Sabtu, 22 November 2025


Pemuda kelahiran Pati, 28 Juni 1993 yang baru saja lulus sarjana Sastra Nusantara Universitas Gadjah Mada (UGM) itu memiliki sejumlah alasan terkait ketertarikannya pada sosok Kiai Sholeh Darat. Salah satunya, eksistensi Kiai Sholeh Darat yang tidak banyak diulas dari berbagai literatur.

"Penulisan buku ini didorong dengan kesadaran bahwa literasi tentang tokoh-tokoh lokal dan perjuangannya dalam mencerdaskan masyarakat dari kungkungan penjajahan masih sangat minim. Padahal, banyak tokoh lokal Nusantara yang sangat menginspirasi. Salah satunya, Kiai Sholeh Darat," ujar Taufiq saat berbincang dengan MuriaNewsCom, Sabtu (18/2/2017).

Menurutnya, generasi saat ini sudah mulai lupa dengan sejarah pada peristiwa abad ke-19 dan 20, masa di mana ada perang Jawa dan pergerakan nasionalis. Dalam konteks sejarah, masa tersebut seringkali disebut tahun-tahun yang sunyi (the silent years).

Karena itu, alumni Madrasah Aliyah (MA) Salafiyah Kajen ini merasa tergugah untuk melakukan riset dan menulisnya menjadi buku. Taufiq ingin mengungkap perjuangan Kiai Sholeh Darat, putra seorang ulama terkemuka Kiai Umar, salah satu pendukung Pangeran Diponegoro.Dalam bukut tersebut, Taufiq juga mengupas pergerakan pemikiran kepada santri-santrinya dan masyarakat Jawa secara umum pada era setelah revolusi fisik Diponegoro, sekitar 1825 hingga 1830. Tak butuh waktu lama, Taufiq hanya membutuhkan waktu sekitar enam bulan untuk menyelesaikan buku tersebut."Ini penelitian independen, sehingga saya sempat pulang-pergi dari Jogja, Semarang dan Klaten untuk mewawancarai keturunan Kiai Sholeh Darat. Meski kepenulisan buku ini bersamaan dengan skripsi, tetapi akhirnya dua-dua bisa rampung," tandas Taufiq.Editor : Kholistiono

Baca Juga

Komentar

Terpopuler