Sego Kepel di Kudus Dibagikan Ganjil, Ini Maknanya
Vega Ma'arijil Ula
Senin, 7 Maret 2022 16:39:02
MURIANEWS, Kudus - Tradisi sego kepel masih dilestarikan oleh warga Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah. Tradisi tersebut dilakukan warga yang memiliki hajat maupun tolak bala.
Menurut Juru Pelihara Gapura Masjid Wali Loram Kulon, Afroh Amanuddin sego kepel biasanya dibagikan ke jemaah berjumlah ganjil.
"Masyarakat seringnya memilih yang jumlahnya tujuh. Tujuh atau
pitu itu ada maknanya.
Pitulung atau pertolongan,
pitutur atau nasehat, dan
pituduh atau petunjuk," katanya, Senin (7/3/2022).
Afroh menyebut, tradisi sego kepel biasanya diberikan oleh warga yang memiliki hajat. Di antaranya khitanan, syukuran weton, syukuran sembuh dari sakit, membeli kendaraan, menaikkan genting rumah, membuat sumur, membangun fondasi rumah, dan lainnya.
Baca: Sego Kepel di Kudus Jadi Sarana Tolak BalaMenurut Afroh sego kepel itu dibagikan ke orang yang ada di Masjid Wali Loram Kulon. Seperti marbot ataupun jemaah.
"Isinya nasi dan ada lauknya berupa tempe, tahu, telur. Kadang juga ikan pedo juga sesuai kemampuan yang punya hajat," terangnya.
"Isinya nasi dan ada lauknya berupa tempe, tahu, telur. Kadang juga ikan pedo juga sesuai kemampuan yang punya hajat," terangnya.Afroh memberikan penjelasan, warga yang memberikan sego kepel itu berharap agar masyarakat diberi
pitulung,
pitutur, dan
pituduh. Menurutnya, makna bersedekah ada pada tiga hal itu.
Baca: Peninggalan Sultan Hadlirin di Kudus Ini Masih Jadi Tradisi yang Lestari Hingga KiniTerpisah, pemerhati sejarah dan budaya dari IAIN Kudus, Moh Rosyid mengatakan tradisi sego kepel perlu dilestarikan karena sejatinya adalah upaya bersedekah. Menurutnya, tradisi itu juga sebagai sarana untuk tolak bala."Sebagai tolak balak dan juga pengharapan bagi yang punya hajat semoga dimudahkan," terangnya. Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_276527" align="alignleft" width="1280"]

Sego kepel saat perayaan Ampyang Maulid di Masjid At-Taqwa Masjid Wali Loram Kulon tahun lalu. (MURIANEWS/Vega Ma’arijil Ula)[/caption]
MURIANEWS, Kudus - Tradisi sego kepel masih dilestarikan oleh warga Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah. Tradisi tersebut dilakukan warga yang memiliki hajat maupun tolak bala.
Menurut Juru Pelihara Gapura Masjid Wali Loram Kulon, Afroh Amanuddin sego kepel biasanya dibagikan ke jemaah berjumlah ganjil.
"Masyarakat seringnya memilih yang jumlahnya tujuh. Tujuh atau
pitu itu ada maknanya.
Pitulung atau pertolongan,
pitutur atau nasehat, dan
pituduh atau petunjuk," katanya, Senin (7/3/2022).
Afroh menyebut, tradisi sego kepel biasanya diberikan oleh warga yang memiliki hajat. Di antaranya khitanan, syukuran weton, syukuran sembuh dari sakit, membeli kendaraan, menaikkan genting rumah, membuat sumur, membangun fondasi rumah, dan lainnya.
Baca: Sego Kepel di Kudus Jadi Sarana Tolak Bala
Menurut Afroh sego kepel itu dibagikan ke orang yang ada di Masjid Wali Loram Kulon. Seperti marbot ataupun jemaah.
"Isinya nasi dan ada lauknya berupa tempe, tahu, telur. Kadang juga ikan pedo juga sesuai kemampuan yang punya hajat," terangnya.
Afroh memberikan penjelasan, warga yang memberikan sego kepel itu berharap agar masyarakat diberi
pitulung,
pitutur, dan
pituduh. Menurutnya, makna bersedekah ada pada tiga hal itu.
Baca: Peninggalan Sultan Hadlirin di Kudus Ini Masih Jadi Tradisi yang Lestari Hingga Kini
Terpisah, pemerhati sejarah dan budaya dari IAIN Kudus, Moh Rosyid mengatakan tradisi sego kepel perlu dilestarikan karena sejatinya adalah upaya bersedekah. Menurutnya, tradisi itu juga sebagai sarana untuk tolak bala.
"Sebagai tolak balak dan juga pengharapan bagi yang punya hajat semoga dimudahkan," terangnya.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha