Minyak Goreng Kembali Mahal, Penjual Gorengan di Grobogan Ini Was-Was
Saiful Anwar
Jumat, 18 Maret 2022 18:39:05
MURIANEWS, Grobogan – Harga
minyak goreng Kembali mahal. Itu setelah pemerintah pusat memutuskan mencabut subsidi pada komoditas yang masuk dalam salah satu sembako itu.
Gegara itu, para pemilik usaha gorengan pun dibuat was-was. Sebab, pastinya keuntungan mereka akan berkurang. Salah satunya, Rohmad, penjual aci goreng (cireng) telur di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten
Grobogan.
Penjual Cireng Telur dengan gerobak sepeda itu mengaku was-was dengan keputusan pemerintah itu. Sebab, dengan kenaikan itu, dipastikan keuntungannya akan berkurang.
Baca juga: Kedatangan Ustaz Syafiq Riza Basalamah ke Grobogan Ditolak, Panitia Penyelenggaranya Buka Suara“Ya pasrah. Penghasilan tentu menurun. Kalau mungkin biasanya dapat berapa ratus ribu sehari, jadi berkurang,” katanya.
Meski demikian, saat ini, ia masih belum merasakan dampak dari kebijakan baru itu. Sebab, ia masih memiliki stok minyak goreng sebelum kebijakan pencabutan subsidi itu.
“Saya masih pakai
minyak goreng harga sebelum pencabutan HET. Mungkin beberapa hari lagi (baru kena dampaknya, red),” ujarnya.
Baca juga: Wanita Cantik Ini Dibikin Kesasar di Hutan Grobogan Gegara Google MapsIa mengaku, sebelumnya membeli
minyak goreng seharga Rp 16 ribu per liter. Ia membeli secara grosir dari postingan di Facebook.
Ia mengaku, sebelumnya membeli
minyak goreng seharga Rp 16 ribu per liter. Ia membeli secara grosir dari postingan di Facebook.“Kemarin-kemarin belinya dari postingan Facebook. Langsung dua krat, saya kalau beli. Satu krat isinya 12 liter. Sehari saya habis sampai 4 liter,” kata dia.Rohmad sendiri sebenarnya bisa mengakali dengan mengecilkan produknya agar tetap untung. Tapi, dia dihadapkan dilemma kalau pelanggannya kabur.Pedagang yang biasa mangkal di pertigaan SMP 6 Purwodadi,
Grobogan itu juga tak mau beralih ke minyak goreng curah yang masih dapat subsidi dari pemerintah karena pertimbangan kualitas.“Saya kalau pakai curah langsung batuk-batuk. Ini walaupun cuma gorengan begini, saya selalu pakai kemasan,” terangnya.Hal serupa juga dirasakan penjual gorengan lainnya, Fajar. Ia khawatir keuntungannya berkurang setelah pemerintah mencabut subsidi pada
minyak goreng kemasan.“Bikin pusing saja itu. Kalau ramai masih bisa untung, tapi kalau sepi cuma dapat capainya saja,” kata dia. Reporter: Saiful AnwarEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_278876" align="alignleft" width="1280"]

Penjual gorengan di Purwodadi, Grobogan yang penghasilannya menurun akibat minyak goreng naik karena HET dicabut. (MURIANEWS/Saiful Anwar)[/caption]
MURIANEWS, Grobogan – Harga
minyak goreng Kembali mahal. Itu setelah pemerintah pusat memutuskan mencabut subsidi pada komoditas yang masuk dalam salah satu sembako itu.
Gegara itu, para pemilik usaha gorengan pun dibuat was-was. Sebab, pastinya keuntungan mereka akan berkurang. Salah satunya, Rohmad, penjual aci goreng (cireng) telur di Kecamatan Purwodadi, Kabupaten
Grobogan.
Penjual Cireng Telur dengan gerobak sepeda itu mengaku was-was dengan keputusan pemerintah itu. Sebab, dengan kenaikan itu, dipastikan keuntungannya akan berkurang.
Baca juga: Kedatangan Ustaz Syafiq Riza Basalamah ke Grobogan Ditolak, Panitia Penyelenggaranya Buka Suara
“Ya pasrah. Penghasilan tentu menurun. Kalau mungkin biasanya dapat berapa ratus ribu sehari, jadi berkurang,” katanya.
Meski demikian, saat ini, ia masih belum merasakan dampak dari kebijakan baru itu. Sebab, ia masih memiliki stok minyak goreng sebelum kebijakan pencabutan subsidi itu.
“Saya masih pakai
minyak goreng harga sebelum pencabutan HET. Mungkin beberapa hari lagi (baru kena dampaknya, red),” ujarnya.
Baca juga: Wanita Cantik Ini Dibikin Kesasar di Hutan Grobogan Gegara Google Maps
Ia mengaku, sebelumnya membeli
minyak goreng seharga Rp 16 ribu per liter. Ia membeli secara grosir dari postingan di Facebook.
“Kemarin-kemarin belinya dari postingan Facebook. Langsung dua krat, saya kalau beli. Satu krat isinya 12 liter. Sehari saya habis sampai 4 liter,” kata dia.
Rohmad sendiri sebenarnya bisa mengakali dengan mengecilkan produknya agar tetap untung. Tapi, dia dihadapkan dilemma kalau pelanggannya kabur.
Pedagang yang biasa mangkal di pertigaan SMP 6 Purwodadi,
Grobogan itu juga tak mau beralih ke minyak goreng curah yang masih dapat subsidi dari pemerintah karena pertimbangan kualitas.
“Saya kalau pakai curah langsung batuk-batuk. Ini walaupun cuma gorengan begini, saya selalu pakai kemasan,” terangnya.
Hal serupa juga dirasakan penjual gorengan lainnya, Fajar. Ia khawatir keuntungannya berkurang setelah pemerintah mencabut subsidi pada
minyak goreng kemasan.
“Bikin pusing saja itu. Kalau ramai masih bisa untung, tapi kalau sepi cuma dapat capainya saja,” kata dia.
Reporter: Saiful Anwar
Editor: Zulkifli Fahmi