Kamis, 20 November 2025


MURIANEWS, Pati – Ratusan nelayan di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, memilih tak melaut untuk sementara waktu. Ini dikarenakan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar non subsidi mengalami kenaikan.

Wakil Ketua Paguyuban Kapal Pursein Juwana Kabupaten Pati, Purnomo mengatakan, nelayan yang tak melaut ini kebanyakan nelayan jaring tarik berkantong (JTB).

Sebenarnya mereka sudah melaut selepas Hari Raya Idulfitri lalu. Namun, mereka mengalami kerugian sehingga belum melaut lagi setelah kembali ke Juwana.

Baca: Akses Terhalang, Nelayan Kecil Pati Tak Bisa Melaut

”Banyak yang tidak berangkat. Karena banyak oprasionalnya. Sehabis lebaran JTB melaut, tapi banyak yang rugi. Kalau pursein sampai saat ini belum pulang. Ikan yang dikirim juga belum menutup biaya laut,” kata Purnomo kepada Murianews, Selasa (12/7/2022).

Ia mengatakan, harga BBM yang melambung tinggi menjadi penyebab para nelayan ini tak melaut.

Diketahui, per 10 Juli, harga solar industri, Pertamina Dex naik dari Rp 13.700-Rp 14.300 per liter, menjadi Rp 16.500-Rp 17.200 per liter.

Di samping itu, harga ikan di pasaran tak mengalami kenaikan. Kondisi itu yang membuat para nelayan enggan untuk berlayar.
Di samping itu, harga ikan di pasaran tak mengalami kenaikan. Kondisi itu yang membuat para nelayan enggan untuk berlayar.Menurutnya, tiap kapal bisa mendapat omset Rp 400 juta untuk sekali melaut selama sekitar 1,5 bulan.Namun, dengan kondisi saat ini jumlah tersebut tak sebanding dengan kebutuhan BBM dan operasional kapal. Di mana, angkanya bisa mencapai Rp 440 juta untuk sekali berlayar.”JTB sekali melaut membutuhkan 20 ton solar. Itu ke Laut Natuna selama 1,5 bulan. Jadi kebutuhan solar Rp 340 juta. Itu belum logistik dan perbaikan. Kalau logistik dan sebagiannya sekitar Rp 100 juta. Jadi merugi 40 jutaan,” ungkap dia.Ia pun berharap pemerintah mempunyai kebijkan harga BBM khusus untuk nelayan agar bisa kembali melaut. Ia berharap ada harga yang bervariasi seperti harga BBM di darat.”Ini nelayan dilepas ndak ada subsidi sama sekali. Jadi harapan kami nelayan mendapatkan harga khusus. Mendapatkan subsidi. Harapannya harganya Rp 10 ribu-Rp 12 ribu per liter. Rp 12 ribu itu saja sudah mepet. Sekali melaut butuh 240 juta. Tapi ndak papa, semoga harga solar turun,” imbuhnya. Reporter: Umar HanafiEditor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler