Gus Miftah Ajak Warga di Kudus Teladani dan Cintai Nabi Muhammad
Dian Utoro Aji
Kamis, 28 November 2019 21:59:31
"Memperingati maulid nabi Muhammad SAW itu bentuk rasa cinta kepada rosul. Ndak perlu untuk mencari dalil. Cukup Rokip dan Atif yang menilai," kata pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta itu.
Ia menegaskan, peringatan hari Maulid Nabi Muhammad itu tidak bidah. Ia pun bercerita, waktu dulu, ia pernah ngaji di daerah Kulon Progo. Suatu ketika, ia sedang mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm. Saat di traffic light, ia pun asal jalan tanpa memperhatikan lampu tersebut merah atau hijau.
"Akhirnya saya ditilang. Polisinya bilang, selamat malam. Saya jawab assalamualaikum," katanya.
Saat ditilang, lanjutnya, ia pun diberitahu melakukan pelanggaran helm dan melanggar rambu. Dari situ, ia pun menjelaskan kalau pakai helm itu bid’ah. Karena di zaman nabi tak ada yang namanya helm.
"Kemudian polisianya menjelaskan, motor juga tak ada di zaman nabi. Nah, pakai helm itu untuk keselatan saat berkendara. Ndak bawa helm ndak selamat," terangnya.
Gus Miftah kembali mencontohkan, beduk yang ada di masjid sebagai tanda masuk waktu salat di sebagian kalangan juga dianggap bid’ah. Alasannya, juga sama, di zaman rosul tak ada bedug. Padahal bedug itu digunakan untuk menunjukkan waktu salat sebelum berazan.
Gus Miftah kembali mencontohkan, beduk yang ada di masjid sebagai tanda masuk waktu salat di sebagian kalangan juga dianggap bid’ah. Alasannya, juga sama, di zaman rosul tak ada bedug. Padahal bedug itu digunakan untuk menunjukkan waktu salat sebelum berazan.Oleh karena itu, pemahaman seperti inilah kemudian yang membuat dirinya marah. Karena semuanya harus dicontoh. Tidak ada pada diri rosullah dikatakan bidah."Kalau semua serba Kanjeng Nabi, ya ndak bisa. Semua tergantung niat awal dan asal usul kenapa ada tradisi atau budaya tersebut. Jadi tak asal membid’ah kan orang," ungkapnya.Untuk itu, ia mengajak semua umat islam bisa meneladani rosullullah. Tidak hanya sunnahnya, melainkan juga kebijakannya dalam menghadapi zaman. Reporter: Dian Utoro AjiEditor: Supriyadi
MURIANEWS.com, Kudus - Kiai kondang asal Yogyakarta, Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah mengajak semua warga Kudus dan ribuan jemaah yang menghadiri pengajian di Masjid Taqwa, Dukuh Ngemplak, Desa Gondosari Kecamatan Gebog untuk mencintai Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Menurutnya, mencintai nabi Muhammad SAW tidak perlu dalil segala macam.
"Memperingati maulid nabi Muhammad SAW itu bentuk rasa cinta kepada rosul. Ndak perlu untuk mencari dalil. Cukup Rokip dan Atif yang menilai," kata pengasuh Pondok Pesantren Ora Aji di Sleman, Yogyakarta itu.
Ia menegaskan, peringatan hari Maulid Nabi Muhammad itu tidak bidah. Ia pun bercerita, waktu dulu, ia pernah ngaji di daerah Kulon Progo. Suatu ketika, ia sedang mengendarai sepeda motor tanpa mengenakan helm. Saat di traffic light, ia pun asal jalan tanpa memperhatikan lampu tersebut merah atau hijau.
"Akhirnya saya ditilang. Polisinya bilang, selamat malam. Saya jawab assalamualaikum," katanya.
Saat ditilang, lanjutnya, ia pun diberitahu melakukan pelanggaran helm dan melanggar rambu. Dari situ, ia pun menjelaskan kalau pakai helm itu bid’ah. Karena di zaman nabi tak ada yang namanya helm.
"Kemudian polisianya menjelaskan, motor juga tak ada di zaman nabi. Nah, pakai helm itu untuk keselatan saat berkendara. Ndak bawa helm ndak selamat," terangnya.
Gus Miftah kembali mencontohkan, beduk yang ada di masjid sebagai tanda masuk waktu salat di sebagian kalangan juga dianggap bid’ah. Alasannya, juga sama, di zaman rosul tak ada bedug. Padahal bedug itu digunakan untuk menunjukkan waktu salat sebelum berazan.
Oleh karena itu, pemahaman seperti inilah kemudian yang membuat dirinya marah. Karena semuanya harus dicontoh. Tidak ada pada diri rosullah dikatakan bidah.
"Kalau semua serba Kanjeng Nabi, ya ndak bisa. Semua tergantung niat awal dan asal usul kenapa ada tradisi atau budaya tersebut. Jadi tak asal membid’ah kan orang," ungkapnya.
Untuk itu, ia mengajak semua umat islam bisa meneladani rosullullah. Tidak hanya sunnahnya, melainkan juga kebijakannya dalam menghadapi zaman.
Reporter: Dian Utoro Aji
Editor: Supriyadi