Tradisi Baratan di Jepara Lekat dengan Tapa Wuda Ratu Kalinyamat, Seperti Apa?
Faqih Mansur Hidayat
Selasa, 22 Maret 2022 18:27:06
MURIANEWS, Jepara – Tradisi Baratan kembali digelar di Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah, Selasa (22/3/2022). Kemunculannya sendiri lekat erat dengan sejarah dan kisah
Ratu Kalinyamat.
Kegiatan budaya itu diselenggarakan untuk mengenang tokoh perempuan asal Jepara yang diusulkan jadi pahlawan nasional. Penyelenggaraannya dilakukan setiap pertengahan Sya’ban (penanggalan Islam).
Masyarakat di Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan hamper selalu melaksanakan Baratan. Seperti malam tadi, meski sederhana, Baratan dilaksanakanakan oleh masyarakat setempat.
Tokoh masyarakat Desa Kriyan, Muhtani menjelaskan kata baratan, berasal dari bahasa arab, yakni barakatan yang artinya berbagi keselamatan, memohon perlindungan kepada Allah agar diberi keselamatan.
“Tradisi Baratan ini untuk mengenang
Ratu Kalinyamat,” terang Muhtadi.
Baca juga: Tradisi Baratan Kembali Digelar di JeparaMenurutnya, ada ikatan sejarah antara Desa Kriyan dengan Ratu Kalinyamat. Berdasarkan cerita para leluhur, kraton Ratu Kalinyamat berada di Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara.
“Itu sudah diakui pemerintah. Tempatnya di belakang SMA Sultan Agung Jepara. Tepatnya di Siti Inggil. Arti Siti Inggil adalah tanah tinggi,” ungkapnya.
Diceritakan, dulu Ratu Kalinyamat akan membangun keraton di Desa Kriyan. Pembangunan itu diawali dengan membuat pagar tembok pengaman atau benteng di Desa Robayan, Kecamatan Kalinyamatan.
Tapi proses pembangunan itu terhenti karena musibah besar menimpa Ratu Kalinyamat. Sang suami, Sultan Hadlirin dibunuh oleh orang suruhan Arya Penangsang.“Karena terjadi seperti itu, Ratu Kalinyamat sakit hati kemudian pergi khalwat atau menyendiri ke sebuah hutan di Donorojo, (Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, red),” ujarnya.
Baca juga: Ini Dia Silsilah Ratu Kalinyamat, Tokoh Jepara yang Diusulkan Jadi Pahlawan NasionalSaat menyendiri, Ratu Kalinyamat bertapa dan yang kemudian dikenal di masyakarat
tapa wudo singgang rambut. Ratu Kalinyamat bertapa sampai bisa membalas kematian sang suami tercinta.Menurut Muhtadi, pengertian
tapa wudo artinya bukan telanjang, tapi, menanggalkan baju kerajaan dan meninggalkan keduniawian.Berdasarkan laporan hasil penelitian empiris Ratu Kalinyamat oleh Yayasan Dharma Bakti Lestari, disebutkan makna
tapa wuda Ratu Kalinyamat merupakan kejujuran seorang hamba kepada Tuhannya, tentang pengharapan dan permohonan.Diterangkan,
wuda atau telanjang bermakna menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Agar konflik berdarah segera berhenti dan pembuat kekacauan dapat diadili.
Tapa Wuda dimaknai sebagai kiasan melepas semua identitasnya sebagai seorang ratu. Reporter: Faqih Mansur HidayatEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_279559" align="alignleft" width="2560"]

Pemeran Tokoh Ratu Kalinyamat diarak mengelilingi Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan saat pelaksanaan tradisi Baratan. (MURIANEWS/Istimewa)[/caption]
MURIANEWS, Jepara – Tradisi Baratan kembali digelar di Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah, Selasa (22/3/2022). Kemunculannya sendiri lekat erat dengan sejarah dan kisah
Ratu Kalinyamat.
Kegiatan budaya itu diselenggarakan untuk mengenang tokoh perempuan asal Jepara yang diusulkan jadi pahlawan nasional. Penyelenggaraannya dilakukan setiap pertengahan Sya’ban (penanggalan Islam).
Masyarakat di Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan hamper selalu melaksanakan Baratan. Seperti malam tadi, meski sederhana, Baratan dilaksanakanakan oleh masyarakat setempat.
Tokoh masyarakat Desa Kriyan, Muhtani menjelaskan kata baratan, berasal dari bahasa arab, yakni barakatan yang artinya berbagi keselamatan, memohon perlindungan kepada Allah agar diberi keselamatan.
“Tradisi Baratan ini untuk mengenang
Ratu Kalinyamat,” terang Muhtadi.
Baca juga: Tradisi Baratan Kembali Digelar di Jepara
Menurutnya, ada ikatan sejarah antara Desa Kriyan dengan Ratu Kalinyamat. Berdasarkan cerita para leluhur, kraton Ratu Kalinyamat berada di Desa Kriyan, Kecamatan Kalinyamatan, Kabupaten Jepara.
“Itu sudah diakui pemerintah. Tempatnya di belakang SMA Sultan Agung Jepara. Tepatnya di Siti Inggil. Arti Siti Inggil adalah tanah tinggi,” ungkapnya.
Diceritakan, dulu Ratu Kalinyamat akan membangun keraton di Desa Kriyan. Pembangunan itu diawali dengan membuat pagar tembok pengaman atau benteng di Desa Robayan, Kecamatan Kalinyamatan.
Tapi proses pembangunan itu terhenti karena musibah besar menimpa Ratu Kalinyamat. Sang suami, Sultan Hadlirin dibunuh oleh orang suruhan Arya Penangsang.
“Karena terjadi seperti itu, Ratu Kalinyamat sakit hati kemudian pergi khalwat atau menyendiri ke sebuah hutan di Donorojo, (Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, red),” ujarnya.
Baca juga: Ini Dia Silsilah Ratu Kalinyamat, Tokoh Jepara yang Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Saat menyendiri, Ratu Kalinyamat bertapa dan yang kemudian dikenal di masyakarat
tapa wudo singgang rambut. Ratu Kalinyamat bertapa sampai bisa membalas kematian sang suami tercinta.
Menurut Muhtadi, pengertian
tapa wudo artinya bukan telanjang, tapi, menanggalkan baju kerajaan dan meninggalkan keduniawian.
Berdasarkan laporan hasil penelitian empiris Ratu Kalinyamat oleh Yayasan Dharma Bakti Lestari, disebutkan makna
tapa wuda Ratu Kalinyamat merupakan kejujuran seorang hamba kepada Tuhannya, tentang pengharapan dan permohonan.
Diterangkan,
wuda atau telanjang bermakna menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Agar konflik berdarah segera berhenti dan pembuat kekacauan dapat diadili.
Tapa Wuda dimaknai sebagai kiasan melepas semua identitasnya sebagai seorang ratu.
Reporter: Faqih Mansur Hidayat
Editor: Zulkifli Fahmi