Digebuk Pandemi, Warga Karimunjawa Terpaksa Jual Motor dan Kembali Geluti Profesi Lama
Faqih Mansur Hidayat
Selasa, 17 Agustus 2021 16:20:23
MURIANEWS, Jepara - Masyarakat Kepulauan Karimunjawa tercekik seiring dengan matinya pariwisata. Sektor yang menjadi denyut nadi masyarakat itu terkapar digebuk pandemi.
Sejak Karimunjawa dikenal sebagai destinasi tujuan wisata, masyarakat yang dulunya menjadi nelayan bergeser menjadi pengusaha wisata. Ada yang menjadi pemandu wisata, menyewakan hunian atau kendaraan, sampai jualan makanan untuk wisatawan.
Namun, anugerah itu sirna setelah adanya pandemi Covid-19. Sejak kemunculannya, sampai sekarang virus itu masih menjadi momok bagi masyarakat.
Budi Santoso, salah satu warga Karimunjawa, mengaku putus asa dengan keadaan saat ini. Sebelum pandemi, ia memiliki beberapa usaha.
Seperti pemandu wisata yang sekaligus memiliki perahu dan memiliki delapan sepeda motor untuk disewakan. Ia mengaku dulu bergelimang uang.
“Sekarang habis-habisan. Motor sudah tak jual tiga. Buat makan,” kata Budi kepada
MURIANEWS, Sabtu (14/8/2021) lalu.
Karena sudah kehabisan cara, Budi akhirnya kembali ke profesi lama, yakni melaut lagi. Ia menjadi nelayan lagi. Sebab, ia tak mungkin hanya mengandalkan usaha warung makan yang dijalankan istrinya.
Ada yang lebih parah dari Budi. Salah satu pengusaha pendatang bahkan mengalami stres serius. Pasalnya, usaha yang baru dirintis tumbang dihantam pandemi.
Tidak hanya pengusaha kecil, pengusaha besar juga merasakan getirnya hidup di Karimunjawa selama pandemi. Sienny, salah satu pemilik penginapan ternama di sana juga kelimpungan menghadapi keadaan.
Tidak hanya pengusaha kecil, pengusaha besar juga merasakan getirnya hidup di Karimunjawa selama pandemi. Sienny, salah satu pemilik penginapan ternama di sana juga kelimpungan menghadapi keadaan.“Kondisi Karimunjawa masih sedih. Bahagia cuma 0,5 persen. Kita kepingin hidup lagi. Karena masyarakat di sini juga kasihan,” kata Sienny.Sienny menyebut jumlah tamunya selama pandemi bisa dihitung dengan jari. Padahal, sebelum pandemi, sedikitnya dalam sebulan ia bisa menerima tamu wisatawan paling sedikit 500 orang.Dirinya berharap, pemerintah segera membuka kembali pariwisata di Karimun Jawa. Sebab, hanya itulah yang bisa menghidupkan kembali roda perekonomian masyarakat.“Tolong untuk pariwisata mohon untuk segera dibuka. Tidak ada
lockdown tidak ada PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, red). Karena kita mengikuti protokol kesehatan,” tegas Sienny.Diberitakan sebelumnya, kunci dibukanya pariwisata di Karimunjawa dalah terbentuknya kekebalan kelompok minimal 70 persen dari seluruh jumlah penduduk. Sedangkan, syarat utamanya adalah vaksinasi.Diketahui, jumlah penduduk Karimunjawa ada 10.200 jiwa. Yang sudah tervaksin dosis pertama dan kedua sudah sebanyak 1.620 orang. Sementara yang baru dosis pertama 2.450 jiwa. Sehingga, untuk mencapai 70 persen, warga yang divaksin harus sebanyak 8.000 orang. Kini, kekurangannya tinggal 3.000 orang yang belum terjatah vaksin. Reporter: Faqih Mansur HidayatEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_234251" align="alignleft" width="880"]

Suasana Karimunjawa yang sepi dari hiruk pikuk aktivitas pariwisata. (MURIANEWS/Faqih Mansur Hidayat)[/caption]
MURIANEWS, Jepara - Masyarakat Kepulauan Karimunjawa tercekik seiring dengan matinya pariwisata. Sektor yang menjadi denyut nadi masyarakat itu terkapar digebuk pandemi.
Sejak Karimunjawa dikenal sebagai destinasi tujuan wisata, masyarakat yang dulunya menjadi nelayan bergeser menjadi pengusaha wisata. Ada yang menjadi pemandu wisata, menyewakan hunian atau kendaraan, sampai jualan makanan untuk wisatawan.
Namun, anugerah itu sirna setelah adanya pandemi Covid-19. Sejak kemunculannya, sampai sekarang virus itu masih menjadi momok bagi masyarakat.
Budi Santoso, salah satu warga Karimunjawa, mengaku putus asa dengan keadaan saat ini. Sebelum pandemi, ia memiliki beberapa usaha.
Seperti pemandu wisata yang sekaligus memiliki perahu dan memiliki delapan sepeda motor untuk disewakan. Ia mengaku dulu bergelimang uang.
“Sekarang habis-habisan. Motor sudah tak jual tiga. Buat makan,” kata Budi kepada
MURIANEWS, Sabtu (14/8/2021) lalu.
Karena sudah kehabisan cara, Budi akhirnya kembali ke profesi lama, yakni melaut lagi. Ia menjadi nelayan lagi. Sebab, ia tak mungkin hanya mengandalkan usaha warung makan yang dijalankan istrinya.
Ada yang lebih parah dari Budi. Salah satu pengusaha pendatang bahkan mengalami stres serius. Pasalnya, usaha yang baru dirintis tumbang dihantam pandemi.
Tidak hanya pengusaha kecil, pengusaha besar juga merasakan getirnya hidup di Karimunjawa selama pandemi. Sienny, salah satu pemilik penginapan ternama di sana juga kelimpungan menghadapi keadaan.
“Kondisi Karimunjawa masih sedih. Bahagia cuma 0,5 persen. Kita kepingin hidup lagi. Karena masyarakat di sini juga kasihan,” kata Sienny.
Sienny menyebut jumlah tamunya selama pandemi bisa dihitung dengan jari. Padahal, sebelum pandemi, sedikitnya dalam sebulan ia bisa menerima tamu wisatawan paling sedikit 500 orang.
Dirinya berharap, pemerintah segera membuka kembali pariwisata di Karimun Jawa. Sebab, hanya itulah yang bisa menghidupkan kembali roda perekonomian masyarakat.
“Tolong untuk pariwisata mohon untuk segera dibuka. Tidak ada
lockdown tidak ada PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat, red). Karena kita mengikuti protokol kesehatan,” tegas Sienny.
Diberitakan sebelumnya, kunci dibukanya pariwisata di Karimunjawa dalah terbentuknya kekebalan kelompok minimal 70 persen dari seluruh jumlah penduduk. Sedangkan, syarat utamanya adalah vaksinasi.
Diketahui, jumlah penduduk Karimunjawa ada 10.200 jiwa. Yang sudah tervaksin dosis pertama dan kedua sudah sebanyak 1.620 orang. Sementara yang baru dosis pertama 2.450 jiwa. Sehingga, untuk mencapai 70 persen, warga yang divaksin harus sebanyak 8.000 orang. Kini, kekurangannya tinggal 3.000 orang yang belum terjatah vaksin.
Reporter: Faqih Mansur Hidayat
Editor: Ali Muntoha