Tarif Kontainer Naik Seribu Persen Lebih, Pengusaha Mebel Jepara Menjerit
Faqih Mansur Hidayat
Senin, 9 Agustus 2021 14:48:22
MURIANEWS, Jepara - Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung terus menjadi momok bagi bisnis mebel di Jepara. Bahkan kini para pengusaha dibuat kelimpungan dengan mekanisme global yang saat ini tengah berlangsung.
Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HMKI) Jepara Maskur Aulia mengatakan, bahwa kondisi pemasaran mebel dari Jepara ke luar negeri sangat tidak kondusif. Terutama pada persoalan sewa kontainer.
Maskur mejelaskan, para pengusaha kesulitan mendapatkan kontainer. Padahal, yang membutuhkan sangat banyak. Tetapi, di sisi lain jumlah penyedia jasa penyewaan kontainer itu amat terbatas.
“Kelangkaan kontainer ini tidak hanya di Indonesia. Akan tetapi di semua yang memiliki basis ekspor maupun impor, itu sama,” kata Maskur.
Tidak hanya terbatasnya kontainer, para pengusaha juga dihadapkan dengan kenaikan tarif sewa kontainer, yang bahkan menembus seribu persen lebih.
“Secara perhitungan sudah enggak masuk akal. Misalnya kita masih naik tiga kali lipat lah, 300 persen ini kan masih wajar. Tapi sekarang ini yang jadi masalah, sudah sampai hampir 1.100 persen,” ungkap Maskur.
Ia mengaku sudah berkomunikasi dengan beberapa
stakeholder lain. Informasi yang ia dapatkan, yaitu persoalannya pada pembatasan-pembatasan di negara tujuan ekspor.“Tetapi perhitungan kenaikan ini sangat tidak masuk akal. Makannya, teman-teman itu sampai mengatakan bahwa ini sudah masuk ke arah arena kartel. Kerja sama perusahaan
shipping (ekspedisi kapal, red) untuk melakukan sesuatu untuk menekan
customer-customer (pelanggan, red),” tegas Maskur.Persoalan tidak sampai di situ. Maskur mengatakan bahwa saat ini
sales contract atau kesepakatan antara pengusaha dan penyedia kontainer dalam penyewaan kontainer sudah tidak berlaku lagi. Bukan hanya itu pengusaha yang sudah memegang
delivery order (DO) kontainer atau kunci untuk bisa masuk ke negara tujuan, tidak menjamin bisa ekspor dengan lancar.“Kita memegang DO saja, itu bisa di
reject di tengah jalan. Ini yang terjadi. Ini memang betul-betul kita dibuat tidak berdaya dengan
shipping company. Sekarang ini cenderung siapa yang berani bayar mahal, itu yang akan mendapat kontainer,” imbuh Maskur. Reporter: Faqih Mansur HidayatEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_232651" align="alignleft" width="1280"]

Pekerja tengah mengerjakan mebel di salah satu gudang di Jepara. (MURIANEWS/Faqih Mansur Hidayat)[/caption]
MURIANEWS, Jepara - Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung terus menjadi momok bagi bisnis mebel di Jepara. Bahkan kini para pengusaha dibuat kelimpungan dengan mekanisme global yang saat ini tengah berlangsung.
Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HMKI) Jepara Maskur Aulia mengatakan, bahwa kondisi pemasaran mebel dari Jepara ke luar negeri sangat tidak kondusif. Terutama pada persoalan sewa kontainer.
Maskur mejelaskan, para pengusaha kesulitan mendapatkan kontainer. Padahal, yang membutuhkan sangat banyak. Tetapi, di sisi lain jumlah penyedia jasa penyewaan kontainer itu amat terbatas.
“Kelangkaan kontainer ini tidak hanya di Indonesia. Akan tetapi di semua yang memiliki basis ekspor maupun impor, itu sama,” kata Maskur.
Tidak hanya terbatasnya kontainer, para pengusaha juga dihadapkan dengan kenaikan tarif sewa kontainer, yang bahkan menembus seribu persen lebih.
“Secara perhitungan sudah enggak masuk akal. Misalnya kita masih naik tiga kali lipat lah, 300 persen ini kan masih wajar. Tapi sekarang ini yang jadi masalah, sudah sampai hampir 1.100 persen,” ungkap Maskur.
Ia mengaku sudah berkomunikasi dengan beberapa
stakeholder lain. Informasi yang ia dapatkan, yaitu persoalannya pada pembatasan-pembatasan di negara tujuan ekspor.
“Tetapi perhitungan kenaikan ini sangat tidak masuk akal. Makannya, teman-teman itu sampai mengatakan bahwa ini sudah masuk ke arah arena kartel. Kerja sama perusahaan
shipping (ekspedisi kapal, red) untuk melakukan sesuatu untuk menekan
customer-customer (pelanggan, red),” tegas Maskur.
Persoalan tidak sampai di situ. Maskur mengatakan bahwa saat ini
sales contract atau kesepakatan antara pengusaha dan penyedia kontainer dalam penyewaan kontainer sudah tidak berlaku lagi. Bukan hanya itu pengusaha yang sudah memegang
delivery order (DO) kontainer atau kunci untuk bisa masuk ke negara tujuan, tidak menjamin bisa ekspor dengan lancar.
“Kita memegang DO saja, itu bisa di
reject di tengah jalan. Ini yang terjadi. Ini memang betul-betul kita dibuat tidak berdaya dengan
shipping company. Sekarang ini cenderung siapa yang berani bayar mahal, itu yang akan mendapat kontainer,” imbuh Maskur.
Reporter: Faqih Mansur Hidayat
Editor: Ali Muntoha