disebut sudah keluar dari koridornya. Itu diungkapkan Anggota Komisi E DPRD Jateng Muh Zen, Selasa (25/1/2022) sore.
Pernyataannya itu diungkapkannya saat hadir dalam dialog bertajuk ‘Melestarikan Kebudayan dan Kesenian Tradisional Pati’ di Kompleks Wisata Sendang Sani, Desa Tamansari, Kecamatan Tlogowungu.
Muh Zen menyebut ketoprak sudah keluar koridor karena pertunjukan kesenian khas Pati ini banyak yang keluar dari pakem. Terutama dari sisi edukasi.
Ia mengungkapkan etika pelaku kesenian ketoprak mulai luntur. Karena kecenderungan mengedepankan hiburan kepada masyarakat saja.
“Seperti dagelannya, seni bela diri, dan dangdutannya. Oleh karena itu kami ingin (pertunjukan) dikembalikan seperti awal meskipun ada inovasi baru,” ungkapnya.
Pernyataan Muh Zen diamini pelaku kesenian ketoprak Pati, Susanto. Ia menyebut, dahulu ketoprak masih mengusung visi dan misi edukasi masyarakat.
Kini, para seniman mulai berinovasi. Namun, menurutnya, inovasi itu terlalu kebablasan.“Ketika melihat tontonan kita yang dulu membawa satu visi misi edukasi kemasyarakatan, tapi benturannya dengan situasi alam atau peradaban karena seniman butuh makan, sehingga inovasi ini kebablasan,” kata pria yang akrab disapa Markonyik ini.Ia menyebutkan, banyak pertunjukan ketoprak yang meninggalkan norma-norma kebudayaan nasional. Karena sudah berbaur dengan alat modern.“Terutama dangdut yang disisipkan ke dalam, akhirnya menggeser satu bentuk sistem seni tradisonal menjadi modern,” ungkapannya.Ia pun berharap, para seniman berjalan sesuai koridornya masing-masing dengan tetap mempertahankan budaya Jawa agar tidak lari dari konteks yang terlalu jauh. Reporter: Umar HanafiEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_267929" align="alignleft" width="1280"]

Dialog bersama dengan tema Melestarikan Kebudayan dan Kesenian Tradisional Pati di Kompleks Wisata Sendang Sani, Desa Tamansari, Kecamatan Tlogowungu, Selasa (25/1/2022) sore. (MURIANEWS/Umar Hanafi)[/caption]
MURIANEWS, Pati – Ketoprak di Kabupaten
Pati disebut sudah keluar dari koridornya. Itu diungkapkan Anggota Komisi E DPRD Jateng Muh Zen, Selasa (25/1/2022) sore.
Pernyataannya itu diungkapkannya saat hadir dalam dialog bertajuk ‘Melestarikan Kebudayan dan Kesenian Tradisional Pati’ di Kompleks Wisata Sendang Sani, Desa Tamansari, Kecamatan Tlogowungu.
Muh Zen menyebut ketoprak sudah keluar koridor karena pertunjukan kesenian khas Pati ini banyak yang keluar dari pakem. Terutama dari sisi edukasi.
Ia mengungkapkan etika pelaku kesenian ketoprak mulai luntur. Karena kecenderungan mengedepankan hiburan kepada masyarakat saja.
Baca juga: Prihatin Seniman Nganggur, Anggota DPRD Jateng Gelar Ketoprak Virtual
“Seperti dagelannya, seni bela diri, dan dangdutannya. Oleh karena itu kami ingin (pertunjukan) dikembalikan seperti awal meskipun ada inovasi baru,” ungkapnya.
Pernyataan Muh Zen diamini pelaku kesenian ketoprak Pati, Susanto. Ia menyebut, dahulu ketoprak masih mengusung visi dan misi edukasi masyarakat.
Kini, para seniman mulai berinovasi. Namun, menurutnya, inovasi itu terlalu kebablasan.
“Ketika melihat tontonan kita yang dulu membawa satu visi misi edukasi kemasyarakatan, tapi benturannya dengan situasi alam atau peradaban karena seniman butuh makan, sehingga inovasi ini kebablasan,” kata pria yang akrab disapa Markonyik ini.
Ia menyebutkan, banyak pertunjukan ketoprak yang meninggalkan norma-norma kebudayaan nasional. Karena sudah berbaur dengan alat modern.
“Terutama dangdut yang disisipkan ke dalam, akhirnya menggeser satu bentuk sistem seni tradisonal menjadi modern,” ungkapannya.
Ia pun berharap, para seniman berjalan sesuai koridornya masing-masing dengan tetap mempertahankan budaya Jawa agar tidak lari dari konteks yang terlalu jauh.
Reporter: Umar Hanafi
Editor: Zulkifli Fahmi