Sejumlah monumen di Kabupaten Kudus dibangun tanpa dilengkapi dengan deskripsi. Alhasil, banyak generasi muda yang tak mengetahui tentang sejarah di balik dibangunnya monumen itu.
Hal ini juga mendapat sorotan dari sejarawan Kudus, Sancaka Dwi Supani. Ia menyebut, deskripsi pada sebuah monumen cukup penting. Karena bisa memberi informasi kepada khalayak terkait cerita sejarah di balik monumen itu.
Ia mencontohkan beberapa momumen sejarah yang tak dilengkapi deskripsi. Di antaranya, Monumen Patung Jenderal Ahmad Yani, Monumen Tugu Juang 45, Monumen Perjuangan Besito, dan Monumen Macan Putih di Glagah Kulon.
"Misalnya di Monumen Jenderal Ahmad Yani itu harus ada deskripsi ceritanya seperti apa. Kemudian Monumen Tugu Juang 45 juga belum ada keterangan deskripsinya," katanya, Kamis (11/11/2021).
, dia menjelaskan sedikit cerita tentang patung Ahmad Yani yang dibangun untuk mengingatkan bahwa TNI harus netral tidak berpolitik. Namun di monumen itu hanya tertera deskripsi lima butir sumpah prajurit.
, dia menjelaskan sedikit cerita tentang patung Ahmad Yani yang dibangun untuk mengingatkan bahwa TNI harus netral tidak berpolitik. Namun di monumen itu hanya tertera deskripsi lima butir sumpah prajurit.
Sedangkan untuk Monumen Tugu Juang 45 dibangun untuk mengenang perjuangan pemuda menghadapi Belanda di Agresi Militer Belanda II."Di situ tidak ditulis cerita pembangunan monumen ini karena apa. Ini penting untuk mengingat sejarah. Seperti kata Bung Karno untuk mengingat jas merah. Mempelajari sejarah di masa lalu itu penting untuk menapak masa depan yang lebih baik. Kemudian untuk perawatan monumen juga menjadi tanggungjawab bersama," pungkasnya. Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_252244" align="alignleft" width="1280"]

Warga melintasi Patung Jenderal Ahmad Yani, yang terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kudus. (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]
MURIANEWS, Kudus – Sejumlah monumen di Kabupaten Kudus dibangun tanpa dilengkapi dengan deskripsi. Alhasil, banyak generasi muda yang tak mengetahui tentang sejarah di balik dibangunnya monumen itu.
Hal ini juga mendapat sorotan dari sejarawan Kudus, Sancaka Dwi Supani. Ia menyebut, deskripsi pada sebuah monumen cukup penting. Karena bisa memberi informasi kepada khalayak terkait cerita sejarah di balik monumen itu.
Ia mencontohkan beberapa momumen sejarah yang tak dilengkapi deskripsi. Di antaranya, Monumen Patung Jenderal Ahmad Yani, Monumen Tugu Juang 45, Monumen Perjuangan Besito, dan Monumen Macan Putih di Glagah Kulon.
"Misalnya di Monumen Jenderal Ahmad Yani itu harus ada deskripsi ceritanya seperti apa. Kemudian Monumen Tugu Juang 45 juga belum ada keterangan deskripsinya," katanya, Kamis (11/11/2021).
Baca: Cerita Dua Monumen di Blora Jadi Saksi Gugurnya Polisi dalam Insiden PKI
Kepada
MURIANEWS, dia menjelaskan sedikit cerita tentang patung Ahmad Yani yang dibangun untuk mengingatkan bahwa TNI harus netral tidak berpolitik. Namun di monumen itu hanya tertera deskripsi lima butir sumpah prajurit.
Baca: Penobatan Amengkurat V Raja Mataram di Pati Jadi Saksi Koalisi Jawa-Tionghoa Lawan VOC
Sedangkan untuk Monumen Tugu Juang 45 dibangun untuk mengenang perjuangan pemuda menghadapi Belanda di Agresi Militer Belanda II.
"Di situ tidak ditulis cerita pembangunan monumen ini karena apa. Ini penting untuk mengingat sejarah. Seperti kata Bung Karno untuk mengingat jas merah. Mempelajari sejarah di masa lalu itu penting untuk menapak masa depan yang lebih baik. Kemudian untuk perawatan monumen juga menjadi tanggungjawab bersama," pungkasnya.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha