Saat ini, pihak PT TIS sedang membangun instalasi pengolahannya. Itu dikemukakan Kabag Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda Grobogan Agus Budi Karyanto.
Dia menyebut, PT TIS Petroleum memilih mengoptimalkan lokasi pengeboran gas untuk membangun instalasi. Sebab, pembebasan lahan di sebelahnya masih terkendala.
’’Berhubung belum bisa dibebaskan, PT TIS mengoptimalkan lahan di lokasi pengeboran untuk membangun instalasi pengolahan. Direncanakan, Mei 2023 sudah mulai produksi awal, dengan kapasitas 80 tangki gas per hari,’’ ujarnya, Sabtu (4/2/2023).
Menurut Agus BK itu, sebenarnya dibutuhkan lahan di sebelah sumur untuk membangun instalasi pengolahan. Dengan begitu produksi bisa lebih maksimal.
’’Agar sumur 1 (RBG Blok I, red) di Desa Pranten bisa berproduksi maksimal, dibutuhkan lahan di sebelah sumur untuk membangun instalasi,’’ tambahnya.Berdasarkan dokumen paparan PT TIS pada 2022 yang diterima
, perluasan lahan terkendala karena belum ada kesepakatan harga.Warga menginginkan per meter dihargai Rp 1 juta, sementara PT TIS mengingnkan penggantian sebesar Rp 206.368,09 per meter. Angka dari PT TIS itu disebutkan berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP). Reporter: Saiful AnwarEditor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Grobogan – Produksi gas oleh PT TIS Petroleum di Desa Pranten, Kecamatan Gubug, Grobogan, Jawa Tengah ditargetkan bisa dimulai pada Mei 2023 mendatang.
Saat ini, pihak PT TIS sedang membangun instalasi pengolahannya. Itu dikemukakan Kabag Perekonomian dan Sumber Daya Alam Setda Grobogan Agus Budi Karyanto.
Dia menyebut, PT TIS Petroleum memilih mengoptimalkan lokasi pengeboran gas untuk membangun instalasi. Sebab, pembebasan lahan di sebelahnya masih terkendala.
’’Berhubung belum bisa dibebaskan, PT TIS mengoptimalkan lahan di lokasi pengeboran untuk membangun instalasi pengolahan. Direncanakan, Mei 2023 sudah mulai produksi awal, dengan kapasitas 80 tangki gas per hari,’’ ujarnya, Sabtu (4/2/2023).
Baca: PT SAI Grobogan Diperiksa Disnaker Jateng, Uang Lemburan Dihitung Ulang
Menurut Agus BK itu, sebenarnya dibutuhkan lahan di sebelah sumur untuk membangun instalasi pengolahan. Dengan begitu produksi bisa lebih maksimal.
’’Agar sumur 1 (RBG Blok I, red) di Desa Pranten bisa berproduksi maksimal, dibutuhkan lahan di sebelah sumur untuk membangun instalasi,’’ tambahnya.
Berdasarkan dokumen paparan PT TIS pada 2022 yang diterima
Murianews, perluasan lahan terkendala karena belum ada kesepakatan harga.
Warga menginginkan per meter dihargai Rp 1 juta, sementara PT TIS mengingnkan penggantian sebesar Rp 206.368,09 per meter. Angka dari PT TIS itu disebutkan berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP).
Reporter: Saiful Anwar
Editor: Zulkifli Fahmi