Dikira Palsu, Lingga Yoni di Museum Grobogan Dipastikan Benda Peninggalan Masa Lalu
Dani Agus
Jumat, 21 Juni 2019 17:00:58
Salah satu tim ahli dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng Sugiyono mengungkapkan, semua lingga yoni yang ada di museum itu asli. Artinya, barang tersebut merupakan peninggalan masa lalu.
Selain dipastikan keasliannya, lingga yoni di Grobogan yang terbuat dari batu putih atau batu tufa itu dinilai istimewa. Sebab, lingga yoni yang ada saat ini, kebanyakan dibuat dari batu andesit atau batu hitam.
“Lingga yoni dari batu putih ini biasanya ditemukan di daerah pegunungan kapur. Kita perkirakan, ini peninggalan sekitar abad kedelapan pada zaman kerajaan Mataram Kuno,” jelasnya.
Soal bentuk salah satu lingga yoni yang halus, ia menyatakan, tidak berarti hal itu membuktikan barang tersebut palsu. Menurutnya, banyak karakteristik lingga yoni yang pernah dikajinya. Dimana, bentuk lingga yoni itu tergantung dari bahan baku pembuatannya, seniman yang membuat, hingga jangka waktu terpendamnya.
“Di Candi Prambanan, ada lingga yoni yang bentuknya lebih halus dari yang ini. Hanya saja, yang di Prambanan itu terbuat dari batu andesit,” sambungnya.
“Di Candi Prambanan, ada lingga yoni yang bentuknya lebih halus dari yang ini. Hanya saja, yang di Prambanan itu terbuat dari batu andesit,” sambungnya.Sementara itu, Kabid Kebudayaan Disporabudpar Marwoto mengakui jika selama ini ada beberapa pihak yang sempat meragukan keaslian beberapa koleksi di museum tersebut. Hal tersebut dinilai cukup wajar karena selama ini memang belum dilakukan kajian terhadap beragam benda yang ada di museum tersebut.“Dulu pendataan yang dilakukan hanya berkisar nama benda, lokasi dan waktu penemuan, ukuran atau bahannya saja. Jadi informasinya memang sangat minim. Untuk kajian tim ahli dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran dan BPCB Jateng baru bisa dilakukan saat ini. Dari hasil kajian ini nanti sangat membantu dalam menyosialisasikan pada masyarakat,” ujarnya. Reporter: Dani AgusEditor: Supriyadi
MURIANEWS.com, Grobogan - Satu di antara tiga lingga yoni yang menjadi koleksi Museum Lokal Grobogan, sempat diragukan keasliannya oleh beberapa pihak. Keraguan itu muncul terkait bentuk lingga yoni yang teksurnya cukup halus seperti benda cetakan dan warnanya agak gelap. Kondisi berbeda dengan dua lingga yoni lainnya yang teksturnya agak kasar dan warnanya lebih terang.
Salah satu tim ahli dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng Sugiyono mengungkapkan, semua lingga yoni yang ada di museum itu asli. Artinya, barang tersebut merupakan peninggalan masa lalu.
Selain dipastikan keasliannya, lingga yoni di Grobogan yang terbuat dari batu putih atau batu tufa itu dinilai istimewa. Sebab, lingga yoni yang ada saat ini, kebanyakan dibuat dari batu andesit atau batu hitam.
“Lingga yoni dari batu putih ini biasanya ditemukan di daerah pegunungan kapur. Kita perkirakan, ini peninggalan sekitar abad kedelapan pada zaman kerajaan Mataram Kuno,” jelasnya.
Soal bentuk salah satu lingga yoni yang halus, ia menyatakan, tidak berarti hal itu membuktikan barang tersebut palsu. Menurutnya, banyak karakteristik lingga yoni yang pernah dikajinya. Dimana, bentuk lingga yoni itu tergantung dari bahan baku pembuatannya, seniman yang membuat, hingga jangka waktu terpendamnya.
“Di Candi Prambanan, ada lingga yoni yang bentuknya lebih halus dari yang ini. Hanya saja, yang di Prambanan itu terbuat dari batu andesit,” sambungnya.
Sementara itu, Kabid Kebudayaan Disporabudpar Marwoto mengakui jika selama ini ada beberapa pihak yang sempat meragukan keaslian beberapa koleksi di museum tersebut. Hal tersebut dinilai cukup wajar karena selama ini memang belum dilakukan kajian terhadap beragam benda yang ada di museum tersebut.
“Dulu pendataan yang dilakukan hanya berkisar nama benda, lokasi dan waktu penemuan, ukuran atau bahannya saja. Jadi informasinya memang sangat minim. Untuk kajian tim ahli dari Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran dan BPCB Jateng baru bisa dilakukan saat ini. Dari hasil kajian ini nanti sangat membantu dalam menyosialisasikan pada masyarakat,” ujarnya.
Reporter: Dani Agus
Editor: Supriyadi