Pertahankan Tradisi, Begini Tata Cara Mubeng Manten di Masjid Wali Kudus Selama Pandemi
Vega Ma'arijil Ula
Minggu, 11 Oktober 2020 15:48:56
Jika biasanya tradisi
Mubeng Manten diiring sanak famili yang berjumlah lebih dari 30 orang, selama pandemi ini, tradisi
Mubeng Manten digelar terbatas. Pihak desa dan pengelola Masjid Wali membatasi paling banyak berkisar 10 orang.
"Selama pandemi jumlah rombongan yang mengantar cuma dua sampai tiga mobil.
Nggak sampai 20 orang," kata Juru pelihara gapura Masjid Wali Loram Kulon Afroh Amanuddin, Minggu (11/10/2020).
Selain itu, Afroh juga mewajibkan semua yang datang mengenakan masker dan mencuci tangan dengan sabun sebelum memasuki area masjid di tempat yang sudah disediakan.
"Jadi begitu rombongan datang, semua wajib bermasker, cuci tangan, dan menjaga jarak. Ini kami lakukan tanpa terkecuali," terangnya.
[caption id="attachment_197437" align="aligncenter" width="880"]

Sejumlah warga berswafoto di Masjid Wali Loram Kulon, Minggu (11/10/2020). (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]
Hal itu, lanjut Afroh, dilakukan untuk menghindari penyebaran Covid-19. Apalagi, pemerintah juga melarang adanya kerumunan.
Karena itu, pengiring rebana yang biasanya ikut menyemarakkan tradisi untuk sementara waktu ditiadakan.
"Rebana juga ditiadakan. Jadi pengiringnya murni dari keluarga. Sementara pengantin yang mengelilingi gapura masjid tetap dilaksanakan," ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Pokdarwis Desa Loram Kulon Ahmad Abhar. Menurutnya, meski pandemi berlangsung, tradisi
Manten Mubeng masih digelar. Terutama bagi mempelai pengantin yang salah satunya berasal dari desa setempat.
"Sebenarnya
Manten Mubeng ini untuk meneruskan sejarah yang diawali dari Sultan Hadirin. Istilahnya nguri-uri budaya," katanya Minggu (11/10/2020).
Menurut Abhar, setiap ada warga yang berasal dari loram yang melangsungkan pernikahan biasanya melakukan ritual
Mubeng Manten. Hal itu untuk mencari keberkahan dan melestarikan budaya.https://www.instagram.com/p/CGJsxucjv85/?igshid=1y0ijz47gyu24"Kalau ada yang menikah dan salah satu mempelainya dari loram biasanya muter gapura satu kali," terang dia.Hanya, ia mengakui banyak warga yang meyakini jika prosesi Mubeng Manten ditinggal dikhawatirkan terjadi hal-hal butuk. Apalagi hal tersebut sudah menjadi kepercayaan secara turun temurun."Karena itu kami tidak bisa menghentikan tradisi ini meski ada pandemi. Yang pasti kami sudah menerapkan protokol kesehatan saat tradisi digelar. Semua pun tidak masalah,"Sementara itu dari pantauan di lapangan, di area Masjid Wali memang sudah disediakan tempat cuci tangan di luar tempat wudlu. Satu di sebelah utara dan aatunya lagi di sebelah selatan. Terdapat juga spanduk berbentuk persegi bertuliskan imbauan protokol kesehatan.Di baner itu ada imbauan menceg
ah penularan Covid-19. Yakni dengan berdoa kepada Allah SWT, rajin mencuci tangan pakai sabun, kenakan masker, hindari bersentuhan, jaga jarak satu meter.https://youtu.be/Po5m1CDan8w Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Supriyadi
MURIANEWS, Kudus - Tradisi
Mubeng Manten (pengantin memutari) gapura Padureksan Masjid Wali Loram Kulon, Kudus masih berlangsung selama pandemi Covid-19. Hanya, selama pandemi ini, mekanismenya sedikit berubah.
Jika biasanya tradisi
Mubeng Manten diiring sanak famili yang berjumlah lebih dari 30 orang, selama pandemi ini, tradisi
Mubeng Manten digelar terbatas. Pihak desa dan pengelola Masjid Wali membatasi paling banyak berkisar 10 orang.
"Selama pandemi jumlah rombongan yang mengantar cuma dua sampai tiga mobil.
Nggak sampai 20 orang," kata Juru pelihara gapura Masjid Wali Loram Kulon Afroh Amanuddin, Minggu (11/10/2020).
Selain itu, Afroh juga mewajibkan semua yang datang mengenakan masker dan mencuci tangan dengan sabun sebelum memasuki area masjid di tempat yang sudah disediakan.
"Jadi begitu rombongan datang, semua wajib bermasker, cuci tangan, dan menjaga jarak. Ini kami lakukan tanpa terkecuali," terangnya.
[caption id="attachment_197437" align="aligncenter" width="880"]

Sejumlah warga berswafoto di Masjid Wali Loram Kulon, Minggu (11/10/2020). (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]
Hal itu, lanjut Afroh, dilakukan untuk menghindari penyebaran Covid-19. Apalagi, pemerintah juga melarang adanya kerumunan.
Karena itu, pengiring rebana yang biasanya ikut menyemarakkan tradisi untuk sementara waktu ditiadakan.
"Rebana juga ditiadakan. Jadi pengiringnya murni dari keluarga. Sementara pengantin yang mengelilingi gapura masjid tetap dilaksanakan," ungkapnya.
Hal senada juga diungkapkan Pokdarwis Desa Loram Kulon Ahmad Abhar. Menurutnya, meski pandemi berlangsung, tradisi
Manten Mubeng masih digelar. Terutama bagi mempelai pengantin yang salah satunya berasal dari desa setempat.
"Sebenarnya
Manten Mubeng ini untuk meneruskan sejarah yang diawali dari Sultan Hadirin. Istilahnya nguri-uri budaya," katanya Minggu (11/10/2020).
Menurut Abhar, setiap ada warga yang berasal dari loram yang melangsungkan pernikahan biasanya melakukan ritual
Mubeng Manten. Hal itu untuk mencari keberkahan dan melestarikan budaya.
https://www.instagram.com/p/CGJsxucjv85/?igshid=1y0ijz47gyu24
"Kalau ada yang menikah dan salah satu mempelainya dari loram biasanya muter gapura satu kali," terang dia.
Hanya, ia mengakui banyak warga yang meyakini jika prosesi Mubeng Manten ditinggal dikhawatirkan terjadi hal-hal butuk. Apalagi hal tersebut sudah menjadi kepercayaan secara turun temurun.
"Karena itu kami tidak bisa menghentikan tradisi ini meski ada pandemi. Yang pasti kami sudah menerapkan protokol kesehatan saat tradisi digelar. Semua pun tidak masalah,"
Sementara itu dari pantauan di lapangan, di area Masjid Wali memang sudah disediakan tempat cuci tangan di luar tempat wudlu. Satu di sebelah utara dan aatunya lagi di sebelah selatan. Terdapat juga spanduk berbentuk persegi bertuliskan imbauan protokol kesehatan.
Di baner itu ada imbauan menceg
ah penularan Covid-19. Yakni dengan berdoa kepada Allah SWT, rajin mencuci tangan pakai sabun, kenakan masker, hindari bersentuhan, jaga jarak satu meter.
https://youtu.be/Po5m1CDan8w
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Supriyadi