Minggu, 24 September 2023

Waspada! Angka TBC di Pati Tinggi

Umar Hanafi
Jumat, 25 Maret 2022 15:54:55
Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Pati, M. Yasir Al Imron. (MURIANEWS/Umar Hanafi)
[caption id="attachment_280218" align="alignleft" width="1280"]Waspada! Angka TBC di Pati Tinggi Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Pati, M. Yasir Al Imron. (MURIANEWS/Umar Hanafi)[/caption]

MURIANEWS, Pati – Angka penderita tuberculosis (TBC) di Kabupaten Pati, Jawa Tengah masih tergolong tinggi. Tercatat, selama 2021 ada lebih dari 1.200 pasien menderita TBC di Kabupaten Pati.

Ketua Yayasan Mentari Sehat Indonesia Kabupaten Pati, M Yasir Al Imron meminta masyarakat Kabupaten Pati waspada dengan adanya kasus itu.

Menurutnya, angka penderita TBC di Pati mungkin lebih tinggi daripada laporan tersebut. Itu mengingat masih banyak masyarakat yang belum melaporkan atau memeriksa di fasilitas kesehatan.

Baca juga: Hari Tuberkulosis Sedunia, Ketahui Enam Mitos Seputar TBC yang Ternyata Salah Besar

“Di Pati sekitar 1.200-an pasien. Itu berdasarkan data di semua faskes (fasilitas kesehatan) baik rumah sakit maupun puskesmas,” kata dia, Jumat (25/3/2022).

“Itu (mungkin) lebih banyak tapi tidak teridentifikasi. Mungkin karena kesadaran masyarakat yang masih kurang dan pengetahuan terkait TBC masih minim. Akhirnya, masyarakat menganggap batuk yang dialami bukan karena TBC melainkan batuk biasa,” ujarnya.

Berdasarkan data, Yasir menyebutkan jika kasus TBC di Pati menempati peringkat 8 se-Jawa Tengah. Sementara di eks Karesidenan, Pati menempati peringkat pertama.

"Kasus paling banyak di Kecamatan Kayen, Batangan, Juwana, dan Sukolilo. Harapannnya semua pasien bisa menjalani pengobatan sampai dengan selesai sehingga tidak menularkan kepada orang sekitar dan orang yang dekat dengan pasien mau periksa," tandasnya.

Baca juga: Ini Makanan Sehat untuk Penderita TBC Beserta Pantangannya

Meski begitu, namun angka kesembuhannya juga tinggi yakni mencapai 70 persen. Sementara pasien yang tidak diketahui mencapai 30 persen. Dari total itu, 2 persen di antaranya meninggal dunia.

Yasir menjelaskan adapun gejala TBC, yakni batuk lebih dari dua minggu. Selain itu, nafsu makan berkurang hingga berat badan menurun.

Bahkan, lanjut Yasir, penderita akan mengalami demam dan sering berkeringat di malam hari padahal tidak beraktifitas.

“Jika mengalami gejala itu bisa dicek TBC-nya. Karena masih banyak di sudut-sudut Pati orang yang mengganggap TBC ini aib. Jadi mereka takut mau periksa karena bila positif mereka takut dijauhi orang sekitarnya,” tutur Yasir.

Pihaknya pun menggencarkan Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) terhadap orang yang satu rumah dengan pasien. Upaya itu dilakukan untuk menurunkan angka TBC. Sebab, orang yang satu rumah dengan penderita TBC berpotensi tertular.

“Itu sifatnya wajib. Statusnya kalau positif maka diobati, kalau negatif dikasih terapi pencegahan. Itu untuk menyukseskan Indonesia bebas TBC 2050 dan eliminasi TBC 2030,” ungkap dia.

 

Reporter: Umar Hanafi
Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar