Rabu, 19 November 2025


”Jadi, saya itu pernah dijuluki presiden pendosa. Kenapa? Karena saya dakwah di tempat-tempat hiburan malam, bahkan lokalisasi,” katanya saat mengisi pengajian Maulid Nabi di Masjid Taqwa, Dukuh Ngemplak, Desa Gondosari, Kecamatan Gebog, Kamis (28/11/2019).

Ia pun menjelaskan, cap negatif tersebut tak pernah ia pikirkan. Terlebih ia mengakui masih jauh dari sempurna. Hanya, ia memberanikan diri untuk berceramah di tempat hiburan malam.

"Saya ngajinya di club malam, ketemu dengan lonte dan dengan LC yang cantik dan seksi. Pasti kamu Ndak kuat," ujar Kiai nyentrik asal Sleman, Yogyakarta ini.

Ia mengatakan, lebel presiden pendosa itu diberikan saat ia pengajian di lokalisasi di Surabaya. Kala itu, ia sempat mampir di sebuah cafe. Di dalamnya, ternyata sudah banyak orang siap-siap untuk dugem. Parahnya, mereka mengenakan pakaian dinasnya.

"Pakaian isusu panter. Ini susu, pantatnya bikin gemeter," katanya sambil tertawa.

Tidak sampai itu, ketika di dalam ia disambut seorang pembawa acara. Ia disambut dengan ucapan selamat datang Gus Miftah presiden para pendosa.
Tidak sampai itu, ketika di dalam ia disambut seorang pembawa acara. Ia disambut dengan ucapan selamat datang Gus Miftah presiden para pendosa."Begitu saya naik, mbak mbak itu ngajak Selfi. Kiwo susu, tengen susu. Di situlah saya mengapa menggunakan kecamatan hitam," cerita sambil tertawa.Oleh karena itu, Gus Miftah mengatakan tidak semua orang sama untuk mencontoh seperti Kanjeng nabi Muhammad Saw. Yang terpenting adalah bagaiman untuk meneladi kanjeng nabi Muhammad Saw.”Yang penting itu caranya meneladani rosullullah. Kalau harus sama dengan beliau ya tidak bisa lah. Karena itu, ngaji. Cermati dan teladanilah perangai rosullullah,” tandasnya. Reporter: Dian Utoro AjiEditor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler