Menengok Industri Kapal Jepara di Pulau Parang
Faqih Mansur Hidayat
Senin, 14 Maret 2022 16:00:04
MURIANEWS, Jepara – Industri
kapal di Kabupaten Jepara disebut sebagai salah satu yang terbaik di Dunia sejak era Ratu Kalinyamat. Salah satunya berada di Pulau Parang, Karimunjawa, Jepara.
Syafi’i adalah salah satu tukang kayu muda yang punya keahlian membuat kapal. Tak sembarang tukang kayu untuk bisa menggarap kapal. Sebab ada keahlian khusus.
“Saya bisa itu diajari orang tua. Di sini keahliannya (membuat kapal, red) turun temurun dari nenek moyang,” kata Syaf’I, saat ditemui
MURIANEWS, Jumat (11/3/2022).
Baca juga: Pemkab Jepara Kembali Beri Subsidi Sambungan Listrik Baru Pulau ParangSaat ini, Syafi’i sedang menggarap kapal jenis jonson. Kapal itu berukuran panjang 17 meter dan lebar 2,70 meter.
Dalam pengerjaannya, Syafi’I dibantu dua tukang kayu yang lebih senior. Butuh waktu 53 hari untuk menyelesaikan kapal itu.
Kayu yang dijadikan bahan baku pun tak sembarangan. Hanya kayu dengan kualitas tinggi yang dipilih. Kali ini, pemesan
kapal menggunakan kayu jenis blangeran dan bengkirai yang memiliki kualitas hampir mirip kayu jati.
Dia menyebut, untuk membuat kapal seukuran itu, dibutuhkan biaya sekitar Rp 150 juta. Sebagai tukang kayu, biasanya Sfafi’i dibayar Rp 7,5 juta untuk satu kapal.
Syafi’i menyatakan kapal-kapal buatan warga Pulau Parang terkenal kualitasnya. Misalnya saja, kapal yang sedang dibuat saat ini, diyakini bisa dibawa melaut sampai ke Kalimantan. Atau, minimal bisa melakukan perjalanan sejauh 103 mil.
Syafi’i menyatakan kapal-kapal buatan warga Pulau Parang terkenal kualitasnya. Misalnya saja, kapal yang sedang dibuat saat ini, diyakini bisa dibawa melaut sampai ke Kalimantan. Atau, minimal bisa melakukan perjalanan sejauh 103 mil.Dikatakannya, pesanan membuat kapal hampir tak pernah berhenti. Bahkan, tak jarang, pesanan yang masuk kepadanya diberikan kepada warga yang lain. Seperti saat ini, belum rampung garapan kapal ini, sudah ada orang yang memesan kapal jenis yang sama.“Seperti tidak ada istirahatnya. Saat ini sudah ada pesanan lagi. Tapi saya minta sabar dulu. Biar yang ini selesai dulu. Baru gantian,” imbuh dia.Ia sangat bersyukur dengan banyaknya pesanan yang masuk. Terlepas dari materi yang dia dapatkan, dirinya juga sangat bangga bahwa karya dari tangannya bisa diakui banyak orang akan kualitasnya.Disebutkannya, warga Pulau Parang tak sembarangan memilih hari untuk memulai menggarap
kapal. Yakni, ada larangan memulai pekerjaan pada bulan-bulan tertentu.Mereka percaya pada bulan Apit (Dzulqa’dah) dan Syura (Muharram) tidak boleh memulai. Selain itu, saat mulai menggarap, tukang kayu juga harus melakukan ritual berupa selamatan.“Dari dulu begitu. Dari zaman nenek moyang. Dua bulan itu jadi pantangan,” ucap dia. Reporter: Faqih Mansur HidayatEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_277901" align="alignleft" width="1280"]

Para tukang kayu sedang menyelesaikan garapan kapal di bibir pantai Pulau Parang. (MURIANEWS/Faqih Mansur Hidayat)[/caption]
MURIANEWS, Jepara – Industri
kapal di Kabupaten Jepara disebut sebagai salah satu yang terbaik di Dunia sejak era Ratu Kalinyamat. Salah satunya berada di Pulau Parang, Karimunjawa, Jepara.
Syafi’i adalah salah satu tukang kayu muda yang punya keahlian membuat kapal. Tak sembarang tukang kayu untuk bisa menggarap kapal. Sebab ada keahlian khusus.
“Saya bisa itu diajari orang tua. Di sini keahliannya (membuat kapal, red) turun temurun dari nenek moyang,” kata Syaf’I, saat ditemui
MURIANEWS, Jumat (11/3/2022).
Baca juga: Pemkab Jepara Kembali Beri Subsidi Sambungan Listrik Baru Pulau Parang
Saat ini, Syafi’i sedang menggarap kapal jenis jonson. Kapal itu berukuran panjang 17 meter dan lebar 2,70 meter.
Dalam pengerjaannya, Syafi’I dibantu dua tukang kayu yang lebih senior. Butuh waktu 53 hari untuk menyelesaikan kapal itu.
Kayu yang dijadikan bahan baku pun tak sembarangan. Hanya kayu dengan kualitas tinggi yang dipilih. Kali ini, pemesan
kapal menggunakan kayu jenis blangeran dan bengkirai yang memiliki kualitas hampir mirip kayu jati.
Dia menyebut, untuk membuat kapal seukuran itu, dibutuhkan biaya sekitar Rp 150 juta. Sebagai tukang kayu, biasanya Sfafi’i dibayar Rp 7,5 juta untuk satu kapal.
Syafi’i menyatakan kapal-kapal buatan warga Pulau Parang terkenal kualitasnya. Misalnya saja, kapal yang sedang dibuat saat ini, diyakini bisa dibawa melaut sampai ke Kalimantan. Atau, minimal bisa melakukan perjalanan sejauh 103 mil.
Dikatakannya, pesanan membuat kapal hampir tak pernah berhenti. Bahkan, tak jarang, pesanan yang masuk kepadanya diberikan kepada warga yang lain. Seperti saat ini, belum rampung garapan kapal ini, sudah ada orang yang memesan kapal jenis yang sama.
“Seperti tidak ada istirahatnya. Saat ini sudah ada pesanan lagi. Tapi saya minta sabar dulu. Biar yang ini selesai dulu. Baru gantian,” imbuh dia.
Ia sangat bersyukur dengan banyaknya pesanan yang masuk. Terlepas dari materi yang dia dapatkan, dirinya juga sangat bangga bahwa karya dari tangannya bisa diakui banyak orang akan kualitasnya.
Disebutkannya, warga Pulau Parang tak sembarangan memilih hari untuk memulai menggarap
kapal. Yakni, ada larangan memulai pekerjaan pada bulan-bulan tertentu.
Mereka percaya pada bulan Apit (Dzulqa’dah) dan Syura (Muharram) tidak boleh memulai. Selain itu, saat mulai menggarap, tukang kayu juga harus melakukan ritual berupa selamatan.
“Dari dulu begitu. Dari zaman nenek moyang. Dua bulan itu jadi pantangan,” ucap dia.
Reporter: Faqih Mansur Hidayat
Editor: Zulkifli Fahmi