Mendongeng Bersama Cimot, Gadis Cantik asal Pati Ini Berkeliling Menghibur Anak-Anak
Umar Hanafi
Sabtu, 4 Juni 2022 17:42:37
MURIANEWS, Pati –
Mendongeng mulai terpinggirkan di era digital ini. Anak-anak lebih asyik bermain gadget dibandingkan mendengarkan cerita atau dongeng dari orang dewasa.
Di sisi lain, orang dewasa apalagi orang tua juga sudah jarang sekali mendongeng pada anak-anak. Bahkan, ada juga yang tak bisa mendongeng.
Meski begitu, kegiatan mendongeng masih menjadi daya tarik tersendiri untuk ditekuni. Salah satunya pada perempuan bernama Neky Maretsa Asriaji.
Baca: Isi Kejenuhan, Komunitas Kopi Emperan Ajak Anak-Anak di Sokopuluhan Pati MendongengPerempuan kelahiran
Pati, 10 Maret 1999 ini menekuni dunia mendongeng dengan menggunakan boneka. Gadis berparas manis itu pun mempelajari seni
ventriloquist atau seni pertunjukan suara perut.
Neky mulai memperlajari seni itu sejak awal pandemi lalu. Ia bersama Cimot, boneka tangan yang selalu menemaninya, sudah keliling Pati menghibur anak-anak di sekolah maupun panti asuhan.
Seni ventriloquist itu dipelajarinya saat rasa gabut akibat virus Covid-19 merajalela. Neky pun menelusuri kegiatan mendongeng di media sosial.
Awalnya, ia mendongeng tanpa menggunakan boneka. Namun setelah pencariannya di instagram dan bertemu komunitas Ventriloquist akhirnya dirinya bergabung dengan komunitas itu.
“Kan gabut ya. Dari basiknya emang suka dongeng. Akhirnya cari di instragram, ketemulah komunitas ventriloquist, pas aku mau ikut ke sana harus bonekanya dulu. Sehingga, aku beli boneka cablak yang aku berinama Cimot itu,” ujarnya.
Bersama Cimot itupulah Neky mulai menceritakan sejumlah dongeng. Beragam dongeng telah ia ceritakan dihadapan anak-anak.
Bersama Cimot itupulah Neky mulai menceritakan sejumlah dongeng. Beragam dongeng telah ia ceritakan dihadapan anak-anak.Namun, dalam penjelasannya saat melakukan pertunjukkan ia sering membawakan dongeng fabel di hadapan anak-anak.“Biasanya fabel, kalau tidak ya dongeng tentang ke jujuran atau apa. Tergantung audiensnya pengen tema apa. Kalau ndak ya pakai dongeng andalanku,” ujarnya.Di sisi lain, Neky juga ikut komunitas Aksi Cepat Tanggap (ACT). Dari komunitas ini pulalah sejumlah panggilan pentas juga datang. Menurutnya, komunitas yang terjun di bidang kemanusiaan ini mempunyai korelasi dengan hobinya.Salah satunya, disebutkan Neky, berupa bantuan pemulihan mental pada anak-anak. Terutama bagi anak-anak yang terkena bencana. Menurutnya, dengan dongeng setidaknya dapat mengurangi trauma akibat bencana tersebut.“Seharusnya bisa masuk
mental hilling (pemulihan mental, red) sih. Misalnya kemarin seharusnya ke Semeru, tapi dari akunya belum berani dan nggak boleh sama orang tua. Jadi hanya baru acara yang deket-deket sini. Donasi, santunan atau apa, yang deket sini lah, di Pati,” ujarnya.Sampai saat ini, dirinya mengaku masih terus belajar tentang seni satu itu. Meski begitu menurutnya ada dua patokan keberhasilan saat pentas yang terus ia pegang.“Yang penting anak terhibur dan cerita-nya masuk ke anak,” tutupnya. Reporter: Umar HanafiEditor: Zulkifli Fahmi
[caption id="attachment_293910" align="alignleft" width="1067"]

Neky Maretsa Asriaji bersama Cimot (boneka) mendongengkan cerita kepada anak-anak. (Murianews/Istimewa)[/caption]
MURIANEWS, Pati –
Mendongeng mulai terpinggirkan di era digital ini. Anak-anak lebih asyik bermain gadget dibandingkan mendengarkan cerita atau dongeng dari orang dewasa.
Di sisi lain, orang dewasa apalagi orang tua juga sudah jarang sekali mendongeng pada anak-anak. Bahkan, ada juga yang tak bisa mendongeng.
Meski begitu, kegiatan mendongeng masih menjadi daya tarik tersendiri untuk ditekuni. Salah satunya pada perempuan bernama Neky Maretsa Asriaji.
Baca: Isi Kejenuhan, Komunitas Kopi Emperan Ajak Anak-Anak di Sokopuluhan Pati Mendongeng
Perempuan kelahiran
Pati, 10 Maret 1999 ini menekuni dunia mendongeng dengan menggunakan boneka. Gadis berparas manis itu pun mempelajari seni
ventriloquist atau seni pertunjukan suara perut.
Neky mulai memperlajari seni itu sejak awal pandemi lalu. Ia bersama Cimot, boneka tangan yang selalu menemaninya, sudah keliling Pati menghibur anak-anak di sekolah maupun panti asuhan.
Seni ventriloquist itu dipelajarinya saat rasa gabut akibat virus Covid-19 merajalela. Neky pun menelusuri kegiatan mendongeng di media sosial.
Awalnya, ia mendongeng tanpa menggunakan boneka. Namun setelah pencariannya di instagram dan bertemu komunitas Ventriloquist akhirnya dirinya bergabung dengan komunitas itu.
“Kan gabut ya. Dari basiknya emang suka dongeng. Akhirnya cari di instragram, ketemulah komunitas ventriloquist, pas aku mau ikut ke sana harus bonekanya dulu. Sehingga, aku beli boneka cablak yang aku berinama Cimot itu,” ujarnya.
Bersama Cimot itupulah Neky mulai menceritakan sejumlah dongeng. Beragam dongeng telah ia ceritakan dihadapan anak-anak.
Namun, dalam penjelasannya saat melakukan pertunjukkan ia sering membawakan dongeng fabel di hadapan anak-anak.
“Biasanya fabel, kalau tidak ya dongeng tentang ke jujuran atau apa. Tergantung audiensnya pengen tema apa. Kalau ndak ya pakai dongeng andalanku,” ujarnya.
Di sisi lain, Neky juga ikut komunitas Aksi Cepat Tanggap (ACT). Dari komunitas ini pulalah sejumlah panggilan pentas juga datang. Menurutnya, komunitas yang terjun di bidang kemanusiaan ini mempunyai korelasi dengan hobinya.
Salah satunya, disebutkan Neky, berupa bantuan pemulihan mental pada anak-anak. Terutama bagi anak-anak yang terkena bencana. Menurutnya, dengan dongeng setidaknya dapat mengurangi trauma akibat bencana tersebut.
“Seharusnya bisa masuk
mental hilling (pemulihan mental, red) sih. Misalnya kemarin seharusnya ke Semeru, tapi dari akunya belum berani dan nggak boleh sama orang tua. Jadi hanya baru acara yang deket-deket sini. Donasi, santunan atau apa, yang deket sini lah, di Pati,” ujarnya.
Sampai saat ini, dirinya mengaku masih terus belajar tentang seni satu itu. Meski begitu menurutnya ada dua patokan keberhasilan saat pentas yang terus ia pegang.
“Yang penting anak terhibur dan cerita-nya masuk ke anak,” tutupnya.
Reporter: Umar Hanafi
Editor: Zulkifli Fahmi