Beruntung, tiga awak perahu selamat karena menggunakan pelampung. Ketiganya adalah Ahmad Zainudin (32), Agus (35), dan Suwadi (50). Ketiganya lantas diselamatkan dua nelayan yang kebetulan lewat.
Kapal mereka akhirnya berhasil ditemukan dan dievakuasi, Senin siang, pada kedalaman sekitar delapan meter. Kapal yang karam ditemukan di kawasan Perairan Laut Desa Banyutowo. Bila tidak ditemukan, nelayan dipastikan merugi sekitar Rp 50 juta.
Kelompok Masyarakat Pengawas Perikanan Mina Bahari V Pati, Sumarlan mengatakan, musim baratan saat ini memang memiliki kerawanan cuaca buruk. Akibatnya, gelombang air laut bisa tinggi, menggulung-gulung, dan berlangsung ekstrem.
Karena itu, sikap antisipasi ketiga nelayan yang perahunya karam dengan menggunakan pelampung dianggap baik. Pasalnya, peralatan keselamatan, terutama pelampung diakui sangat penting di tengah kondisi gelombang air laut yang cukup tinggi pada saat cuaca buruk.Sebelumnya, kecelakaan laut juga terjadi di kawasan perairan Desa Puncel. Pada September 2016, dua orang dinyatakan tewas setelah terjadi kecelakaan laut dengan perahu karam. "Musim baratan yang tengah berlangsung saat ini, sebaiknya nelayan bisa mengantisipasi dengan mengenakan pelampung," imbau Sumarlan.
Murianews, Pati - Sebuah perahu dengan alat tangkap jaring millenium milik nelayan asal Desa Puncel, Dukuhseti, karam setelah diterjang ombak setinggi dua meter yang disertai hujan deras di kawasan timur laut Pulau Mandalika Jepara, Senin (19/12/2016) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB.
Beruntung, tiga awak perahu selamat karena menggunakan pelampung. Ketiganya adalah Ahmad Zainudin (32), Agus (35), dan Suwadi (50). Ketiganya lantas diselamatkan dua nelayan yang kebetulan lewat.
Kapal mereka akhirnya berhasil ditemukan dan dievakuasi, Senin siang, pada kedalaman sekitar delapan meter. Kapal yang karam ditemukan di kawasan Perairan Laut Desa Banyutowo. Bila tidak ditemukan, nelayan dipastikan merugi sekitar Rp 50 juta.
Kelompok Masyarakat Pengawas Perikanan Mina Bahari V Pati, Sumarlan mengatakan, musim baratan saat ini memang memiliki kerawanan cuaca buruk. Akibatnya, gelombang air laut bisa tinggi, menggulung-gulung, dan berlangsung ekstrem.
Karena itu, sikap antisipasi ketiga nelayan yang perahunya karam dengan menggunakan pelampung dianggap baik. Pasalnya, peralatan keselamatan, terutama pelampung diakui sangat penting di tengah kondisi gelombang air laut yang cukup tinggi pada saat cuaca buruk.
Sebelumnya, kecelakaan laut juga terjadi di kawasan perairan Desa Puncel. Pada September 2016, dua orang dinyatakan tewas setelah terjadi kecelakaan laut dengan perahu karam. "Musim baratan yang tengah berlangsung saat ini, sebaiknya nelayan bisa mengantisipasi dengan mengenakan pelampung," imbau Sumarlan.
Baca juga : Perahu Cukrik Tenggelam di Laut Utara Pati, Begini Nasib 3 Nelayan
Editor : Kholistiono