Jumat, 21 November 2025


MURIANEWS, Kudus - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang terus berlanjut membuat para sopir angkot di Kabupaten Kudus merasakan dampak yang cukup besar. Terlebih saat PPKM Darurat dan kini dilanjut PPKM Level 4, di mana jalan-jalan banyak yang disekat.

Bahkan kala Kudus masih menerapkan PPKM Mikro, sudah banyak sopir angkot yang prei narik. Penyebabnya, sepi penumpang. Lantaran kebanyakan langganan mereka adalah siswa dan pekerja pabrik.

Catur Susilo, salah satu sopir angkot jurusan Terminal Induk Jati hingga Pasar Bareng. Ia mengaku, sudah 40 hari berhentik narik, dan baru kembali bekerja sekitar tiga hari terakhir.

Awalnya dia memilih libur, karena pendapatan dari narik angkot tidak menentu. Kondisi ini masih bertahan, ketika ia mulai kembali nyopir.

Jika sedang hoki, dalam sehari dia mampu mendapatkan Rp 100 ribu. Namun, jumlah itu harus dipotong Rp 50 ribu untuk BBM, dan Rp 25 ribu untuk setoran. Alhasil, dia hanya membawa pulang uang Rp 25 ribu.

"Sepi sangat luar biasa. Anak sekolah tidak ada, karyawan pabrik pada naik kendaraan pribadi. Terus penyekatan ini membuat penumpang kebingungan mau turun dimana," katanya, Rabu (28/7/2021).

Sopir angkutan lainya, Suprapto asal Desa Getas Pejaten, Jati, Kudus mengatakan hal yang sama. Dia membawa pendapatan bersih sebesar Rp 25 ribu dalam sehari."Sehari dapat Rp 100 ribu. Kalau ramai dan lagi hoki ya bisa Rp 150 ribu. Tapi itu masih kotor, belum untuk bayar bensin Rp 50 ribu dan setoran Rp 25 ribu. Sisanya Rp 25 ribu baru bawa pulang," sambungnya.Menurutnya nominal uang Rp 25 ribu itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kendati begitu dia hanya bisa pasrah."Harapannya penyekatan bisa segera dibuka. Sekolah diberangkatkan lagi dan kalau ada bantuan bagi kami segera direalisasikan," harapnya. Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar

Terpopuler