Petani Mulai Panen Raya, Bupati Grobogan Minta Pemerintah Jangan Impor Jagung
Dani Agus
Jumat, 1 Februari 2019 06:34:41
Sri Sumarni menegaskan, dari data Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, triwulan pertama 2019 ini, ada panen jagung seluas 43.404 hektare. Rinciannya, pada Januari terdapat 2.361 hektar, Februari ada 24.508 hektare, dan Maret seluas 16.535 hektare dengan hasil panen sekitar 269.104,8 ton.
Dengan kondisi ini, Sri meminta agar pemerintah pusat, dalam hal ini Bulog maupun Menteri Perdagangan untuk membatalkan rencana impor tersebut. Dengan demikian, para petani bisa menikmati hasil panen dengan harga yang bagus.
“Saat ini harga jual jagung masih cukup bagus untuk petani, yakni kisara Rp 5.200 per kilo. Selama ini juga Kabupaten Grobogan sudah menjadi lumbung pangan dan menjadi suplai untuk kebutuhan Jateng maupun Nasional. Oleh sebab itu, kalau bisa pemerintah jangan impor jagung,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian Grobogan Edhie Sudaryanto menambahkan, secara prinsip Kabupaten Grobogan siap menyediakan suplai jagung untuk kebutuhan Jateng maupun Nasional. Dijelaskan, pada Januari hingga Maret nanti ada 43.404 hektare sawah jagung yang dipanen.
“Saat ini sudah memasuki puncak panen di Grobogan dan beberapa daerah lain. Petani Grobogan ini sudah bersusah payah, biarkan mereka menikmati hasil panen saat ini dengan harga masih tinggi. Kalau ada impor, sudah pasti harga jual jagung akan turun dan itu merugikan petani,” jelasnya.
Menurut Edhie, produksi jagung di Kabupaten Grobogan menyumbang 29,3 persen dari produksi jagung Jawa Tengah dan 2,8 persen dari produksi jagung nasional. Selama ini, lahan pertanian untuk komoditas jagung tidak hanya di areal persawahan saja. Pihaknya juga bekerjasama dengan Perum Perhutani untuk menggunakan sebagian wilayah hutan sebagai lahan jagung.“Panen jagung tidak berhenti di Maret saja. Pada Mei-Juni hingga Oktober diperkirakan masih ada panen Jagung. Target kami, hingga Oktober nanti ada 90 ribu hektare lahan jagung yang bisa dipanen,” jelasnya.Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian RI Agung Hendriadi mengatakan, selama ini suplai jagung dari Jawa Tengah maupun Grobogan dinilai cukup bagus dan sudah bisa memenuhi kebutuhan peternak besar dan kecil.“Kalau sudah menghadapi panen seperti ini maka tidak perlu impor lagi. Pada kisaran dua minggu kedepan bisa mencapai kebutuhan. Jadi impor tidak perlu lagi asal hasil panen petani baik,” ujarnya.
Editor : Supriyadi
Murianews, Grobogan - Bupati Grobogan Sri Sumarni meminta agar pemerintah tidak melakukan impor jagung untuk mencukupi kebutuhan pakan ternak. Hal itu disampaikan saat melangsungkan melangsungkan panen jagung di Desa Telawah, Kecamatan Karangrayung, Kamis (31/1/2019). Ikut mendampingi bupati, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian RI Agung Hendriadi pimpinan FKPD, Kepala Dinas Pertanian Grobogan Edhie Sudaryanto, dan sejumlah pejabat terkait.
Sri Sumarni menegaskan, dari data Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, triwulan pertama 2019 ini, ada panen jagung seluas 43.404 hektare. Rinciannya, pada Januari terdapat 2.361 hektar, Februari ada 24.508 hektare, dan Maret seluas 16.535 hektare dengan hasil panen sekitar 269.104,8 ton.
Dengan kondisi ini, Sri meminta agar pemerintah pusat, dalam hal ini Bulog maupun Menteri Perdagangan untuk membatalkan rencana impor tersebut. Dengan demikian, para petani bisa menikmati hasil panen dengan harga yang bagus.
“Saat ini harga jual jagung masih cukup bagus untuk petani, yakni kisara Rp 5.200 per kilo. Selama ini juga Kabupaten Grobogan sudah menjadi lumbung pangan dan menjadi suplai untuk kebutuhan Jateng maupun Nasional. Oleh sebab itu, kalau bisa pemerintah jangan impor jagung,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian Grobogan Edhie Sudaryanto menambahkan, secara prinsip Kabupaten Grobogan siap menyediakan suplai jagung untuk kebutuhan Jateng maupun Nasional. Dijelaskan, pada Januari hingga Maret nanti ada 43.404 hektare sawah jagung yang dipanen.
“Saat ini sudah memasuki puncak panen di Grobogan dan beberapa daerah lain. Petani Grobogan ini sudah bersusah payah, biarkan mereka menikmati hasil panen saat ini dengan harga masih tinggi. Kalau ada impor, sudah pasti harga jual jagung akan turun dan itu merugikan petani,” jelasnya.
Menurut Edhie, produksi jagung di Kabupaten Grobogan menyumbang 29,3 persen dari produksi jagung Jawa Tengah dan 2,8 persen dari produksi jagung nasional. Selama ini, lahan pertanian untuk komoditas jagung tidak hanya di areal persawahan saja. Pihaknya juga bekerjasama dengan Perum Perhutani untuk menggunakan sebagian wilayah hutan sebagai lahan jagung.
“Panen jagung tidak berhenti di Maret saja. Pada Mei-Juni hingga Oktober diperkirakan masih ada panen Jagung. Target kami, hingga Oktober nanti ada 90 ribu hektare lahan jagung yang bisa dipanen,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementrian Pertanian RI Agung Hendriadi mengatakan, selama ini suplai jagung dari Jawa Tengah maupun Grobogan dinilai cukup bagus dan sudah bisa memenuhi kebutuhan peternak besar dan kecil.
“Kalau sudah menghadapi panen seperti ini maka tidak perlu impor lagi. Pada kisaran dua minggu kedepan bisa mencapai kebutuhan. Jadi impor tidak perlu lagi asal hasil panen petani baik,” ujarnya.
Editor : Supriyadi