Dihajar Pandemi, Pengusaha Travel di Pati Ini Relakan 10 Bus Buat Tutup Kebutuhan
Umar Hanafi
Sabtu, 22 Januari 2022 13:55:48
MURIANEWS, Pati – Pandemi Covid-19 masih belum usai. Meski sudah dinyatakan melandai, namun kekhawatiran gelombang ketiga masih menghantui. Salah satunya dirasakan bagi Pengusaha Travel di
Pati.
Kondisi pandemi yang sudah melandai ini tak begitu terasa bagi Suegiharto, salah satu pengusaha travel pariwisata di Kabupaten pati. Sebab, ia belum bisa beroperasi seperti sedia kala, sebelum pandemi.
“Belum ada perkembangan. Masih biasa-biasa saja. Sama seperti dulu. Orang bepergian keluar pulau syaratnya macam-macam. Jadi malas berpergian. Belum ada pelanggan,” kata Soegiharto, Sabtu (22/1/2022).
Hampir dua tahun, 12 bus miliknya itu terparkir di tempat usahanya. Sebab, selama pandemi ini, usahanya tak bisa beroperasi lebih leluasa.
Baca juga: UMKM Grobogan Bertahan Hadapi Pandemi, Ini RahasianyaAkibatnya, ia pun merugi. Sebab, ada tanggungan tiap bulan yang harus dibayarkan. Bahkan, utangnya sudah menumpuk. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya sampai Rp 7 miliar.
Ia pun memutar otaknya agar bisa membayar utang-utangnya itu. Akhirnya, ia terpaksa merelakan 10 bus dari 12 bus asetnya untuk menutup utang-utangnya itu.
Ia pun memutar otaknya agar bisa membayar utang-utangnya itu. Akhirnya, ia terpaksa merelakan 10 bus dari 12 bus asetnya untuk menutup utang-utangnya itu.“Bus saya habis. Dijual dikembalikan ke leasing. Dulu punya 12 bus. Tinggal dua biji. 10 sudah dikembalkan. Tidak kuat bayar utang. Selama ini ada utang Rp 7 miliar. Biar
ayem ndak diuber-uber (tenang tidak dikejar-kejar) debt collector,” kata Soegiharto yang juga Ketua
Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Pati ini.Cobaan tak berhenti di sana. Ia juga terpaksa memberhentikan semua karyawan-karyawannya. Jangankan untuk membayar gaji mereka, menanggung biaya operasional usahanya saja ia sudah pontang-panting. Kini karyawannya banyak yang beralih profesi.Keadaan ini membuatnya kecewa dengan pemerintah. Menurutnya, pemerintah sama sekali tak berpihak kepada pengusaha travel.“Karena ada corona ini pemerintah tidak membantu. Katakanlah, restrukturisasi kredit itu selesaikan. Benar ada. Jangan digembar-gemborkan tetapi leasingnya kurang ajar,” tandanya. Reporter: Umar HanafiEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_267168" align="alignleft" width="1280"]

Salah satu bus milik Soegiharto tengah diparkir. (MURIANEWS/Istimewa)[/caption]
MURIANEWS, Pati – Pandemi Covid-19 masih belum usai. Meski sudah dinyatakan melandai, namun kekhawatiran gelombang ketiga masih menghantui. Salah satunya dirasakan bagi Pengusaha Travel di
Pati.
Kondisi pandemi yang sudah melandai ini tak begitu terasa bagi Suegiharto, salah satu pengusaha travel pariwisata di Kabupaten pati. Sebab, ia belum bisa beroperasi seperti sedia kala, sebelum pandemi.
“Belum ada perkembangan. Masih biasa-biasa saja. Sama seperti dulu. Orang bepergian keluar pulau syaratnya macam-macam. Jadi malas berpergian. Belum ada pelanggan,” kata Soegiharto, Sabtu (22/1/2022).
Hampir dua tahun, 12 bus miliknya itu terparkir di tempat usahanya. Sebab, selama pandemi ini, usahanya tak bisa beroperasi lebih leluasa.
Baca juga: UMKM Grobogan Bertahan Hadapi Pandemi, Ini Rahasianya
Akibatnya, ia pun merugi. Sebab, ada tanggungan tiap bulan yang harus dibayarkan. Bahkan, utangnya sudah menumpuk. Tak tanggung-tanggung, jumlahnya sampai Rp 7 miliar.
Ia pun memutar otaknya agar bisa membayar utang-utangnya itu. Akhirnya, ia terpaksa merelakan 10 bus dari 12 bus asetnya untuk menutup utang-utangnya itu.
“Bus saya habis. Dijual dikembalikan ke leasing. Dulu punya 12 bus. Tinggal dua biji. 10 sudah dikembalkan. Tidak kuat bayar utang. Selama ini ada utang Rp 7 miliar. Biar
ayem ndak diuber-uber (tenang tidak dikejar-kejar) debt collector,” kata Soegiharto yang juga Ketua
Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Pati ini.
Cobaan tak berhenti di sana. Ia juga terpaksa memberhentikan semua karyawan-karyawannya. Jangankan untuk membayar gaji mereka, menanggung biaya operasional usahanya saja ia sudah pontang-panting. Kini karyawannya banyak yang beralih profesi.
Keadaan ini membuatnya kecewa dengan pemerintah. Menurutnya, pemerintah sama sekali tak berpihak kepada pengusaha travel.
“Karena ada corona ini pemerintah tidak membantu. Katakanlah, restrukturisasi kredit itu selesaikan. Benar ada. Jangan digembar-gemborkan tetapi leasingnya kurang ajar,” tandanya.
Reporter: Umar Hanafi
Editor: Zulkifli Fahmi