Perkembangan Kendaraan Tak Diimbangi Luas Jalan Raya di Kudus
Faisol Hadi
Sabtu, 10 Desember 2016 09:10:23
Kepala Dishubkominfo Kudus Didik Sugiharto mengatakan, pertambahan kendaraan seperti sepeda motor, tiap bulan mencapai ratusan unit. Sedangakan untuk mobil sejumlah puluhan. Hal itu otomatis memicu kemacetan di sejumlah titik di Kudus. "Apalagi kondisi jalan umum sudah mentok. Tidak bisa dibenahi lagi, jadi jalanan pasti padat, terlebih di jam tertentu," katanya kepada MuriaNewsCom.
Menurutnya, sebenarnya hal itu bisa disiasati dengan memperlebar jalan jalan alternatif. Sebab banyak jalan di Kudus yang seharusnya mampu dimaksimalkan namun masih belum terlaksana. "Jika seperti ini terus, maka maksimal lima tahun ke depan Kudus akan seperti Jakarta yang sekarang," ujarnya.
Kepala Dinas Bina Marga, Pengairan, Energi dan Sumber Daya Mineral (BPESDM) Kudus, Sam’ani Intakoris mengatakan, pengembangan pembangunan jalan di Kudus tidak sesuai dengan angka kendaraan yang keluar. "Untuk pelebaran jalan hanya mencakup 0,2 persen tiap tahunnya. Sedangkan kendaraan yang keluar kurang lebih mencapai 20 persen," ungkapnya.
Menurutnya, manajemen lalu lintas itu sangat diperlukan mulai sekarang. Manajemen lalu lintas itu seperti jam berangkat dan pulang sekolah, harus dibedakan dengan jam berangkat dan pulang para karyawan atau pegawai.Tidak hanya itu, pemkab perlu menyediakan angkutan khusus bagi pelajar dan pekerja secara gratis. Tujuannya, untuk mengurangi kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya. Terutama bagi pelajar dan karyawan pabrikan. "Saat ini rekayasa yang sudah diberlakukan kurang efektif. Karena masih terjadi kepadatan saat jam berangkat dan pulang sekolah serta pekerja," imbuhnya.Selain itu, masih kata Sam’ani, diperlukan adanya pemetaan pengguna jalan menggunakan progam Matrik Asal Tujuan (MAT). Progam tersebut untuk memberikan informasi pola perjalanan untuk memetakan arus transportasi.
Editor : Akrom Hazami
Murianews, Kudus - Semakin tahun, jalan raya di Kudus semakin padat. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa hal. Di antaranya, banyaknya kendaraan yang berada di jalanan tapi tak diimbangi dengan pelebaran jalan.
Kepala Dishubkominfo Kudus Didik Sugiharto mengatakan, pertambahan kendaraan seperti sepeda motor, tiap bulan mencapai ratusan unit. Sedangakan untuk mobil sejumlah puluhan. Hal itu otomatis memicu kemacetan di sejumlah titik di Kudus. "Apalagi kondisi jalan umum sudah mentok. Tidak bisa dibenahi lagi, jadi jalanan pasti padat, terlebih di jam tertentu," katanya kepada MuriaNewsCom.
Menurutnya, sebenarnya hal itu bisa disiasati dengan memperlebar jalan jalan alternatif. Sebab banyak jalan di Kudus yang seharusnya mampu dimaksimalkan namun masih belum terlaksana. "Jika seperti ini terus, maka maksimal lima tahun ke depan Kudus akan seperti Jakarta yang sekarang," ujarnya.
Kepala Dinas Bina Marga, Pengairan, Energi dan Sumber Daya Mineral (BPESDM) Kudus, Sam’ani Intakoris mengatakan, pengembangan pembangunan jalan di Kudus tidak sesuai dengan angka kendaraan yang keluar. "Untuk pelebaran jalan hanya mencakup 0,2 persen tiap tahunnya. Sedangkan kendaraan yang keluar kurang lebih mencapai 20 persen," ungkapnya.
Menurutnya, manajemen lalu lintas itu sangat diperlukan mulai sekarang. Manajemen lalu lintas itu seperti jam berangkat dan pulang sekolah, harus dibedakan dengan jam berangkat dan pulang para karyawan atau pegawai.
Tidak hanya itu, pemkab perlu menyediakan angkutan khusus bagi pelajar dan pekerja secara gratis. Tujuannya, untuk mengurangi kendaraan bermotor yang melintas di jalan raya. Terutama bagi pelajar dan karyawan pabrikan. "Saat ini rekayasa yang sudah diberlakukan kurang efektif. Karena masih terjadi kepadatan saat jam berangkat dan pulang sekolah serta pekerja," imbuhnya.
Selain itu, masih kata Sam’ani, diperlukan adanya pemetaan pengguna jalan menggunakan progam Matrik Asal Tujuan (MAT). Progam tersebut untuk memberikan informasi pola perjalanan untuk memetakan arus transportasi.
Editor : Akrom Hazami