Minyak Goreng Curah di Pati: HET Naik, Tapi Stok Gaib

Umar Hanafi
Jumat, 25 Maret 2022 13:53:41


[caption id="attachment_280158" align="alignleft" width="1280"]
Toko Kaffah kehabisan stok minyak goreng curah. (MURIANEWS/Umar Hanafi)[/caption]
MURIANEWS, Pati – Sudah sepekan lebih harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah naik dari Rp 11.500 per liter jadi Rp 14 ribu per liter atau Rp 15.500 per kg.
Namun, stok minyak goreng jenis itu masih sulit ditemui di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Hingga kini, di sana masih terjadi kelangkaan minyak goreng curah. Agen dan toko juga kesulitan menstok.
“Dalam pantauan kami, stok dari distributor belum lancar. Sehingga, minyak goreng curah masih belum lancar,” ujar Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati Hadi Santosa.
Baca juga: Minyak Goreng Curah Masih Langka di Pati
“Kami tiap hari melaporkan data stok minyak goreng ke Pemprov Jateng,” imbuhnya, Kamis (24/3/2022).
Itu diamini Juli Murtadlo. Pemilik Toko Kaffah di Pati itu mengatakan minyak goreng curah di tokonya sudah habis sejak dua hari ini.
“Sudah dua hari ini habis. Menurut suplayer pasokan dari pabrik sedikit. Antrenya juga lama. Akhrinya di pasar seperti kita ini sehari-dua hari ada, lalu habis. Karena banyak yang antre, kosong lagi,” ujar Juli, Jumat (25/3/2022).
Baca juga: 30 Ton Minyak Goreng Curah di Toko Pati Ini Ludes dalam Waktu Sehari
Ia menilai, kelangkaan ini terjadi lantaran pasokan dari pabrik atau produsen terbatas. Sehingga minyak goreng curah jadi rebutan. Harganya di pedagang pasar tradisional pun lebih tinggi dari HET.
“Menurut saya dari produsen ini sangat terbatas. Karena suplay kurang di pasaran ya rebutan. Jual di lapangan bisa tinggi lagi. Karena rebutan. Kalau kami jualnya ya sesuai HET. Yang beli biasanya pedagang pasar,” tutur dia.
Tokonya pekan ini baru mendapatkan pasokan sembilan ton minyak goreng curah. Padahal biasanya ia bisa mendapatkan pasokan 18 ton per pekan.
“Pekan ini baru dapat sembilan ton. Kalau besok dapat ya dapat 18 ton. Tapi pasokan ini kurang,” lanjutnya.
Kondisi ini berbeda dengan minyak goreng kemasan. Setelah HET dicabut, minyak goreng jenis ini menjamur di pasaran.
Padahal, lanjutnya ketika masih berlaku HET, minyak goreng kemasan sangat sulit ditemukan di pasaran dengan harga murah.
Ketika ditanya, terkait dugaan minyak goreng curah dioplos kemudian dikemas agar lebih tinggi harganya, ia menilai hal itu bisa saja terjadi. Namun menurutnya tidak banyak.
“Indikasi minyak curah digunakan untuk kemasan bisa saja terjadi. Tetapi saya kira karena produsennya kurang. Padahal minyak curah ini biasanya untuk pedagang-pedagang kecil. Kasian," tandas dia.
Reporter: Umar Hanafi
Editor: Zulkifli Fahmi

MURIANEWS, Pati – Sudah sepekan lebih harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng curah naik dari Rp 11.500 per liter jadi Rp 14 ribu per liter atau Rp 15.500 per kg.
Namun, stok minyak goreng jenis itu masih sulit ditemui di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Hingga kini, di sana masih terjadi kelangkaan minyak goreng curah. Agen dan toko juga kesulitan menstok.
“Dalam pantauan kami, stok dari distributor belum lancar. Sehingga, minyak goreng curah masih belum lancar,” ujar Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kabupaten Pati Hadi Santosa.
Baca juga: Minyak Goreng Curah Masih Langka di Pati
“Kami tiap hari melaporkan data stok minyak goreng ke Pemprov Jateng,” imbuhnya, Kamis (24/3/2022).
Itu diamini Juli Murtadlo. Pemilik Toko Kaffah di Pati itu mengatakan minyak goreng curah di tokonya sudah habis sejak dua hari ini.
“Sudah dua hari ini habis. Menurut suplayer pasokan dari pabrik sedikit. Antrenya juga lama. Akhrinya di pasar seperti kita ini sehari-dua hari ada, lalu habis. Karena banyak yang antre, kosong lagi,” ujar Juli, Jumat (25/3/2022).
Baca juga: 30 Ton Minyak Goreng Curah di Toko Pati Ini Ludes dalam Waktu Sehari
Ia menilai, kelangkaan ini terjadi lantaran pasokan dari pabrik atau produsen terbatas. Sehingga minyak goreng curah jadi rebutan. Harganya di pedagang pasar tradisional pun lebih tinggi dari HET.
“Menurut saya dari produsen ini sangat terbatas. Karena suplay kurang di pasaran ya rebutan. Jual di lapangan bisa tinggi lagi. Karena rebutan. Kalau kami jualnya ya sesuai HET. Yang beli biasanya pedagang pasar,” tutur dia.
Tokonya pekan ini baru mendapatkan pasokan sembilan ton minyak goreng curah. Padahal biasanya ia bisa mendapatkan pasokan 18 ton per pekan.
“Pekan ini baru dapat sembilan ton. Kalau besok dapat ya dapat 18 ton. Tapi pasokan ini kurang,” lanjutnya.
Kondisi ini berbeda dengan minyak goreng kemasan. Setelah HET dicabut, minyak goreng jenis ini menjamur di pasaran.
Padahal, lanjutnya ketika masih berlaku HET, minyak goreng kemasan sangat sulit ditemukan di pasaran dengan harga murah.
Ketika ditanya, terkait dugaan minyak goreng curah dioplos kemudian dikemas agar lebih tinggi harganya, ia menilai hal itu bisa saja terjadi. Namun menurutnya tidak banyak.
“Indikasi minyak curah digunakan untuk kemasan bisa saja terjadi. Tetapi saya kira karena produsennya kurang. Padahal minyak curah ini biasanya untuk pedagang-pedagang kecil. Kasian," tandas dia.
Reporter: Umar Hanafi
Editor: Zulkifli Fahmi