Begini Kisah Sedih Para Kusir Wisata Menara Kudus
Faisol Hadi
Senin, 5 Desember 2016 21:00:59
Mahot, seorang kusir menuturkan jumlah dokar di Terminal Bakalan Krapyak sekitar 10 unit. Mereka merupakan dokar yang aktif beroperasi setiap hari. "Kami hanya berjumlah 10 orang anggota, jadi tolong perhatikan nasib kami juga. Kami juga masih ingin kerja dengan menarik dokar di kawasan Menara," katanya kepada MuriaNewsCom, Senin (5/12/2016).
Pihaknya beserta rekan kusir lain ingin beraktivitas seperti biasa. Meskipun hasilnya tidak terlalu besar namun dengan aktivitas yang rutin, dapat membantu ekonomi keluarga. Untuk satu penumpang, kata dia, ongkos yang dikeluarkan sejumlah Rp 5 ribu. Meski demikian, tidak tiap hari ada penumpang dan seringkali harus pulang dengan tangan kosong.
Asmadi, kusir lainnya menuturkan, pihaknya akan melancarkan beberapa aksi protes soal kebijakan pemerintah tersebut. "Kami sebenarnya cinta damai, kami cuma ingin kerja seperi biasanya saja. Jadi jika kerjaan kami dihilangkan maka kami akan demo," ungkapnya.
Kepala Dishubkominfo Didik Sugiharto mengatakan, dokar dilarang beroperasi. Jika para kusir ingin bekerja, pihaknya mempersilakan mereka untuk membeli motor, guna menjadi tukang ojek. "Bagaimana pun juga, keamanan dan kenyamanan harus menjadi prioritas. Apalagi malam hari yang membutuhkan penerangan tambahan. Kami tidak mau tahu," ucapnya.
Editor : Akrom Hazami
Murianews, Kudus - Sejumlah kusir wisata Menara Kudus, merasa jika nasibnya sebagai penarik dokar tidak diperhatikan oleh pemerintah daerah. Terutama mereka yang beroperasi di Terminal Bakalan Krapayak Kudus. Sebab kebijakan pemerintah setempat di antaranya adalah melarang keberadaan dokar beroperasi di Terminal Bakalan Krapyak.
Mahot, seorang kusir menuturkan jumlah dokar di Terminal Bakalan Krapyak sekitar 10 unit. Mereka merupakan dokar yang aktif beroperasi setiap hari. "Kami hanya berjumlah 10 orang anggota, jadi tolong perhatikan nasib kami juga. Kami juga masih ingin kerja dengan menarik dokar di kawasan Menara," katanya kepada MuriaNewsCom, Senin (5/12/2016).
Pihaknya beserta rekan kusir lain ingin beraktivitas seperti biasa. Meskipun hasilnya tidak terlalu besar namun dengan aktivitas yang rutin, dapat membantu ekonomi keluarga. Untuk satu penumpang, kata dia, ongkos yang dikeluarkan sejumlah Rp 5 ribu. Meski demikian, tidak tiap hari ada penumpang dan seringkali harus pulang dengan tangan kosong.
Asmadi, kusir lainnya menuturkan, pihaknya akan melancarkan beberapa aksi protes soal kebijakan pemerintah tersebut. "Kami sebenarnya cinta damai, kami cuma ingin kerja seperi biasanya saja. Jadi jika kerjaan kami dihilangkan maka kami akan demo," ungkapnya.
Kepala Dishubkominfo Didik Sugiharto mengatakan, dokar dilarang beroperasi. Jika para kusir ingin bekerja, pihaknya mempersilakan mereka untuk membeli motor, guna menjadi tukang ojek. "Bagaimana pun juga, keamanan dan kenyamanan harus menjadi prioritas. Apalagi malam hari yang membutuhkan penerangan tambahan. Kami tidak mau tahu," ucapnya.
Editor : Akrom Hazami