Keluarga buruh rokok di Kabupaten Rokok mengikuti pelatihan untuk menjadi pengusaha selama sepekan ini. Di antaranya pelatihan barista yang berakhir Jumat (22/10/2021) hari ini.
Gotcha Coffee Roastery Semarang Nanda Dika Arseno menyampaikan, peserta selama pelatihan diajari 30 persen teori dan 70 persen praktik.
Dia menambahkan, beragam informasi soal kopi sudah diberikannya. Menurutnya membuat kopi tidak serta merta menyedu lalu diberikan ke konsumen.
"Kami sampaikan ke teman-teman pelatihan bahwa tugas barista tidak hanya bikin kopi terus selesai. Tetapi bagaimana seorang barista itu memberikan pelayanan kepada
," katanya.
. Oleh sebab itu, pelayanan kepada konsumen juga harus baik. Sehingga konsumen bisa datang kembali.
"Menghargai pelanggan itu penting. Aspek lainnya tentunya juga didukung dengan manajemen keuangan yang baik. Kalau keuangan bagus dan tertata rapi,
akan stabil," ungkapnya.
Teknis lain perihal kopi juga dilakukan. Mulai dari mengenali bahan baku, cara menyimpan bahan baku, cara mengeksekusi produk, dan lainnnya."Harapan kami dengan adanya pelatihan barista ini dapat melahirkan barista profesional. Selain itu dapat menciptakan lapangan kerja," harapnya.Sementara itu, salah seorang peserta pelatihan asal Desa Pedawang, Deki mengaku ikut pelatihan agar memiliki wawasan soal dunia kopi. Pemuda yang bekerja sebagai karyawan di pabrik rokok di Kudus itu juga berkeinginan memiliki kedai kopi."Pertama ingin menambah wawasan soal kopi. Kemudian harapannya setelah ikut pelatihan ini saya bisa buka kedai kopi sendiri," jelasnya. Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_247774" align="alignleft" width="1280"]

Instruktur Pelatihan Barista Nanda Dika Arseno (kemeja biru) memberikan arahan meracik kopi. (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Keluarga buruh rokok di Kabupaten Rokok mengikuti pelatihan untuk menjadi pengusaha selama sepekan ini. Di antaranya pelatihan barista yang berakhir Jumat (22/10/2021) hari ini.
Instruktur Pelatihan Barista yang juga
owner Gotcha Coffee Roastery Semarang Nanda Dika Arseno menyampaikan, peserta selama pelatihan diajari 30 persen teori dan 70 persen praktik.
Dia menambahkan, beragam informasi soal kopi sudah diberikannya. Menurutnya membuat kopi tidak serta merta menyedu lalu diberikan ke konsumen.
"Kami sampaikan ke teman-teman pelatihan bahwa tugas barista tidak hanya bikin kopi terus selesai. Tetapi bagaimana seorang barista itu memberikan pelayanan kepada
customer," katanya.
Nanda menyampaikan, di Kudus sendiri bisa dibilang sudah banyak
coffee shop. Oleh sebab itu, pelayanan kepada konsumen juga harus baik. Sehingga konsumen bisa datang kembali.
"Menghargai pelanggan itu penting. Aspek lainnya tentunya juga didukung dengan manajemen keuangan yang baik. Kalau keuangan bagus dan tertata rapi,
coffee shop akan stabil," ungkapnya.
Baca: Mandiri Sejak Kecil, Dara Cantik di Kudus Ini Biayai Kuliah dari Nyanyi dan Jadi Barista
Teknis lain perihal kopi juga dilakukan. Mulai dari mengenali bahan baku, cara menyimpan bahan baku, cara mengeksekusi produk, dan lainnnya.
"Harapan kami dengan adanya pelatihan barista ini dapat melahirkan barista profesional. Selain itu dapat menciptakan lapangan kerja," harapnya.
Sementara itu, salah seorang peserta pelatihan asal Desa Pedawang, Deki mengaku ikut pelatihan agar memiliki wawasan soal dunia kopi. Pemuda yang bekerja sebagai karyawan di pabrik rokok di Kudus itu juga berkeinginan memiliki kedai kopi.
"Pertama ingin menambah wawasan soal kopi. Kemudian harapannya setelah ikut pelatihan ini saya bisa buka kedai kopi sendiri," jelasnya.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha