Kamis, 20 November 2025


MURIANEWS, Kudus – Tengkulak selama ini dituding menjadi salah satu biang yang membuat harga komoditas pertanian hancur. Tak terkecuali prdoduk gula tumbu yang dihasilkan dari air tebu.

Para perjain gula tumbu di Kudus pun mengeluhkan hal ini. Pasalnya, tahun ini harga gula yang diolah secara tradisional itu hanya laku Rp 7.700 per kilogram. padahal 2019 lalu bisa tembus Rp 9.500 per kilogram

Perajin gula tumbu di Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae, Kabupaten KudusKudus, Mohammad Zudi berharap ada perlindungan koperasi, sehingga tak selalu tidak diakali oleh tengkulak.

Zudi tidak menampik jika perajin gula tumbu diwadahi dalam sebuah koperasi, maka persoalan modal bisa lebih ringan.

"Keinginan kami perajin gula tumbu ingin ada koperasi. Seperti petani gula putih kan ada pinjaman modal. Sedangkan di kami perajin gula tumbu tidak pernah ada seperti itu," katanya, Sabtu (28/8/2021).

Selain itu, keberadaan koperasi dirasa bisa membantu dirinya untuk memasarkan produk gula tumbu yang diproduksi.

"Saya inginnya ada koperasi. Tetapi dari Dinas Pertanian dan Pangan Kudus belum ada. Kami sering diajak bertemu dan katanya akan ada koperasi, tetapi sampai saat ini tidak pernah ada koperasinya," ujarnya.

Baca: Keluh Kesah Pembuat Gula Tumbu di Kudus yang Tak Berdaya di Hadapan TengkulakSementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kudus Sunardi membenarkan jika di Kabupaten Kudus belum ada koperasi pertanian. Walau begitu, dia berencana untuk membahas pembentukan koperasi pertanian dalam waktu dekat."Untuk koperasi bagi petani memang kami belum ada. Tetapi akan coba kami koordinasikan dengan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) agar bisa segera membentuk koperasi bagi petani," terangnya.Menurutnya koperasi pertanian memang dirasa perlu. Bahkan tidak hanya bagi petani tebu aja. Melainkan juga bagi petani lainnya. "Supaya bisa membantu kegiatan pascapanen bagi petani," imbuhnya.  Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha

Baca Juga

Komentar