Pembuat Baju Hazmat di Kudus Mulai Sepi Pesanan
Vega Ma'arijil Ula
Selasa, 10 November 2020 15:33:41
Namun saat ini, pembuat baju hazmat di Kota Kretek justru mengalami penurunan pesanan. Seperti yang dialami Ali Luthfi, pembuat baju hazmat di Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kudus.
Padahal, di awal merebaknya virus corona pada Maret 2020 lalu, pemesan baju hazmat mencapai ribuan. Saat ini pesanan merosot drastis, bahkan tidak menyentuh angka seribu unit.
"Sejak selesai Lebaran itu pesanan baju hazmat sudah jarang. Paling pesanan sekitar 50 sampai 100 unit saja. Kalau dulu bisa sampai ribuan. Kemarin sempat ada yang mau pesan, tetapi tidak jadi," katanya ke
MURIANEWS, Selasa (10/11/2020).
Ali yang juga merupakan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Ar-Roudlotul Mardliyyah II Demangan itu, membeberkan alasannya.
"Mungkin karena sudah banyak donasi-donasi APD. Sehingga permintaan pembuatan APD sudah jarang," ujarnya.
Lebih lanjut menurut dia, pesanan baju hazmat untuk wilayah Kudus untuk saat ini sudah tidak ada sama sekali. Dia justru menyasar ke area di luar Kudus.
Seperti rumah sakit dan puskesmas di daerah Demak dan Jepara. Namun, pesanan baju hazmat di daerah itu juga tidak lebih dari 100 unit.
Pria kelahiran Kudus, 13 Oktober 1976 itu menyampaikan harga baju hazmat yang dijualnya saat ini hanya menyentuh Rp 95 ribu per unit.Nominal itu lebih kecil ketika dia menjual saat awal munculnya pandemi dengan harga Rp 110 sampai Rp 115 ribu per unitnya. Bahan yang digunakan pun sama. Yakni bahan taslan milky (semacam parasit tapi lebih tebal).Saat awal-awal merebaknya pandemi, Ali mendapat pesanan dari dari berbagai instansi. Saat itu pemasaran baju hazmat buatannya gencar sampai ke Sulawesi.Rencananya, Ali berniat melakukan pemasaran ke daerah luar Kudus. "Mungkin mulai pekan depan mau coba ke luar kota untuk menawarkan baju hazmat," ungkapnya.Saat ini Ali kembali menjahit kaus dan baju. Namun, menurut dia hal itu juga tidak bisa dijadikan andalan. Sebab pesanan kaus, baju, dan seragam sekolah juga masih sepi pesanan. Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha
MURIANEWS, Kudus - Pandemi Covid-19 saat ini belum berakhir, kasus baru terus bermunculan. Alat pelindung diri (APD) terutama baju hazmat sempat menjadi barang langka yang sulit dicari.
Namun saat ini, pembuat baju hazmat di Kota Kretek justru mengalami penurunan pesanan. Seperti yang dialami Ali Luthfi, pembuat baju hazmat di Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kudus.
Padahal, di awal merebaknya virus corona pada Maret 2020 lalu, pemesan baju hazmat mencapai ribuan. Saat ini pesanan merosot drastis, bahkan tidak menyentuh angka seribu unit.
"Sejak selesai Lebaran itu pesanan baju hazmat sudah jarang. Paling pesanan sekitar 50 sampai 100 unit saja. Kalau dulu bisa sampai ribuan. Kemarin sempat ada yang mau pesan, tetapi tidak jadi," katanya ke MURIANEWS, Selasa (10/11/2020).
Ali yang juga merupakan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Ar-Roudlotul Mardliyyah II Demangan itu, membeberkan alasannya.
"Mungkin karena sudah banyak donasi-donasi APD. Sehingga permintaan pembuatan APD sudah jarang," ujarnya.
Lebih lanjut menurut dia, pesanan baju hazmat untuk wilayah Kudus untuk saat ini sudah tidak ada sama sekali. Dia justru menyasar ke area di luar Kudus.
Seperti rumah sakit dan puskesmas di daerah Demak dan Jepara. Namun, pesanan baju hazmat di daerah itu juga tidak lebih dari 100 unit.
Pria kelahiran Kudus, 13 Oktober 1976 itu menyampaikan harga baju hazmat yang dijualnya saat ini hanya menyentuh Rp 95 ribu per unit.
Nominal itu lebih kecil ketika dia menjual saat awal munculnya pandemi dengan harga Rp 110 sampai Rp 115 ribu per unitnya. Bahan yang digunakan pun sama. Yakni bahan taslan milky (semacam parasit tapi lebih tebal).
Saat awal-awal merebaknya pandemi, Ali mendapat pesanan dari dari berbagai instansi. Saat itu pemasaran baju hazmat buatannya gencar sampai ke Sulawesi.
Rencananya, Ali berniat melakukan pemasaran ke daerah luar Kudus. "Mungkin mulai pekan depan mau coba ke luar kota untuk menawarkan baju hazmat," ungkapnya.
Saat ini Ali kembali menjahit kaus dan baju. Namun, menurut dia hal itu juga tidak bisa dijadikan andalan. Sebab pesanan kaus, baju, dan seragam sekolah juga masih sepi pesanan.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha