Usulan Lasem Sebagai Kota Pusaka Diharapkan Segera Terwujud
Edy Sutriyono
Kamis, 22 Desember 2016 09:00:02
Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Rembang Edi Winarno mengatakan, Lasem sudah layak mendapatkan predikat Kota Pusaka. Sebab, Lasem memiliki situs sejarah, budaya yang berkaitan dengan kemerdekaan, kerukunan antaretnis, kerukunan antaragama dan sebagainya.
“Lasem memiliki beragam situs maupun peninggalan yang penting bagi kehidupan komunitas dan masyarakat luas pada umumnya. Sehingga dengan adanya berbagai situs tersebut, Lasem dinilai dapat memenuhi kriteria untuk jadi Kota Pusaka. Usulannya sudah 3 tahun lalu, dan diharapkan 2018 mendatang bisa terwujud,” ujarnya.
Dirinya juga mengimbau kepada masyarakat, untuk bersama-sama menjaga dan merawat situs sejarah dan budaya yang ada di Lasem. Sehingga, nantinya, impian Lasem untuk menjadi Kota Pusaka bisa benar-benar terwujud.
Dirinya juga mengatakan, kenapa usulan tersebut diajukan ke Kementerian PUPR. Sebab, Kementerian PUPR memiliki program untuk melestarikan nilai-nilai sejarah dan utilitas bangunan peninggalan budaya.Pelestarian bangunan peninggalan budaya itu supaya tidak tergerus oleh rencana pembangunan yang dilakukan pada saat ini.
Beberapa waktu sebelumnya, Ernantoro, salah satu pegiat Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah (Fokmas) Lasem menuturkan, keinginan untuk menjadikan Lasem sebagai Kota Pusaka Dunia pertama di Indonesia mulai menemukan titik terang. “Mimpi Lasem sebagai Kota Pusaka dunia semakin dekat,” katanya.
Menurutnya, usaha dan kerja keras Fokmas yang rela mencurahkan ide, pikiran, tenaga hingga dana untuk mewujudkan hal itu tidaklah sia-sia. Dari sisi sejarah, peninggalan sejarah dari masa ke masa di Lasem sudah lengkap. “Akhirnya menjadi impian bersama, bahwa Lasem ini harus dilestarikan dan dipromosikan karena sangat potensial,” ungkapnya.Ernantoro menjelaskan, kerja keras Fokmas dimulai dengan mengumpulkan data sejarah dan budaya Lasem, membangkitkan kembali kesenian rakyat, mengangkat batik Lasem dan menggandeng para tokoh masyarakat setempat. Semua itu dilakukan demi melestarikan dan mempromosikan potensi Lasem yang masih jarang diketahui.“Rencananya, Lasem akan dijadikan kunjungan wisata Kota Tua dan perlu dilindungi berbagai bangunan tua yang ada disana. Tidak perlu gedung-gedung baru, hanya saja penataan PKL cukup dirapikan,” imbuhnya.Terkait dengan penataan di wilayah Karangturi, katanya perlu adanya penataan dan pembuatan gapura yang melambangkan identitas masyarakat Lasem. “Keinginan Fokmas salah satunya wilayah di Karangturi yang milik kabupaten harus ditata, dibersihkan dan dibuatkan gapura berarsitek kombinasi Cina dan pesantren dengan warna merah dan hijau,” jelasnya.Saat ini, pemerintah setempat sedang serius mengusulkan Lasem sebagai Kota Pusaka Dunia ke Unesco. Banyak pihak menilai, jika dibandingkan dengan Kota Malaka yang merupakan Kota Pusaka Dunia yang diakui Unesco, Lasem memiliki lebih banyak keunggulan dari sisi sejarahnya dan bangunan kunonya.
Editor : Kholistiono
Murianews,Rembang – Pemerintah Kabupaten Rembang telah mengusulkan Lasem ditetapkan sebagai Kota Pusaka ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) beberapa tahun lalu. Diharapkan, usulan tersebut segera terwujud.
Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Rembang Edi Winarno mengatakan, Lasem sudah layak mendapatkan predikat Kota Pusaka. Sebab, Lasem memiliki situs sejarah, budaya yang berkaitan dengan kemerdekaan, kerukunan antaretnis, kerukunan antaragama dan sebagainya.
“Lasem memiliki beragam situs maupun peninggalan yang penting bagi kehidupan komunitas dan masyarakat luas pada umumnya. Sehingga dengan adanya berbagai situs tersebut, Lasem dinilai dapat memenuhi kriteria untuk jadi Kota Pusaka. Usulannya sudah 3 tahun lalu, dan diharapkan 2018 mendatang bisa terwujud,” ujarnya.
Dirinya juga mengimbau kepada masyarakat, untuk bersama-sama menjaga dan merawat situs sejarah dan budaya yang ada di Lasem. Sehingga, nantinya, impian Lasem untuk menjadi Kota Pusaka bisa benar-benar terwujud.
Dirinya juga mengatakan, kenapa usulan tersebut diajukan ke Kementerian PUPR. Sebab, Kementerian PUPR memiliki program untuk melestarikan nilai-nilai sejarah dan utilitas bangunan peninggalan budaya.Pelestarian bangunan peninggalan budaya itu supaya tidak tergerus oleh rencana pembangunan yang dilakukan pada saat ini.
Beberapa waktu sebelumnya, Ernantoro, salah satu pegiat Forum Komunikasi Masyarakat Sejarah (Fokmas) Lasem menuturkan, keinginan untuk menjadikan Lasem sebagai Kota Pusaka Dunia pertama di Indonesia mulai menemukan titik terang. “Mimpi Lasem sebagai Kota Pusaka dunia semakin dekat,” katanya.
Menurutnya, usaha dan kerja keras Fokmas yang rela mencurahkan ide, pikiran, tenaga hingga dana untuk mewujudkan hal itu tidaklah sia-sia. Dari sisi sejarah, peninggalan sejarah dari masa ke masa di Lasem sudah lengkap. “Akhirnya menjadi impian bersama, bahwa Lasem ini harus dilestarikan dan dipromosikan karena sangat potensial,” ungkapnya.
Ernantoro menjelaskan, kerja keras Fokmas dimulai dengan mengumpulkan data sejarah dan budaya Lasem, membangkitkan kembali kesenian rakyat, mengangkat batik Lasem dan menggandeng para tokoh masyarakat setempat. Semua itu dilakukan demi melestarikan dan mempromosikan potensi Lasem yang masih jarang diketahui.
“Rencananya, Lasem akan dijadikan kunjungan wisata Kota Tua dan perlu dilindungi berbagai bangunan tua yang ada disana. Tidak perlu gedung-gedung baru, hanya saja penataan PKL cukup dirapikan,” imbuhnya.
Terkait dengan penataan di wilayah Karangturi, katanya perlu adanya penataan dan pembuatan gapura yang melambangkan identitas masyarakat Lasem. “Keinginan Fokmas salah satunya wilayah di Karangturi yang milik kabupaten harus ditata, dibersihkan dan dibuatkan gapura berarsitek kombinasi Cina dan pesantren dengan warna merah dan hijau,” jelasnya.
Saat ini, pemerintah setempat sedang serius mengusulkan Lasem sebagai Kota Pusaka Dunia ke Unesco. Banyak pihak menilai, jika dibandingkan dengan Kota Malaka yang merupakan Kota Pusaka Dunia yang diakui Unesco, Lasem memiliki lebih banyak keunggulan dari sisi sejarahnya dan bangunan kunonya.
Editor : Kholistiono