Sabtu, 22 November 2025


Hal itu disampaikan oleh Kepala DLH Jepara Fatchurohman, Kamis (9/11/2017). Menurutnya, keberadaan bank sampah merupakan ikhtiar untuk mengurangi sampah yang terbuang ke penampungan akhir. 

Meskipun dinilai bermanfaat, namun, selama ini bank sampah masih kesulitan memasarkan produknya. Untuk dapat menjual produk kreasi dari daur ulang sampah, maka bank sampah hanya mengandalkan penjualan langsung kepada masyarakat. Sementara, beberapa bank sampah justru berada di perdesaan yang jauh dari jangkauan. 

"Pemasaran produk bank sampah sudah ada solusi pemasaran, ditampung di paguyuban bank sampah," kata dia. 

Fatchurohman berkata, ada lebih kurang 90 bank sampah di Jepara. Sebagian besar mendaur ulang sampah anorganik. Salah satu cara untuk menyerap produk kerajinan maupun daur ulang sampah, adalah dengan mendirikan showroom atau ruang pamer. 

"Rencananya paguyuban bank sampah akan membuka showroom di Bandengan. Nah disitu produk sampah bisa dijadikan souvenir wisata. Misalnya dengan menambah labeling untuk menarik minat pembeli," imbuhnya. Ia menyebut dalam sehari, ada sekitar 1.123 ton sampah yang masuk ke TPA. Dari jumlah tersebut, 60 persennya adalah sampah organik, sedangkan sisanya sampah non organik yang memungkinkan untuk didaur ulang. Anis Surahman, Divisi Operasional Bank Sampah Pusat Jepara mengungkapkan, bank sampah umumnya menggaet nasabah untuk menabung. Dengan menukarkan sampah yang dimiliki, mereka akan menambah saldo tabungan. "Kalau pegiat bank sampah umumnya lebih mementingkan efek sosialnya, kalau memikirkan profit pasti tidak bisa bertahan," tuturnya. Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler