Jumat, 21 November 2025


Salah satunya Kristin, pembuat kue keranjang di Kelurahan Wirosari, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan. Tahun ini, ia menghabiskan 2 ton tepung ketan untuk membuat kue keranjang.

Jumlah itu memang lebih sedikit dari sebelum pandemi covid merajalela. Saat itu, ia selalu menghabiskan tepung ketan sampai 3 ton lebih.

’’Tahun ini tidak sebanyak sebelum pandemi. Sudah tiga tahun tidak bikin (karena pandemi), mungkin banyak yang tidak tahu,’’ ujarnya, Kamis (19/1/2023).

Baca: Ini Filosofi Kue Keranjang Sajian Khas Imlek

Kristin mengatakan, sebulan sebelum Tahun Baru Imlek, para pelanggannya langsung memesan kue keranjang. Tak hanya datang dari Grobogan, pelanggannya juga berasal dari Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Purwokerto.

Beragam rasa yang dipesan pelanggannya itu. Ada rasa cokelat, vanilla, frambozen, pandan, gula aren, dan durian.

’’Yang paling laris pandan sama cokelat,’’ lanjutnya.
’’Yang paling laris pandan sama cokelat,’’ lanjutnya.Menurut Kristin, kue keranjang yang lengket memiliki makna persaudaraan yang erat. Kemudian, rasa manisnya melambangkah harapan momen Imlek, yakni mendapat kehidupan yang lebih manis.Baca: Jelang Imlek, Warga Tionghoa Purwodadi Grobogan Bersihkan Patung Dewa’’Biasanya kan kuenya lengket, itu untuk merekatkan keluarga. Manis, itu diharapkan Imlek memberikan kehidupan yang manis,’’ paparnya.Kue keranjang bikinannya ia jual dengan harga Rp 44 ribu per boks. Setiap satu boks berisi empat buah cup kue keranjang.https://youtu.be/L5X_bzEvWQAReporter: Saiful AnwarEditor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler