impor di Jawa naik hingga Rp 11.300 per kg dan di luar Jawa mencapai Rp 12.500 per kg. Kenaikan itu membuat resah para produsen produk berbahan kedelai.
(RKG) Rarastianevi Annisa mengatakan sudah saatnya para produsen beralih ke kedelai lokal. Yang mana, saat ini harganya dibawah harga kedelai impor, yakni Rp 11.000 per kg.
lebih sehat ketimbang kedelai impor. Kedelai Grobogan dikembangkan tanpa rekayasa genetika atau Non-Genetically Modified Organism (Non-GMO).
lebih sehat. Lebih lagi, kandungan proteinnya disebut lebih tinggi, yakni 43,9 persen.
“Kedelai lokal kan lebih sehat, tidak ada pengawetnya. Dimakan juga lebih sehat,” kata Nevi, Sabtu (26/2/2022).
impor memang bisa bertahan bertahun-tahun di gudang. Itu karena kedelai impor diberi bahan pengawet.
Sementara, kedelai lokal hanya bertahan sekitar tiga bulan saja sebelum akhirnya keluar jamur. Kondisi itu sebebkan, kedelai lokal tanpa dicampur bahan pengawet.Selain itu, secara rasa juga beda. Sebab, tempe dengan kedelai lokal lebih padat. Tahunya juga lebih lembut. Sebab, kulit ari kedelai sudah lepas. Berbeda dengan kedelai impor yang masih terdapat kulit ari.“Tempenya kalau pakai kedelai lokal lebih padat. Tahunya juga lebih lembut, kayak sutra,” tambahnya.Lebih lanjut, Nevi menjelaskan ada beberapa harga kedelai lokal. Untuk kedelai konsumsi rata-rata Rp 11 ribu per kg. Sementara, yang kualitas lebih rendah seharga Rp 10.500 per kg.Sedangkan,
untuk benih harganya Rp 13 ribu per kg. “Kalau benih kan diambil yang besar-besar, yang bagus-bagus. Sudah sortiran. Harganya ya lebih mahal,” terang Nevi. Reporter: Saiful AnwarEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_274887" align="alignleft" width="1280"]

Sejumlah anak sekolah di Grobogan diajari cara membuat tempe dari kedelai lokal, Kedelai Grobogan di Rumah Kedelai Grobogan. (Twitter/@rumahkedelai)[/caption]
MURIANEWS, Grobogan – Harga
kedelai impor di Jawa naik hingga Rp 11.300 per kg dan di luar Jawa mencapai Rp 12.500 per kg. Kenaikan itu membuat resah para produsen produk berbahan kedelai.
Pengelola Rumah Kedelai
Grobogan (RKG) Rarastianevi Annisa mengatakan sudah saatnya para produsen beralih ke kedelai lokal. Yang mana, saat ini harganya dibawah harga kedelai impor, yakni Rp 11.000 per kg.
Ia mengemukakan, kedelai lokal khususnya kedelai
Grobogan lebih sehat ketimbang kedelai impor. Kedelai Grobogan dikembangkan tanpa rekayasa genetika atau Non-Genetically Modified Organism (Non-GMO).
Baca juga: Syukur Deh…Pemerintah Siapkan Subsidi Kedelai
Dengan pengembangan
non-GMO,
kedelai Grobogan lebih sehat. Lebih lagi, kandungan proteinnya disebut lebih tinggi, yakni 43,9 persen.
“Kedelai lokal kan lebih sehat, tidak ada pengawetnya. Dimakan juga lebih sehat,” kata Nevi, Sabtu (26/2/2022).
Nevi menyebut,
kedelai impor memang bisa bertahan bertahun-tahun di gudang. Itu karena kedelai impor diberi bahan pengawet.
Sementara, kedelai lokal hanya bertahan sekitar tiga bulan saja sebelum akhirnya keluar jamur. Kondisi itu sebebkan, kedelai lokal tanpa dicampur bahan pengawet.
Selain itu, secara rasa juga beda. Sebab, tempe dengan kedelai lokal lebih padat. Tahunya juga lebih lembut. Sebab, kulit ari kedelai sudah lepas. Berbeda dengan kedelai impor yang masih terdapat kulit ari.
“Tempenya kalau pakai kedelai lokal lebih padat. Tahunya juga lebih lembut, kayak sutra,” tambahnya.
Lebih lanjut, Nevi menjelaskan ada beberapa harga kedelai lokal. Untuk kedelai konsumsi rata-rata Rp 11 ribu per kg. Sementara, yang kualitas lebih rendah seharga Rp 10.500 per kg.
Sedangkan,
kedelai untuk benih harganya Rp 13 ribu per kg. “Kalau benih kan diambil yang besar-besar, yang bagus-bagus. Sudah sortiran. Harganya ya lebih mahal,” terang Nevi.
Reporter: Saiful Anwar
Editor: Zulkifli Fahmi