Kamis, 20 November 2025


Lantas hal tersebut menarik komentar dari aktivis Muria Research Center Indonesia (MRC)  Muhammad Widjanarko. Menurutnya,  pengecatan batu tersebut dinilai salah kaprah.

"Niru kampung warna tapi salah kaprah, bukankah akan lebih alami dengan batu yang asli, " jelasnya Selasa (10/7/2018).

Ia mengajak masyarakat lainnya untuk tidak meniru-meniru ngecat batu tersebut.Terutama di desa-desa dan pinggir sungai dan hutan. Ia menilai, seharusnya mengecat batu bisa dialihkan dengan kegiatan lainnya. Seperti kebersihan sungai dari sampah.

"Pihak terkait dan desa harus segera bergerak untuk mengembalikan fungsi alami. Kasus batu dicat hanya berakibat vandalisme, bukan seni untuk lingkungan," kata dia.Ia menilai, perilaku vandalisme dengan mengecat batu di sungai akan memengaruhi orang untuk ikut mengubah alam.  Hal itu menurut dia, termasuk dalam seni yang mengingkari alam." Jadi perlu membangun kesadaran peduli wisata tidak dengan merusak alam, " tandasnya.Editor : Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler