Tak Gentar Usai Konveksinya Terdampak Pandemi, Pria di Kudus Ini Banting Stir ke Kuliner Entok

Vega Ma'arijil Ula
Selasa, 9 Maret 2021 16:02:41


[caption id="attachment_208523" align="alignleft" width="880"]
Siswanto menunjukkan menu kinco dan swike entok yang tersedia di kedai miliknya. (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]
MURIANEWS, Kudus - Usaha konveksi tas yang sudah ditekuni Siswanto selama 20 tahun terdampak pandemi. Alhasil, dia terpaksa harus menghentikan usahanya, dan kini beralih ke usaha kuliner varian entok.
Ditemui MURIANEWS di kedainya yang diberi nama Gentong Mas, Siswanto menceritakan usaha konveksi tas miliknya yang terdampak pandemi. Usaha konveksinya terkena imbas corona lantaran saat ini siswa tidak masuk sekolah.
Padahal, dulunya usaha konveksi tasnya mampu diandalkannya untuk meraup rupiah. Pengiriman konveksinya saat itu sampai ke Tegal, Yogyakarta, Wonosobo, dan daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur lainnya. Bahkan dia sempat memiliki pegawai sebanyak 40 orang.
"Selama ada corona ini usaha konveksi tas saya tidak berjalan. Akhirnya harus jual tanah, jual rumah untuk bangun usaha kuliner ini. Kebetulan istri kan juga suka masak," katanya, Selasa (9/3/2021).
Usaha kuliner olahan entok yang baru dirintisnya sejak 23 Januari 2021 itu diberi nama Gentong Mas. Lokasinya di Dusun Nerangan, Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.
Pemilihan nama Gentong Mas itu terinspirasi dari cerita masyarakat setempat adanya gentong yang airnya tidak pernah habis ketika musim kemarau.
"Di timur sini kan ada gentong. Siapa tahu emas nya itu di kedai ini rezekinya," celetuk Siswanto.
Di kedai berkonsep semi outdoor itu menawarkan beragam olahan menu entok. Harganya pun merakyat. Sekitar Rp 25 ribu untuk tiap-tiap varian entok. Mulai dari tongseng entok, rica-rica entok, pedesan entok, swieke entok, dan gule entok.
Selain varian entok, pria kelahiran 5 Juli 1972 itu juga menawarkan menu lain. Seperti kepala manyung, pecel pakis, ayam geprek, telur geprek, rica-rica ayam, ayam goreng kampung, pecel pakis, mangut kepala manyung, gulai kepala manyung, dan makanan lainnya.
Sedangkan untuk minuman juga tersedia beragam pilihan. Mulai dari jus jambu, jus sirsak, jus alpukat, jus mangga, wedang rempah, soda gembira, kopi hitam, dan lain-lainnya.
Masyarakat yang tertarik mencoba dapat datang langsung setiap hari Selasa hingga Minggu mulai pukul 09.00 sampai 24.00. Menurut Siswanto, usaha kuliner miliknya itu bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Untuk saat ini saya belum ada karyawan. Tapi ya alhamdulillah pendapatan bisa untuk kebutuhan sehari-hari semenjak tidak lagi usaha konveksi," terangnya.
Menurutnya beberapa konsumen datang silih berganti. Mereka berasal dari Kudus. Seperti daerah Dawe, Megawon, dan Purwosari. "Alhamdulillah teman-teman pada ke sini. Ya ada yang datang beberapa kali juga," ujar dia.
Ke depannya Siswanto berniat untuk merambah menu varian lainnya. Yakni mengarah ke menu ikan bakar.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha

MURIANEWS, Kudus - Usaha konveksi tas yang sudah ditekuni Siswanto selama 20 tahun terdampak pandemi. Alhasil, dia terpaksa harus menghentikan usahanya, dan kini beralih ke usaha kuliner varian entok.
Ditemui MURIANEWS di kedainya yang diberi nama Gentong Mas, Siswanto menceritakan usaha konveksi tas miliknya yang terdampak pandemi. Usaha konveksinya terkena imbas corona lantaran saat ini siswa tidak masuk sekolah.
Padahal, dulunya usaha konveksi tasnya mampu diandalkannya untuk meraup rupiah. Pengiriman konveksinya saat itu sampai ke Tegal, Yogyakarta, Wonosobo, dan daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur lainnya. Bahkan dia sempat memiliki pegawai sebanyak 40 orang.
"Selama ada corona ini usaha konveksi tas saya tidak berjalan. Akhirnya harus jual tanah, jual rumah untuk bangun usaha kuliner ini. Kebetulan istri kan juga suka masak," katanya, Selasa (9/3/2021).
Usaha kuliner olahan entok yang baru dirintisnya sejak 23 Januari 2021 itu diberi nama Gentong Mas. Lokasinya di Dusun Nerangan, Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.
Pemilihan nama Gentong Mas itu terinspirasi dari cerita masyarakat setempat adanya gentong yang airnya tidak pernah habis ketika musim kemarau.
"Di timur sini kan ada gentong. Siapa tahu emas nya itu di kedai ini rezekinya," celetuk Siswanto.
Di kedai berkonsep semi outdoor itu menawarkan beragam olahan menu entok. Harganya pun merakyat. Sekitar Rp 25 ribu untuk tiap-tiap varian entok. Mulai dari tongseng entok, rica-rica entok, pedesan entok, swieke entok, dan gule entok.
Selain varian entok, pria kelahiran 5 Juli 1972 itu juga menawarkan menu lain. Seperti kepala manyung, pecel pakis, ayam geprek, telur geprek, rica-rica ayam, ayam goreng kampung, pecel pakis, mangut kepala manyung, gulai kepala manyung, dan makanan lainnya.
Sedangkan untuk minuman juga tersedia beragam pilihan. Mulai dari jus jambu, jus sirsak, jus alpukat, jus mangga, wedang rempah, soda gembira, kopi hitam, dan lain-lainnya.
Masyarakat yang tertarik mencoba dapat datang langsung setiap hari Selasa hingga Minggu mulai pukul 09.00 sampai 24.00. Menurut Siswanto, usaha kuliner miliknya itu bisa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Untuk saat ini saya belum ada karyawan. Tapi ya alhamdulillah pendapatan bisa untuk kebutuhan sehari-hari semenjak tidak lagi usaha konveksi," terangnya.
Menurutnya beberapa konsumen datang silih berganti. Mereka berasal dari Kudus. Seperti daerah Dawe, Megawon, dan Purwosari. "Alhamdulillah teman-teman pada ke sini. Ya ada yang datang beberapa kali juga," ujar dia.
Ke depannya Siswanto berniat untuk merambah menu varian lainnya. Yakni mengarah ke menu ikan bakar.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha