Rabu, 19 November 2025


MURIANEWS, Pati – Di dekat Pasar Gembong, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati, terdapat sebuah tugu perjuangan dengan patung para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia (RI).

Ada satu sosok patung yang berdiri mengacungkan senjata dan menunjuk ke depan. Sosok itu disebut-sebut merupakan penggambaran Kapten Ali Mahmudi. Siapa Kapten Ali Mahmudi?

Penggiat sejarah Kabupaten Pati Ragil Haryo Yudiartanto mengatakan, Kapten Ali Mahmudi merupakan salah satu tokoh dan pemimpin tentara Indonesia. Ia memimpin tentara Indonesia di area Pegunungan Muria pada Desember 1948.

Kapten Ali Mahmudi menjadi pemimpin melanjutkan kepemimpinan Letkol dr Gunawan yang tertangkap Belanda dalam operasi militer di Desa Bageng, Kecamatan Gembong.

”Pada Desember 1948, Letkol Gunawan tertangkap sehingga tapuk pimpinan diserahkan kepada Ali Mahmudi,” ujar.

[caption id="attachment_308853" align="alignleft" width="1088"] Potret Kapten Ali Mahmudi dipajang di Galeri Pati Mbiyen. (Murianews/Umar Hanafi)[/caption]

Ragil mengungkapkan, perawakan Ali Mahmudi ini bertubuh kecil. Meski kecil ia tidak gentar dengan tentara Belanda. Sifat berani inilah yang membuatnya menjadi pemimpin tentara Indonesia di Pegunungan Muria.

”Kecil orangnya, pemberani, tapi ndak sabaran. Setelah Letkol dr Gunawan tertangkap, (Kapten Ali Mahmudi) sempat diberikan saran untuk tidak selalu bertahan di Gembong. Sekali-kali mundur mencari strategi lain atau geser ke Jepara. Namun usulan ini tidak digubris,” tutur Ragil.

Sifat pemberani ini juga membuatnya gugur di medan perang. Saat itu di pertengahan 1949, ia mencoba menyerang konvoi tentara Belanda yang sedang patroli di Trowelo.
Sifat pemberani ini juga membuatnya gugur di medan perang. Saat itu di pertengahan 1949, ia mencoba menyerang konvoi tentara Belanda yang sedang patroli di Trowelo.”Meskipun disarankan untuk sesekali mundur. Ia tetap ingin mencegat konvoi patroli Belanda di daerah Trowelo. Itu jalur baik untuk mencegat Belanda,” kata Ragil.Bersama beberapa pasukannya, ia bersembunyi dan siap melancarkan serangan ke tentara Belanda. Saat tentara Belanda lengah, Kapten Ali Mahmudi berdiri dan melemparkan granat ke tank Belanda.”Itu terjadi sekitar Juli 1949. Dia berdiri melemparkan granat ke tank Belanda tetapi tidak meledak. Karena keluar dari persembunyian, (posisinya) kelihatan dan dibombardir tentara Belanda,” tutur dia.Kapten Ali Mahmudi tidak mati seketika. Ia sempat diamankan ke Desa Bageng. Di desa ini dia menghembuskan nafas terakhir dan dimakamkan di pemakaman desa setempat.Hingga saat ini, makam Kapten Ali Mahmudi masih berada di Desa Bageng. Makam pejuang pemberani ini sempat mau dipindahkan ke Makam Pahlawan, Pati Kota.”Tetapi warga Desa Bageng ndak mengizinkan. Agar menjadi momentum bahwa Desa Bageng menjadi saksi perjuangan mempertahankan kemerdekaan,” pungkas Ragil. Reporter: Umar HanafiEditor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar