Minim Peziarah, Tukang Foto Menara Kudus Kadang Pulang Tak Bawa Uang
Vega Ma'arijil Ula
Kamis, 28 Januari 2021 13:58:39
MURIANEWS, Kudus - Sepinya peziarah yang datang ke Menara Kudus akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berimbas pada jasa fotografi. Sepinya pengunjung membuat para fotograger di kawsan Menara Kudus kehilangan penghasilan.
Salah seorang fotografer yang beroperasi di Menara Kudus, Joko Kusmani bahkan mengaku pernah dalam sehari tidak mendapat uang sama sekali, lantaran tidak ada yang menggunakan jasa fotonya.
MURIANEWS menemui Joko di area Menara Kudus. Terlihat beberapa kali dia menawarkan jasa foto dengan
background Menara Kudus kepada peziarah yang keluar dari area makam.
Sambil mengangkat contoh foto berukuran 10R dia mencoba menawarkan kepada peziarah. Namun, usaha itu belum membuahkan hasil.
"Semenjak ada pembatasan (PPKM) ya seperti ini sepi. Biasanya itu sehari bisa lima sampai sepuluh orang. Kalau sekarang jarang. Beberapa hari lalu malah enggak ada sama sekali dan enggak bawa uang ke rumah," katanya, Kamis (28/1/2021).
Dari bekerja pukul 08.00 sampai 17.00 WIB setiap harinya itu, untuk sekali memotret peziarah dan mencetak hasil foto ke ukuran 10 R itu dia mendapatkan penghasilan Rp 20 ribu. Nominal itu untuk per satu foto.
Namun, upah Rp 20 ribu itu belum termasuk biaya lain, sehingga yang bisa dikantongi pria yang berdomisili di Desa Singocandi itu hanya Rp 8 ribu dari satu jepretan fotonya."Dapat bersihnya Rp 8 ribu untuk satu jepretan.
Yo angger dilakoni sak mlakune (Ya dijalani saja sebisanya)," terang pria yang sudah bekerja sebagai jasa fotografer selama delapan tahun itu.Bahkan, beberapa hari lalu dia pernah tidak mendapatkan penghasilan sama sekali. Padahal, menurut dia sebelum adanya PPKM sehari dia mampu mengantongi Rp 40 sampai Rp 50 ribu."Sementara kerja seperti ini dulu sambil nanti cari kerja sampingan. Kalau seperti ini terus susah. Kalau saya inginnya jangan ada pembatasan. Yang penting kan protokol kesehatan tetap ditaati," ujar ayah dua anak ini.Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_205676" align="alignleft" width="1280"]

Joko Kusmani menawarkan jasa fotografi di kawasan Menara Kudus. (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]
MURIANEWS, Kudus - Sepinya peziarah yang datang ke Menara Kudus akibat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berimbas pada jasa fotografi. Sepinya pengunjung membuat para fotograger di kawsan Menara Kudus kehilangan penghasilan.
Salah seorang fotografer yang beroperasi di Menara Kudus, Joko Kusmani bahkan mengaku pernah dalam sehari tidak mendapat uang sama sekali, lantaran tidak ada yang menggunakan jasa fotonya.
MURIANEWS menemui Joko di area Menara Kudus. Terlihat beberapa kali dia menawarkan jasa foto dengan
background Menara Kudus kepada peziarah yang keluar dari area makam.
Sambil mengangkat contoh foto berukuran 10R dia mencoba menawarkan kepada peziarah. Namun, usaha itu belum membuahkan hasil.
"Semenjak ada pembatasan (PPKM) ya seperti ini sepi. Biasanya itu sehari bisa lima sampai sepuluh orang. Kalau sekarang jarang. Beberapa hari lalu malah enggak ada sama sekali dan enggak bawa uang ke rumah," katanya, Kamis (28/1/2021).
Dari bekerja pukul 08.00 sampai 17.00 WIB setiap harinya itu, untuk sekali memotret peziarah dan mencetak hasil foto ke ukuran 10 R itu dia mendapatkan penghasilan Rp 20 ribu. Nominal itu untuk per satu foto.
Namun, upah Rp 20 ribu itu belum termasuk biaya lain, sehingga yang bisa dikantongi pria yang berdomisili di Desa Singocandi itu hanya Rp 8 ribu dari satu jepretan fotonya.
"Dapat bersihnya Rp 8 ribu untuk satu jepretan.
Yo angger dilakoni sak mlakune (Ya dijalani saja sebisanya)," terang pria yang sudah bekerja sebagai jasa fotografer selama delapan tahun itu.
Bahkan, beberapa hari lalu dia pernah tidak mendapatkan penghasilan sama sekali. Padahal, menurut dia sebelum adanya PPKM sehari dia mampu mengantongi Rp 40 sampai Rp 50 ribu.
"Sementara kerja seperti ini dulu sambil nanti cari kerja sampingan. Kalau seperti ini terus susah. Kalau saya inginnya jangan ada pembatasan. Yang penting kan protokol kesehatan tetap ditaati," ujar ayah dua anak ini.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha