Porsemanas) tidak diraih dalam sekejap. Butuh proses panjang untuk bisa menggapai prestasi itu. Terutama dalam menentukan ide cerita serta proses yang harus dilakukan. Mulai membuat naskah, latihan adegan, pemilihan dan setting lokasi, mencari pemeran, pengambilan gambar hingga proses editingnya.
Salah satu sosok penting dibalik sukses itu adalah Ahmad Rifai, salah satu guru SMA NU 1 Kradenan yang mengajar mata pelajaran Kimia. Selain mengajar rutin, guru berusia 25 tahun itu juga mengampu ekstrakulikuler teater dan sinematografi bagi siswanya. Dalam film pendek berjudul ‘Menembus Batas’, Rifai berperan sebagai sutradara sekaligus editing film.
“Prestasi yang didapat ini berkat kerja keras dan dukungan dari banyak pihak. Terutama, dari Bapak Kepala Sekolah. Saya hanya membantu, membimbing dan memberikan motivasi pada anak-anak untuk berkarya,” katanya merendah.
Konsep film pendek berdurasi 19 menit, 17 detik itu sebenarnya dinilai sederhana tetapi syarat dengan makna. Film itu menceritakan seorang anak perempuan penyandang difabel tuna wicara yang punya keinginan kuat untuk melanjutkan pendidikan SMA di sekolah umum karena tidak ada sekolah khusus di daerahnya.
Selama sekolah inilah, banyak rintangan yang dihadapi oleh pelajar difabel yang diperankan oleh siswi SMA NU 1 Kradenan bernama Nira Ariyani itu. Penyandang difabel itu sering jadi sasaran bully oleh rekan-rekannya. Kondisi itu membuatnya merasa sedih dan seringkali menyendiri di sebuah goa dekat kampungnya.
Namun, seiring perjalanan waktu, anak itu ternyata punya bakat terpendam. Yakni, dalam bidang seni tari. Dari kelebihan inilah, pelajar ini akhirnya diikutkan dalam lomba tari oleh pihak sekolah hingga akhirnya berhasil jadi juara.
“Ada pesan yang ingin kita sampaikan dari film itu. Yakni, di balik kekurangan seseorang, terkadang ada kelebihan yang dimiliki. Hal-hal seperti ini terkadang kurang diperhatikan,” ujar Rifai yang kebetulan adalah alumni SMA NU 1 Kradenan lulusan tahun 2011 itu.
Ide pembuatan film itu dilatar belakangi dengan makin meningkatnya perhatian pemerintah pada penyandang difabel, termasuk dari Pemkab Blora. Latar belakang lainnya adalah banyaknya prestasi yang diraih atau karya dari penyandang difabel, khususnya di Blora.
Pembuatan film pendek ‘Menembus Batas’ dilakukan pada akhir tahun 2016 lalu. Proses pembuatan dari awal hingga selesai editing butuh waktu sekitar dua bulan. Total kru yang terlibat dalam pembuatan film sebanyak 20 orang. Terdiri guru pendamping dan siswa.
Kemudian, pada awal 2017 diikutkan dalam Porsema tingkat kabupaten dan berhasil jadi juara I. Selanjutnya pada pertengahan 2017 film itu diikutkan dalam lomba Porsema tingkat Jateng dan meraih juara II. Terakhir, film pendek ini meraih juara I dalam ajang Porsemanas di Malang.
Rifai menambahkan, dalam pembuatan film pendek itu juga digunakan sebagai sarana mengenalkan beberapa kearifan lokal di wilayah Kecamatan Kradenan. Misalnya, potensi wisata, hasil pertanian dan perkampungan masyarakat Samin.
“Sebagian lokasi pembuatan film kita ambilkan dari potensi daerah. Dengan demikian, kita juga ingin mengenalkan kondisi Blora, khususnya Kecamatan Kradenan pada masyarakat luas,” kata guru yang baru mengajar di SMA NU 1 Kradenan sejak lulus kuliah dari Unnes Semarang tahun 2016 itu.
Kepala SMA NU 1 Kradenan Blora Tri Wahyudi menyatakan, sejauh ini, pihaknya memang memberikan kesempatan pada guru dan siswa untuk menyalurkan potensi dan kreativitas yang dimiliki dalam berbagai bidang. Termasuk dalam bidang perfilman.
“Prestasi siswa atau sekolah tidak hanya dalam bidang akademik saja. Bidang lainnya juga kita kasih kesempatan untuk maju. Untuk semua kegiatan yang memberikan dampak positif pasti kita dukung penuh,” jelasnya.
Editor : Supriyadi