Produksi 30 Ton Tiap Hari, Begini Pembuatan Garam Beryodium di Jepara
Padhang Pranoto
Senin, 9 April 2018 14:37:12
Di Jepara, salah satu tempat pengolahan garam beryodium ada di Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, yakni KUB Mutiara Laut. Menempati rumah produksi sederhana, pabrik tersebut bisa memroduksi 30 ton garam tiap hari.
Dikatakan ketuanya, Syuhada, proses pembuatan garam beryodium tidaklah singkat. Ada empat proses yang perlu dilalui, sebelum garam krosok dapat dikonsumsi.
"Garam krosok dari petani pertama harus dicuci dulu, kemudian digiling, ditiriskan lalu terakhir dioven dengan suhu 200 derajat celcius. Dalam proses itulah, garam ditambahkan zat iodium," ujarnya, ditemui MuriaNewsCom,Senin (9/4/2018).
Menurutnya, ada takaran khusus agar garam bisa dikonsumsi. Takaran iodium menurut Syuhada harus dalam hitungan 30 - 80 PPM (Per Part Million, Seperjuta bagian).
"Ada teorinya membuat garam beryodium. Kalau tekniknya salah bisa gosong dan tidak bisa dikonsumsi," tambahnya, yang telah memulai usaha pembuatan garam sejak 33 tahun silam.
Selain teknik yang benar, usaha pembuatan garam beryodium juga dipengaruhi oleh cuaca. Lantaran pasokan garam masih diperoleh dari petambak garam tradisional.Tahun 2016, Syuhada mengaku tak bisa berproduksi. Lantaran, saat itu produksi garam petambak gagal."Ya otomatis kita tak bisa berproduksi, wong tidak ada pasokan garam. Saat itu harga garam juga tinggi, sampai 6000 rupiah perkilogramnya," ungkap dia.Sekarang, pasokan garam boleh dibilang melimpah. Untuk memenuhi produksi yang mencapai 30 ton per hari. Untuk sekilonya, garam beryodium dijual Rp 3.500 per kilogram.Garam beryodium produksi Desa Kedung Malang, didistribusikan ke Solo, Serang, Semarang dan Lampung di Pulau Sumatera.
Editor: Supriyadi
Murianews, Jepara - Garam boleh jadi dipandang sebagai bumbu dapur yang remeh. Namun proses pembuatan garam beryodium membutuhkan proses panjang dan puluhan pekerja.
Di Jepara, salah satu tempat pengolahan garam beryodium ada di Desa Kedung Malang, Kecamatan Kedung, yakni KUB Mutiara Laut. Menempati rumah produksi sederhana, pabrik tersebut bisa memroduksi 30 ton garam tiap hari.
Dikatakan ketuanya, Syuhada, proses pembuatan garam beryodium tidaklah singkat. Ada empat proses yang perlu dilalui, sebelum garam krosok dapat dikonsumsi.
"Garam krosok dari petani pertama harus dicuci dulu, kemudian digiling, ditiriskan lalu terakhir dioven dengan suhu 200 derajat celcius. Dalam proses itulah, garam ditambahkan zat iodium," ujarnya, ditemui MuriaNewsCom,Senin (9/4/2018).
Menurutnya, ada takaran khusus agar garam bisa dikonsumsi. Takaran iodium menurut Syuhada harus dalam hitungan 30 - 80 PPM (Per Part Million, Seperjuta bagian).
"Ada teorinya membuat garam beryodium. Kalau tekniknya salah bisa gosong dan tidak bisa dikonsumsi," tambahnya, yang telah memulai usaha pembuatan garam sejak 33 tahun silam.
Selain teknik yang benar, usaha pembuatan garam beryodium juga dipengaruhi oleh cuaca. Lantaran pasokan garam masih diperoleh dari petambak garam tradisional.
Tahun 2016, Syuhada mengaku tak bisa berproduksi. Lantaran, saat itu produksi garam petambak gagal.
"Ya otomatis kita tak bisa berproduksi, wong tidak ada pasokan garam. Saat itu harga garam juga tinggi, sampai 6000 rupiah perkilogramnya," ungkap dia.
Sekarang, pasokan garam boleh dibilang melimpah. Untuk memenuhi produksi yang mencapai 30 ton per hari. Untuk sekilonya, garam beryodium dijual Rp 3.500 per kilogram.
Garam beryodium produksi Desa Kedung Malang, didistribusikan ke Solo, Serang, Semarang dan Lampung di Pulau Sumatera.
Editor: Supriyadi