Eko Budiyono, warga setempat mengatakan, ketiga sapi itu mati mendadak dalam tiga hari berturut-turut. Hingga kini pun masih banyak sapi yang dalam kondisi sakit dan diduga kuat karena PMK.
’’Kamis (5/1/2023) ada satu yang mati, kemudian Jumat (6/1/2023) seekor lagi, dan hari ini mati lagi seekor. Sekarang pun masih puluhan yang sakit,’’ kata Eko, Sabtu (7/1/2023).
Lebih lanjut, Eko menambahkan, sebelum mati, sapi-sapi itu lebih dulu mengalami gejala yang mirip PMK. Yakni kakinya mengeluarkan bau tidak sedap dan tidak kuat berdiri serta mulutnya berlendir.
’’Setahu saya, kalau punya ciri-ciri demikian itu berarti PMK,’’ lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Grobogan Riyanto menduga, sapi-sapi tersebut berasal dari Kabupaten Blora.
Daerah itu, disebutnya, kini sedang menghadapi ledakan kasus PMK. Ledakan kasus itu terjadi karena angka vaksinasi PMK masih rendah.’’Itu pasti pembelian sapi murah dari Blora. Blora saat ini terjadi ledakan kasus, karena yang divaksin baru 26 persen,’’ katanya saat dikonfirmasi.Menurut Riyanto, para peternak sudah diberi tahu agar tidak membeli sapi murah. Sebab, besar kemungkinannya sapi-sapi itu sedang sakit.’’Susah dibilangin ini para peternak. Sudah dibilang jangan beli sapi dengan harga murah, karena paling sapi sakit,’’ lanjutnya. Reporter: Saiful AnwarEditor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Grobogan – Tiga ekor sapi di RT 05 RW 02, Dusun Singopranan, Desa Belor, Kecamatan Ngaringan, Grobogan, Jawa Tengah mati mendadak. Berdasarkan ciri-cirinya, diduga kuat karena terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK).
Eko Budiyono, warga setempat mengatakan, ketiga sapi itu mati mendadak dalam tiga hari berturut-turut. Hingga kini pun masih banyak sapi yang dalam kondisi sakit dan diduga kuat karena PMK.
’’Kamis (5/1/2023) ada satu yang mati, kemudian Jumat (6/1/2023) seekor lagi, dan hari ini mati lagi seekor. Sekarang pun masih puluhan yang sakit,’’ kata Eko, Sabtu (7/1/2023).
Baca: Demi PPPK, THR dan Gaji Ke-13 ASN di Grobogan Bakal Dipotong
Lebih lanjut, Eko menambahkan, sebelum mati, sapi-sapi itu lebih dulu mengalami gejala yang mirip PMK. Yakni kakinya mengeluarkan bau tidak sedap dan tidak kuat berdiri serta mulutnya berlendir.
’’Setahu saya, kalau punya ciri-ciri demikian itu berarti PMK,’’ lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Grobogan Riyanto menduga, sapi-sapi tersebut berasal dari Kabupaten Blora.
Daerah itu, disebutnya, kini sedang menghadapi ledakan kasus PMK. Ledakan kasus itu terjadi karena angka vaksinasi PMK masih rendah.
’’Itu pasti pembelian sapi murah dari Blora. Blora saat ini terjadi ledakan kasus, karena yang divaksin baru 26 persen,’’ katanya saat dikonfirmasi.
Menurut Riyanto, para peternak sudah diberi tahu agar tidak membeli sapi murah. Sebab, besar kemungkinannya sapi-sapi itu sedang sakit.
’’Susah dibilangin ini para peternak. Sudah dibilang jangan beli sapi dengan harga murah, karena paling sapi sakit,’’ lanjutnya.
Reporter: Saiful Anwar
Editor: Zulkifli Fahmi