PMK Merebak, Warga Diimbau Tak Takut Konsumsi Daging dan Susu Sapi
Vega Ma'arijil Ula
Rabu, 11 Mei 2022 19:25:27
MURIANEWS, Kudus - Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah mengimbau masyarakat Kudus tidak takut mengonsumsi daging dan susu sapi. Hal ini seiring merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di sejumlah daerah.
Sub Koordinator Produksi dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Sidi Pramono mengatakan, PMK hanya menyerang hewan ternak. Di antaranya kambing, kerbau, sapi, domba, babi, dan kuda.
Ada beberapa gejala yang terjadi ketika hewan ternak mengalami gejala PMK. Seperti sariawan pada lidah hewan, bagian lidah hewan melepuh, kaki bengkak, dan kuku lepas.
"Hewan juga tidak mau makan dan biasanya kakinya pincang. Disertai kuku yang lepas dan napasnya cepat," katanya, Rabu (11/5/2022).
Baca: Cegah PMK Sapi, Dispertan Kudus Awasi Lalu Lintas Ternak dari JatimMeski demikian dia mengimbau masyarakat untuk tidak takut mengonsumsi daging hewan ternak dan susu sapi. Sebab, virus ini tidak menyerang manusia, melainkan hanya menyerang hewan ternak.
"Misal mau makan jeroan hewan juga tidak masalah asal tetap direbus dulu selama 30 menit. Kemudian kalau mau minum susu sapi harus direbus dulu dengan air mendidih selama lima menit," terangnya.
"Misal mau makan jeroan hewan juga tidak masalah asal tetap direbus dulu selama 30 menit. Kemudian kalau mau minum susu sapi harus direbus dulu dengan air mendidih selama lima menit," terangnya.Selain itu, dia juga menyarankan agar masyarakat membeli daging di rumah potong hewan. Di Kudus lokasinya ada di Desa Prambatan Kidul, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Baca: Kudus Teliti Penyebaran PMK Sapi, Begini HasilnyaPihaknya juga mewanti-wanti peternak jika ada temuan ciri-ciri tersebut. Sehingga pihak Dispertan Kudus dapat mengambil langkah."Kalau ada gejala itu segera lapor ke kami. Saat ini kami baru bisa melakukan pengobatan bagian luarnya saja supaya tidak menularkan pada hewan ternak lainnya dengan cara memberi vitamin," imbuhnya. Reporter: Vega Ma'arijil UlaEditor: Ali Muntoha
[caption id="attachment_289070" align="alignleft" width="1280"]

Hewan ternak yang dijual di Pasar Hewan, Kudus, Jawa Tengah beberapa waktu lalu. (MURIANEWS/Vega Ma'arijil Ula)[/caption]
MURIANEWS, Kudus - Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Kabupaten
Kudus, Jawa Tengah mengimbau masyarakat Kudus tidak takut mengonsumsi daging dan susu sapi. Hal ini seiring merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak di sejumlah daerah.
Sub Koordinator Produksi dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus Sidi Pramono mengatakan, PMK hanya menyerang hewan ternak. Di antaranya kambing, kerbau, sapi, domba, babi, dan kuda.
Ada beberapa gejala yang terjadi ketika hewan ternak mengalami gejala PMK. Seperti sariawan pada lidah hewan, bagian lidah hewan melepuh, kaki bengkak, dan kuku lepas.
"Hewan juga tidak mau makan dan biasanya kakinya pincang. Disertai kuku yang lepas dan napasnya cepat," katanya, Rabu (11/5/2022).
Baca: Cegah PMK Sapi, Dispertan Kudus Awasi Lalu Lintas Ternak dari Jatim
Meski demikian dia mengimbau masyarakat untuk tidak takut mengonsumsi daging hewan ternak dan susu sapi. Sebab, virus ini tidak menyerang manusia, melainkan hanya menyerang hewan ternak.
"Misal mau makan jeroan hewan juga tidak masalah asal tetap direbus dulu selama 30 menit. Kemudian kalau mau minum susu sapi harus direbus dulu dengan air mendidih selama lima menit," terangnya.
Selain itu, dia juga menyarankan agar masyarakat membeli daging di rumah potong hewan. Di Kudus lokasinya ada di Desa Prambatan Kidul, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Baca: Kudus Teliti Penyebaran PMK Sapi, Begini Hasilnya
Pihaknya juga mewanti-wanti peternak jika ada temuan ciri-ciri tersebut. Sehingga pihak Dispertan Kudus dapat mengambil langkah.
"Kalau ada gejala itu segera lapor ke kami. Saat ini kami baru bisa melakukan pengobatan bagian luarnya saja supaya tidak menularkan pada hewan ternak lainnya dengan cara memberi vitamin," imbuhnya.
Reporter: Vega Ma'arijil Ula
Editor: Ali Muntoha