Salah satu daerah yang masih banjir yakni, Desa Mintobasuki, Kecamatan Gabus. Saat ini, ketinggian air di sana mencapai 145 cm.
’’Masih dalam. Dari yang hari Minggu sampai sekarang baru sedikit. Paling tinggi hari Senin (2/1/2023) ketinggian mencapai 170. Saat ini sampai sekitar 145 cm,’’ ujar Sekretaris Desa Mintobasuki Abdul Mustaji, Sabtu (7/1/2023).
Ia menduga masih tinggi air ini lantaran beberapa faktor. Di antaranya dibukanya Waduk Wilalung, Kudus, dan curah hujan yang masih tinggi. Ini membuat Sungai Silugonggo yang bermuara di Juwana meluap.
Saat ini setidaknya 290 rumah di desa itu tergenang dan 250 rumah lainnya terisolasi. Masyarakat yang terdampak banjir di desa itu sekitar 990 jiwa. Kebanyakan masyarakat masih bertahan di rumah masing-masing.
Ia menuturkan saat ini, warganya masih membutuhkan bantuan logistik. Bantuan makanan yang diberikan selama ini dinilai masih kurang.’’Kebutuhan yang mendesak, sembako dan nasi bungkus. Logistik nasi bungkus satu hari belum mencukupi satu desa. Beberapa hari ini satu rumah diberikan 2-3 nasi bungkus. Padahal ada satu rumah beranggotakan lima orang kadang 6 orang,’’ tutur dia.Hal senada juga diungkapkan Mohammad Anwar Hanafi. Warga Desa Ngastorejo, Kecamatan Jakenan ini menuturkan banjir surut hanya sekitar 20 cm.’’Saat ini banjir di jalan ketinggian sekitar 60 cm, di dalam rumah 30 cm. Kalau di lahan persawahan lebih dari 100 cm,’’ imbuh dia. Reporter: Umar HanafiEditor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Pati – Banjir di sejumlah tempat di Kabupaten Pati, Jawa Tengah masih tinggi. Sepekan lebih banjir belum surut secara signifikan. Bantuan untuk korban banjir pun dirasa masih kurang.
Salah satu daerah yang masih banjir yakni, Desa Mintobasuki, Kecamatan Gabus. Saat ini, ketinggian air di sana mencapai 145 cm.
’’Masih dalam. Dari yang hari Minggu sampai sekarang baru sedikit. Paling tinggi hari Senin (2/1/2023) ketinggian mencapai 170. Saat ini sampai sekitar 145 cm,’’ ujar Sekretaris Desa Mintobasuki Abdul Mustaji, Sabtu (7/1/2023).
Ia menduga masih tinggi air ini lantaran beberapa faktor. Di antaranya dibukanya Waduk Wilalung, Kudus, dan curah hujan yang masih tinggi. Ini membuat Sungai Silugonggo yang bermuara di Juwana meluap.
Baca: Tinjau Banjir Pati, Risma: Semua Harus Dapat Penanganan yang Sama!
Saat ini setidaknya 290 rumah di desa itu tergenang dan 250 rumah lainnya terisolasi. Masyarakat yang terdampak banjir di desa itu sekitar 990 jiwa. Kebanyakan masyarakat masih bertahan di rumah masing-masing.
’’Warga mengungsi di rumah saudara, ada sekitar 6-7 keluarga,’’ kata dia.
Ia menuturkan saat ini, warganya masih membutuhkan bantuan logistik. Bantuan makanan yang diberikan selama ini dinilai masih kurang.
’’Kebutuhan yang mendesak, sembako dan nasi bungkus. Logistik nasi bungkus satu hari belum mencukupi satu desa. Beberapa hari ini satu rumah diberikan 2-3 nasi bungkus. Padahal ada satu rumah beranggotakan lima orang kadang 6 orang,’’ tutur dia.
Hal senada juga diungkapkan Mohammad Anwar Hanafi. Warga Desa Ngastorejo, Kecamatan Jakenan ini menuturkan banjir surut hanya sekitar 20 cm.
’’Saat ini banjir di jalan ketinggian sekitar 60 cm, di dalam rumah 30 cm. Kalau di lahan persawahan lebih dari 100 cm,’’ imbuh dia.
Reporter: Umar Hanafi
Editor: Zulkifli Fahmi