Kamis, 20 November 2025


MURIANEWS, Kudus - Penggunaan rapid test antigen bekas menjadi perbincangan beberapa hari ini. Hal ini seiring dengan ramaianya pemberitaan penggunaan rapid test antigen bekas di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara.

Empat petugas laboratorium rapid test di Bandara Kualanamu pun ditangkap pada Selasa (27/4/2021) lalu. Lalu seperti apa bahaya penggunaan alat rapid test bekas?.

Direktur RS Aisyiyah Kudus dr Hilal Ariadi menjelaskan mengenai hal ini. Menurutnya alat rapid test antigen penggunaannya hanya untuk sekali.

"Walaupun dicuci dengan alkohol juga tidak boleh. Karena penggunaannya itu hanya untuk sekali saja," katanya kepada MURIANEWS, Selasa (4/5/2021).

Dokter Hilal melanjutkan, penggunaan rapid test antigen bekas sama dengan mentransfer virus kepada pengguna kedua. Hal ini tidak dibenarkan, pasalnya dapat memberi efek berbahaya bagi pengguna selanjutnya.

"Tetap berbahaya karena mengandung virus dari orang yang diambil spesimennya. Aturannya itu satu kali pakai," ujar dia.

Bahkan, menurutnya bagi orang yang mempunyai komorbid dapat menyebabkan kematian. Pasalnya, daya tahan yang dimiliki pasien komorbid tergolong rendah.

Baca: Lima Bulan Beraksi, Tersangka Rapid Test Bekas di Bandara Kualanamu Untung Rp 1,8 Miliar
Baca: Lima Bulan Beraksi, Tersangka Rapid Test Bekas di Bandara Kualanamu Untung Rp 1,8 MiliarGejala yang ditimbulkan akibat penggunaan rapid test antigen bekas beragam. Mulai dari gejala ringan hingga berat yang dapat menimbulkan kematian. Selain itu, efek yang ditimbulkan juga dapat menyasar ke multi organ. Seperti jantung dan paru-paru."Tergantung orangnya masing-masing. Karena setiap orang punya daya tahan dan risiko yang berbeda-beda. Bagi orang dengan komorbid bisa fatal dan menimbulkan kematian," jelasnya.Ditanya soal membedakan alat rapid test antigen bekas dengan alat rapid test antigen yang masih baru, ia mengaku kesulitan. Sebab, tidak ada ciri yang pasti."Kalau sudah dikemas lagi sulit membedakannya. Oleh sebab itu, perlu kerja sama semua pihak supaya hal seperti ini tidak terjadi lagi. Karena faktor keamanan, kualitas, dan hati nurani harus di kedepankan," pungkasnya.  Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler