Krisis Global Cekik Mebel Jepara, Seperti Apa?
Faqih Mansur Hidayat
Kamis, 29 September 2022 15:56:47
MURIANEWS, Jepara – Krisis global yang kian tak menentu membuat pengusaha mebel dan furnitur di Kabupaten Jepara kian tercekik.
Pasalnya, belum juga mereka pulih dari pandemic Covid-19, mereka sudah dihadapkan situasi global imbas dari perang Rusia-Ukraina.
Persoalan itu mengemuka dalam diskusi ”Quo Vadis Pelaku Industri Mebel Jepara di Tengah Krisis Ekonomi Global”, Rabu (28/9/2022) malam.
Diskusi itu diselenggarakan Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Jepara Raya.
Salah satu Presidium Himki Jepara Raya, Maskur Zaenuri mengatakan, dari data miliknya, perang Rusia-Ukraina telah membuat ekspor mebel dan furniture mengalami penurunan secara drasitis.
Baca: Pilu, Perempuan Grobogan Ini Temukan Pacarnya Tak Bernyawa di JeparaTak hanya ke Eropa, ekspor ke Amerika juga alami nasib sama. Gairah mebel di pasar domestik juga menurun hingga 40-50 persen.
Perusahaan forwarder di Jepara juga telah mencatat adanya penurunan jumlah ekspor. Secara rata-rata penurunannya mencapai lebih dari 50 persen.
Kurangnya gairah itu diperkirakan terjadi lebih lama. Sebab, hingga kini belum ada tanda-tanda konflik Rusia-Ukraina menemui ujungnya.
Menurut Maskur, negara-negara di Eropa tak lagi mampu mengalokasikan uang untuk beli perabotan rumah tangga. Mereka tengah menghadapi inflasi yang membumbung.”Untuk kebutuhan listrik dan gas saja, nilai yang dikeluarkan saat ini di rata-rata rumah tangga di sana adalah sekitar USD 700 USD (kisaran Rp 10 juta rupiah ) sebulan. Naik 4 kali lipat dari sebelumnya,” ungkap Maskur.Maskur menilai Perda Mebel No 2 Tahun 2014 sudah 'mangkrak' selama 8 tahun. Perda itu pun dibuatkan aturan teknis di bawahnya dalam bentuk Perbub atau sejenisnya.Dia juga menanyakan tentang ketidakseiusan para pemangku kebijakan terkait bantuan DAK sejumlah puluhan milyar dari Kementrian Perindustrian untuk terwujudnya Material Centre kayu di Jepara.Selain itu, ia juga menilai anggaran promosi mebel dan furniture Jepara sangat kecil. Untuk ikut even International Furniture Expo (IFEX) tahun ini saja hanya dibiayai sebesar Rp 80 juta. Padahal, sebelumnya anggarannya mencapai Rp 500 juta.Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jepara Eriza Rudi Yulianto yang hadir dalam acara itu, siap menampung dan melaksanakan masukan-masukan dari Himki Jepara Raya maupun peserta diskusi lainnya.”Kami siap untuk melaksanakan apa yang menjadi masukan dari teman-teman HIMKI dan juga arahan dari teman-teman di Dewan,” jelasnya. Reporter: Faqih Mansur HidayatEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_320885" align="alignleft" width="2560"]

Diskusi tentang nasib mebel dan furniture Jepara di tengah kondisi global yang tak menentu. (Murianews/Istimewa)[/caption]
MURIANEWS, Jepara – Krisis global yang kian tak menentu membuat pengusaha mebel dan furnitur di Kabupaten Jepara kian tercekik.
Pasalnya, belum juga mereka pulih dari pandemic Covid-19, mereka sudah dihadapkan situasi global imbas dari perang Rusia-Ukraina.
Persoalan itu mengemuka dalam diskusi ”Quo Vadis Pelaku Industri Mebel Jepara di Tengah Krisis Ekonomi Global”, Rabu (28/9/2022) malam.
Diskusi itu diselenggarakan Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Jepara Raya.
Salah satu Presidium Himki Jepara Raya, Maskur Zaenuri mengatakan, dari data miliknya, perang Rusia-Ukraina telah membuat ekspor mebel dan furniture mengalami penurunan secara drasitis.
Baca: Pilu, Perempuan Grobogan Ini Temukan Pacarnya Tak Bernyawa di Jepara
Tak hanya ke Eropa, ekspor ke Amerika juga alami nasib sama. Gairah mebel di pasar domestik juga menurun hingga 40-50 persen.
Perusahaan forwarder di Jepara juga telah mencatat adanya penurunan jumlah ekspor. Secara rata-rata penurunannya mencapai lebih dari 50 persen.
Kurangnya gairah itu diperkirakan terjadi lebih lama. Sebab, hingga kini belum ada tanda-tanda konflik Rusia-Ukraina menemui ujungnya.
Menurut Maskur, negara-negara di Eropa tak lagi mampu mengalokasikan uang untuk beli perabotan rumah tangga. Mereka tengah menghadapi inflasi yang membumbung.
”Untuk kebutuhan listrik dan gas saja, nilai yang dikeluarkan saat ini di rata-rata rumah tangga di sana adalah sekitar USD 700 USD (kisaran Rp 10 juta rupiah ) sebulan. Naik 4 kali lipat dari sebelumnya,” ungkap Maskur.
Maskur menilai Perda Mebel No 2 Tahun 2014 sudah 'mangkrak' selama 8 tahun. Perda itu pun dibuatkan aturan teknis di bawahnya dalam bentuk Perbub atau sejenisnya.
Dia juga menanyakan tentang ketidakseiusan para pemangku kebijakan terkait bantuan DAK sejumlah puluhan milyar dari Kementrian Perindustrian untuk terwujudnya Material Centre kayu di Jepara.
Selain itu, ia juga menilai anggaran promosi mebel dan furniture Jepara sangat kecil. Untuk ikut even International Furniture Expo (IFEX) tahun ini saja hanya dibiayai sebesar Rp 80 juta. Padahal, sebelumnya anggarannya mencapai Rp 500 juta.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jepara Eriza Rudi Yulianto yang hadir dalam acara itu, siap menampung dan melaksanakan masukan-masukan dari Himki Jepara Raya maupun peserta diskusi lainnya.
”Kami siap untuk melaksanakan apa yang menjadi masukan dari teman-teman HIMKI dan juga arahan dari teman-teman di Dewan,” jelasnya.
Reporter: Faqih Mansur Hidayat
Editor: Zulkifli Fahmi