Jumat, 21 November 2025

Dari pantauan MuriaNewsCom di Desa Tlogoarum, Wedarijaksa, Jumat (5/8/2016), sejumlah petani yang biasanya beraktivitas memproduksi garam di kawasan tambak, kini terlihat sepi. Padahal, musim kemarau biasanya membawa berkah bagi para petani untuk memproduksi garam.


Toni (31), petani garam setempat menyebut, sedikitnya 50 persen petani di desanya lebih memilih berhenti memproduksi garam karena gejala La Nina, yang hujan masih sering turun, kendati sudah masuk musim kemarau. "Cuaca tidak bisa diprediksi. Meski musim kemarau, hujan masih sering terjadi," ucap Toni.


Petani yang sudah 13 tahun memproduksi garam ini mengatakan, para petani bisa memproduksi dua ton garam per hari bila cuaca normal. Dua ton garam itu bisa diproduksi pada lahan tambak seluas satu hektare.


Namun, saat ini ia harus rela berhenti memproduksi garam karena cuaca tidak menentu. Dia tidak mau menanggung risiko ketika melakukan penjemuran, tiba-tiba hujan turun. Akibatnya, ayah dari satu anak ini harus mencari pekerjaan serabutan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya.


Namun, saat ini ia harus rela berhenti memproduksi garam karena cuaca tidak menentu. Dia tidak mau menanggung risiko ketika melakukan penjemuran, tiba-tiba hujan turun. Akibatnya, ayah dari satu anak ini harus mencari pekerjaan serabutan untuk mencukupi kebutuhan rumah tangganya.

 Editor : Kholistiono

 

Baca Juga

Komentar

Terpopuler