Omzet Pasar Pragola Pati Capai Rp 200 Juta Lebih per Bulan
Lismanto
Kamis, 8 Desember 2016 14:15:14
Setiap bulan, penjualan sandang mencapai Rp 100 juta, kerajinan dari Rp 30 juta hingga Rp 60 juta, dan makanan ringan mencapai Rp 60 juta. Omzet tersebut belum termasuk kuliner yang ditawarkan puluhan warung atau rumah makan di Pasar Pragola.
"Omzet kuliner belum kita hitung, karena belum ada sistem tersentral untuk pembayaran. Sedangkan pembayaran untuk makanan ringan, kerajinan dan sandang sudah menggunakan sistem tersentral sehingga bisa dikalkulasi omzetnya setiap bulan. Jika dihitung dengan kuliner, sudah tentu omzet di Pasar Pragola lebih dari Rp 200 juta per bulan," ujar Kepala Disperindag Pati, Riyoso, Kamis (8/12/2016).
Dengan omzet tersebut, Pasar Pragola yang baru saja berdiri dinilai bisa mendongkrak perekonomian warga Pati, terutama pedagang yang berjualan di sana. Meski begitu, Riyoso akan terus memberikan penambahan fasilitas untuk menarik minat pengunjung, sehingga produk yang dijual di Pasar Pragola akan laris manis.
"Rumah makan paling laris dan diserbu pengunjung pada jam-jam istirahat, seperti jam 10.00 WIB hingga jam 13.00 WIB. Malam hari pada jam-jam makan juga ramai pengunjung. Bisa dikatakan, rumah makan di Pasar Pragola lebih laris dibandingkan rumah makan lainnya di Pati," imbuh Riyoso.Sejauh ini, ekspektasi Disperindag Pati soal Pasar Pragola masih sesuai dengan harapan. Kendati pengunjung diakui semakin surut, tetapi kegiatan penjualan berjalan normal. Dari hasil evaluasi, penjualan di Pasar Pragola dari April 2016 hingga sekarang sudah berjalan baik.Muryati, salah satu penjual produk bantal dari hasil pemanfaatan limbah dakron asal Desa Kedungbulus, Gembong mengaku bisa mendapatkan omzet paling sedikit Rp 10 juta setiap bulan. Dengan omzet tersebut, Muryati membenarkan bila antusiasme masyarakat membeli di Pasar Pragola cukup tinggi.
Editor : Kholistiono
Murianews, Pati - Pasar Pragola yang belum lama berdiri di Jalan Pati-Kudus Km 4 diklaim memiliki omzet lebih dari Rp 200 juta setiap bulan. Omzet tersebut dihitung dari penjualan sandang, kerajinan tangan, dan makanan ringan.
Setiap bulan, penjualan sandang mencapai Rp 100 juta, kerajinan dari Rp 30 juta hingga Rp 60 juta, dan makanan ringan mencapai Rp 60 juta. Omzet tersebut belum termasuk kuliner yang ditawarkan puluhan warung atau rumah makan di Pasar Pragola.
"Omzet kuliner belum kita hitung, karena belum ada sistem tersentral untuk pembayaran. Sedangkan pembayaran untuk makanan ringan, kerajinan dan sandang sudah menggunakan sistem tersentral sehingga bisa dikalkulasi omzetnya setiap bulan. Jika dihitung dengan kuliner, sudah tentu omzet di Pasar Pragola lebih dari Rp 200 juta per bulan," ujar Kepala Disperindag Pati, Riyoso, Kamis (8/12/2016).
Dengan omzet tersebut, Pasar Pragola yang baru saja berdiri dinilai bisa mendongkrak perekonomian warga Pati, terutama pedagang yang berjualan di sana. Meski begitu, Riyoso akan terus memberikan penambahan fasilitas untuk menarik minat pengunjung, sehingga produk yang dijual di Pasar Pragola akan laris manis.
"Rumah makan paling laris dan diserbu pengunjung pada jam-jam istirahat, seperti jam 10.00 WIB hingga jam 13.00 WIB. Malam hari pada jam-jam makan juga ramai pengunjung. Bisa dikatakan, rumah makan di Pasar Pragola lebih laris dibandingkan rumah makan lainnya di Pati," imbuh Riyoso.
Sejauh ini, ekspektasi Disperindag Pati soal Pasar Pragola masih sesuai dengan harapan. Kendati pengunjung diakui semakin surut, tetapi kegiatan penjualan berjalan normal. Dari hasil evaluasi, penjualan di Pasar Pragola dari April 2016 hingga sekarang sudah berjalan baik.
Muryati, salah satu penjual produk bantal dari hasil pemanfaatan limbah dakron asal Desa Kedungbulus, Gembong mengaku bisa mendapatkan omzet paling sedikit Rp 10 juta setiap bulan. Dengan omzet tersebut, Muryati membenarkan bila antusiasme masyarakat membeli di Pasar Pragola cukup tinggi.
Editor : Kholistiono